- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
(KRL & Masinis) Cerita Masinis KRL Dikeroyok Hingga Kena Bogem Mentah Penumpang


TS
japek
(KRL & Masinis) Cerita Masinis KRL Dikeroyok Hingga Kena Bogem Mentah Penumpang
Quote:
Cerita Masinis KRL Dikeroyok Hingga Kena Bogem Mentah Penumpang


Merdeka.com - Menjadi masinis kereta Jabodetabek atau akrab disebut Commuter Line (CL), tampaknya mudah. Tugas saban hari menjalankan kereta dari stasiun yang satu ke stasiun yang lain.
Selain itu, masinis juga tidak perlu berdesak-desakan seperti penumpang CL. Terlebih lagi di pagi hari, sangat sulit menemukan CL yang tidak dipadati penumpang. Bisa dipastikan, penumpang selalu berdesakan hingga sulit bernapas di CL rute perjalanan pagi hari.
Tak sedikit yang iri dengan posisi masinis, sendiri di ruangan khusus, hanya membawa rangkaian CL dari stasiun awal menuju stasiun akhir.
Tapi, tahan dulu pemikiran tersebut. Nyatanya, menjadi seorang masinis tidak sebegitu mudahnya. Masinis CL rute Bogor-Jatinegara, Didit Priyanto mengungkap dilema dan kendala yang harus ia hadapi selama sekitar 5 tahun menjadi masinis CL.
Pria kelahiran 1987 ini bercerita bahwa beban yang ditanggungnya sebagai seorang masinis CL tidak ringan. Alasannya, dia bertanggung jawab terhadap ribuan penumpang CL yang dia bawa.
Namun, beratnya tanggung jawab tersebut tampaknya tak diperhitungkan oleh para penumpang CL. Didit pun sering menerima keluhan hingga hantaman fisik dari penumpang yang tak puas.
"Waktu itu mulai dari Depok kereta yang jam 6.48 (WIB) dari Bogor ke Jatinegara, itu kan biasa penumpangnya overload," tutur Didit kepada merdeka.com, Kamis (21/5).
Dalam kondisi sudah penuh sesak di stasiun sebelumnya, para penumpang di stasiun berikutnya tetap memaksa masuk. Didit mengatakan, upaya keras para penumpang memaksa masuk menyebabkan pintu-pintu kereta tak dapat tertutup sempurna.
Padahal, sebagai seorang masinis, Didit dilarang menjalankan rangkaian kereta jika pintu belum tertutup sempurna. Ada indikator di kabin masinis yang menunjukkan pintu-pintu di rangkaian kereta sudah tertutup sempurna atau belum.
"Di situ penumpangnya maksain juga sampai Depok, banyak yang pada ganjal pintu juga. Nah di Pasar Minggu penumpang juga mungkin sudah panas, lelah, buru-buru juga, kalau kita nutup pintu biar rapat itu kan juga makan waktu ya, jadi sekian menit, kali berapa stasiun dari Depok sampai Pasar Minggu juga kan makin lama keterlambatannya," tutur Didit.
Emosi membuncah akibat upaya menutup pintu-pintu kereta memakan banyak waktu. Seharusnya, rangkaian kereta hanya berhenti 1 menit di setiap stasiun, namun lantaran pintu harus coba ditutup sempurna berulang-ulang, maka waktu yang dibutuhkan pun semakin banyak.
"Jadi di Pasar Minggu itu sudah pada emosi, pintunya minta gak usah dirapetin, jadi di situ ada penumpang yang narik rem darurat. Rem itu ditarik di rangkaian, rangkaiannya waktu itu yang dari inka, penumpang udah keluar semua, nyerang ke kabin depan. Di situ saya dimaki-maki, ditarik-tarik, diludahin juga, sampai kena bogem mentah juga," ungkap Didit.
Didit mengaku dilema antara prosedur yang harus dipatuhi dengan desakan ribuan penumpang. Namun, dirinya memilih untuk menerima makian, hujatan hingga pukulan penumpang daripada menjalankan rangkaian kreta di luar prosedur.
"Waktu itu mau ngelawan juga gak ada aturannya ngelawan, kita berusaha jelasin cuma penumpang ya itu inginnya buru-buru sampai ke tempat tujuan. Kalau di stasiun pintunya gak rapat, kita main jalan aja ya risikonya juga kita yang tanggung. Penumpang juga kan kita enggak tahu posisinya gimana, takutnya nanti keseret atau kejepit. Kita lebih tenang kalau pintu itu rapat. Savety nomor 1. Kalau ada apa-apa pasti masinis yang kena. Itu kurang lebih setahun yang lalu, 2014 pertengahan," ujar Didit.
Usai kejadian tersebut, pihak KCJ memeriksa kondisi Didit untuk memastikan kesiapannya bertugas kembali keesokan harinya. Meski pihak KCJ memberi waktu bagi Didit untuk beristirahat di rumah dan menenangkan diri usai kejadian tersebut, Didit memilih kembali bertugas membawa ribuan penumpang dari Stasiun Bogor menuju Stasiun Jatinegara.
[did]
Sumber 1
Quote:
Jalankan KRL pintu tak rapat, masinis bisa dipecat


Merdeka.com - PT Kereta Api melalui anak usahanya PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) terus memperbaiki sarana transportasi massal yang mampu mengangkut hingga 2.000-an penumpang ini.
Selain perbaikan fasilitas kereta api, prosedur standar perjalanan kereta pun dirombak. Sebelumnya, masinis kereta api diperbolehkan menjalankan KRL meski pintu tidak ditutup dan penumpang bergelantungan di pintu-pintu kereta. Kini, hal tersebut sudah tidak diperbolehkan.
Pintu kereta harus tertutup rapat sebelum masinis menjalankan rangkaian kereta. Masinis Commuter Line rute Stasiun Bogor - Stasiun Jatinegara, Didit Prayitno menjelaskan, masinis hanya diberi waktu 1 menit untuk menaikkan dan menurunkan penumpang di setiap stasiun. Hal ini berkaitan dengan jadwal kereta berikutnya. Apabila satu kereta berhenti lebih dari waktu yang telah ditentukan, maka akan terjadi efek domino terhadap jadwal perjalanan kereta berikutnya.
"1 menit untuk satu stasiun. Stasiun besar Manggarai dan Jatinegara juga satu menit," tutur Didit kepada merdeka.com, Kamis (21/5).
Didit mengatakan, ada indikator yang menunjukkan pintu-pintu kereta sudah tertutup sempurna atau belum. Apabila belum tertutup sempurna, masinis KCJ tidak diperkenankan menjalankan rangkaian kereta, meski waktu berhenti di stasiun tersebut sudah lebih dari 1 menit.
Biasanya, hal ini terjadi di pagi hari saat penduduk Jabodetabek berangkat menuju tempat aktivitasnya masing-masing. Kereta pun penuh sesak hingga pintu kereta sulit ditutup. Akhirnya, butuh waktu untuk menutup pintu tersebut secara sempurna. Hal ini akan berimbas pada keterlambatan kereta dan meningkatnya emosi penumpang.
Didit mengatakan, dirinya terancam dipecat apabila menjalankan rangkaian kereta dengan pintu tidak tertutup sempurna.
"Pintu (belum rapat) kan aturannya harus lapor ke PPKA, maksudnya boleh pintu gak rapat kereta jalan boleh, cuma itu harus minta izin ke PPKA sama ke pusat kendali. Ada SOP juga, kita juga jalanin kereta itu juga gak sembarangan asal jalan. Kalau di stasiun pintunya gak rapat, kita main jalan saja ya risikonya juga kita yang tanggung. Savety nomor 1. Kalau ada apa-apa pasti masinis yang kena," terang Didit.
Manajer Komunikasi Perusahaan PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ), Eva Chairunisa menambahkan, masinis yang tidak taat prosedur akan berhadapan dengan sanksi. Sanksi tersebut berbeda-beda sesuai dengan porsi pelanggaran yang dilakukan masinis.
"Sanksi itu banyak, misalnya tidak diberangkatkan dulu, (waktunya) tergantung, di pecat juga ada. Dipecat, tidak dijadikan masinis lagi, dijadikan petugas lain, misalnya perawat jalan, atau administrasi, macam-macam lah pokoknya enggak jadi masinis lagi. Yang dipecat itu yang melanggar aturan yang bisa menyebabkan keamanan perjalanan itu berisiko tinggi," ujar Eva.
[bal]
Sumber 2
Memang KCJ harus terus berbenah dalam hal pelayanan yang diberikan, dan itu harus berkelanjutan...
Tapi disisi lain percuma jika KCJ sudah berusaha mati-matian berbenah sementara sikap penumpangnya masih barbar seperti manusia purba, sampai masinis saja digebuk....
0
12.1K
Kutip
96
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan