REPUBLIKDIGITAL.com – Ada sebuah dalil yang mengatakan bahwa sak ombo-ombone alas sek ombo alasan (seluas-luasnya alas masih luas alasan). Luasnya alas bisa diukur. Luasnya alasan tidak ada yang tahu.

Begitulah sobat, menurut dalil itu, alasan memang sangat luas. Saking luasnya, ia tidak pernah meranggas dan gundul. Ia selalu ada meski musim paceklik sekalipun.

Seperti alas, alasan itu alami. Ia tumbuh disetiap sanubari. Setiap orang memilikinya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, alasan yaitu: 1 dasar; asas; hakikat; 2 dasar bukti (keterangan) yang dipakai untuk menguatkan pendapat (sangkalan, perkiraan, dsb); 3 yang menjadi pendorong (untuk berbuat).

Alasan memiliki spektrum. Dari yang masuk akal sampai konyol. Dari yang jelek hingga wow.

Alasan adalah seni yang sangat menarik untuk dikaji dalam bidang kepemimpinan/manajemen.

Dalam kepemimpinan seni mencari alasan itu diperlukan agar sebuah kebijakan bisa dipahami, didukung dan dilaksanakan. Pemimpin yang menguasai seni ini berpotensi mewujudkan visi dan misinya dengan sukses.

Tidak hanya itu, pemimpin dengan seni alasan yang mumpuni juga bisa ngeles dengan baik terhadap kebelumberhasilan. Keahlian ini dibutuhkan untuk merawat harapan publik.

Berikut ini lima cara ngeles terwow versi REPUBLIKDIGITAL:

1. Baru dua bulan
Kok Jakarta masih banjir Pak?
Baru dua bulan, beri kesempatan dua periode, menyelesaikan banjir itu tidak seperti membalik telapak tangan.

2. Wait and see
Kok Jakarta masih macet Pak?
Wait and see, kemacetan di ibu kota ini sudah akut, saat ini MRT kan sedang dibangun.

3. Be positif
Kok BBM naik, harga-harga ikut naik, rakyat kecil semakin menderita Pak?
Be positif, uang yang dulu digunakan untuk subsidi BBM sekarang digunakan untuk program pro rakyat, untuk membangun infrastruktur.

4. Bukan urusan saya
Kok bus kota yang baru sudah karatan Pak?
Bukan urusan saya, tanyakan ke manajemen bus dong.

5. Nyinyir
Kok Jakarta masih macet dan banjir Pak?
Nyinyir, sakit hati belum bisa menerima kekalahan/kenyataan ya?

Piye? Ada lagi?

sumber