Kaskus

News

hobi_linuxAvatar border
TS
hobi_linux
Dana Dipotong, Anak-Anak Pengungsi Rohingya Putus Sekolah
MAKASSAR – Para pengungsi Rohingya bermimpi juga bisa hidup normal selayaknya menusia biasa. Meski statusnya hanya pengungsi bukan warga negara tetap, mereka berharap bisa bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Setidaknya anak-anak yang masih belia bisa mengecap pendidikan.

Sebagaimana yang dirasakan pengungsi muslim Rohingya yang ditampung di Wisma Budi di Jalan Harimau No 7, Kelurahan Maricayya, Makassar. Meski sudah kurang lebih berada di Makassar, para pengungsi Myanmar tidak bisa berbuat banyak karena ada aturan yang mengikatnya yakni tidak diperbolehkan bekerja.

Memang ada dana yang diberikan per jiwa per bulan dari organisasi yang menanganinya yakni International Organization Migration (IOM) sebesar Rp 1.250.000. Lalu uang makan, pengobatan dan uang penginapan wisma ditanggung IOM tetapi itu belumlah cukup. Setidaknya untuk biaya sekolah anak-anak. Mereka juga tidak berharap lebih tetapi paling tidak pendidikan anak-anak bisa terpenuhi karena untuk bekerja menutupi kebutuhan sekolah juga tidak diperbolehkan.

Tak pelak lima anak-anak pengungsi Rohingya yang ada di Wisma Budi putus sekolah. Itu juga dikarenakan dana perbulan anak-anak dipotong. Awalnya, oleh IOM, bantuan dana perbulan untuk semua pengungsi mulai dari usia nol atau anak-anak hingga dewasa diberi Rp 1.250.000. Tetapi saat ini ada pemotongan. Untuk anak-anak 0-16 tahun hanya diberi Rp 500 ribu per jiwa per bulan.

Lima anak-anak itu masing-masing Habibah, (9) putri dari Mohammad Syarid. Lalu empat lainnya putri dari ibu Hasinah masing-masing Mohammad Azis (16), Nur Azizah (14), Mohammad Syahi (11) dan Nur Syaidah (8).

Haji Mohammad Thoyib (45), salah seorang pengungsi yang dituakan saat ditemui di Wisma Budi, Senin, (25/5/2015) menjelaskan, di antara anak-anak ini awalnya belajar di SD Mamajang II atas biaya IOM tetapi rupanya anak-anak tidak merasa nyaman sekolah di tempat itu karena kerap menjadi sasaran usil teman-temannya.

"Anak-anak ini minta keluar dari sekolah itu karena tidak tahan dijadian sasaran teman-teman sebayanya. Kita sebagai orangtuanya tidak memaksakan akhirnya keluarkan saja dari sekolah dan memasukkannya di Metro School Makassar," kata Haji Mohammad Thoyib.

Metro School adalah sekolah swasta otomatis tidak ada tanggungan biaya dari IOM, orang tua pengungsi harus bayar sendiri kebutuhan sekolahnya. Alhasil, karena biaya yang harus dikeluarkan cukup tinggi dan dana bulanan dari IOM juga sudah dipotong yakni hanya Rp 500 ribu perbulan, anak-anak ini pun akhirnya berhenti di tengah jalan termasuk Mohammad Azis (16) dan Nur Azizah (14), putra pertama dan kedua ibu Hasinah yang lebih dulu sekolah di Metro School.

"Satu anak itu ongkos angkotnya saja pulang pergi Rp 20 ribu belum lagi untuk kebutuhan lainnya di sekolah termasuk uang jajan sementara per anak saat ini hanya ditanggung Rp 500 ribu setelah adanya pemotongan. Mau kerja untuk dapatkan uang menutupi kebutuhan itu juga tidak mungkin karena aturannya tidak diperbolehkan kerja," tutur Haji Mohammad Thoyib yang diaminkan oleh Mohammad Syarif dan Hasina, dua orang tua yang anak-anaknya kini putus sekolah.

Sementara itu, Elisabeth Wehelmina Fransisca Wairisa, (41), ibu ketua RT 1, RW 5 Maricayya, Kecamatan Makassar mendampingi pengungsi ini mengatakan, informasi yang dia peroleh memang bantuan yang diterima itu Rp 1.250.000 per jiwa per bulan juga untuk anak-anak tapi saat ini sisa Rp 500 ribu saja untuk anak-anak. "Katanya sih karena anak-anak pengungsi ini kerap belanjakan uangnya berlebih maka bantuan untuk anak-anak itu akhirnya dipotong," tutur ibu ketua RT yang akrab disapa Fanny ini.
-
sumber: http://news.okezone.com/read/2015/05...-putus-sekolah
-

sementara itu:
Urus Pengungsi Rohingya, Aceh Mulai Mengeluh Dana
Zaini tak menyebutkan secara pasti dana yang sudah dihabiskan pemprov untuk mengurusi warga Rohingya. "Saya sudah tidak ingat berapa, karena banyak sekali," ujarnya.

Pengungsi Rohingya di tampung di tiga kabupaten di Aceh. Total ada 11 ribuan pengungsi. Kendati dana menipis, Zaini memastikan pengungsi tetap ditangani dengan baik.

http://news.metrotvnews.com/read/201...-mengeluh-dana

Gubernur Ajak Wakil Rakyat Aceh di Senayan Perjuangkan Dana Otsus

Ahmad Farhan Hamid mewakil masyarakat Aceh yang pertama sekali menyinggung soal besaran dana Otsus yang diterima Aceh sejak 2008. “Sampai saat ini sudah Rp 41 triliun lebih diterima Aceh,” kata Farhan Hamid. Tapi ia mengatakan, dana itu bekum mencukupi. “Harus diperjuangkan agar dana Otsus tersebut dapat diterima Aceh selamanya,” kata Farhan.

http://aceh.tribunnews.com/2015/05/2...kan-dana-otsus

-

sudahlah gan, tiga negara sudah sepakat, smoga setahun ini mereka pulih dan bs pulang k kampungnya lagi.
gw harap PBB ajalah yg ngasih dananya. maaf beribu maaf ye, ane yg gk punya mobil ini bnr2 berharap proyek transportasi massal Indo bs lancar dan berhasil.
0
2.6K
45
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan