- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Beras Palsu, Status Palsu, dan Kepalsuan-kepalsuan Lain


TS
mr.josh.tampan
Beras Palsu, Status Palsu, dan Kepalsuan-kepalsuan Lain
Quote:

TERANYAR adalah beras palsu. Kabar perihal benda dari plastik ini beredar di antara sekian banyak kabar palsu yang melesat-lesat di berbagai laman media sosial.
Bagaimana beras bisa dipalsukan? Saya tidak bisa membayangkan, bagaimana rasa beras itu ketika dimakan. Plastik, tatkala dipanaskan, pasti akan meleleh, bercampur dan menodai beras asli yang telah tanak menjadi nasi.
Sejumlah pihak kemudian berupaya melakukan analisa. Gelombang terbesar menyatakan bahwa kabar perihal beras ini cuma hoax alias kabar bohong. Tidak benar ada beras plastik beredar di Indonesia.
Dasar analisa ini adalah hitung-hitungan untung-rugi. Beras plastik jauh lebih mahal dibanding beras biasa. Untuk membuat satu kilogram beras plastik dibutuhkan biaya lebih besar hampir lima kali lipat dari harga beras biasa.
Beras plastik umumnya diproduksi di Tiongkok dan bagaimana mekanisme pembuatannya telah beredar luas dan bisa ditonton kapan saja di youtube. Masalahnya, beras-beras ini memang tidak pernah dimaksudkan untuk dikonsumsi, melainkan properti untuk kepentingan pemotretan iklan dan lain sebagainya.
Sebagaimana halnya buah-buahan palsu, daging palsu, es batu palsu, asap palsu, bunga-bunga palsu, beras-beras palsu dari plastik ini akan terlihat lebih cantik di kamera. Lebih putih dan berkilau. Lebih membangkitkan selera untuk memamahnya.
Gelombang analis yang tak kalah besar adalah para pencuriga. Sebagian besar dari mereka juga masuk kelompok pertama. Kabar beras palsu hoax dan ia diapungkan sebagai semacam pengalihan isu dari keterpurukan ekonomi dan silang sengkarut politik. Pelakunya, siapa lagi jika bukan pemerintah di bawah pimpinan Presiden Joko Widodo.
Analisis-analisis ini "dijawab" oleh penemuan-penemuan dari pihak pemerintah. Beras plastik ternyata bukan hanya beredar di Jawa, tapi sudah menyebar hampir ke seluruh nusantara
Tapi temuan ini malah membuat masyarakat semakin bingung. Sebagian di antaranya bingung sekaligus takut lantaran absurditas ini memang sangat mengerikan. Persoalannya, dari analisis dan temuan yang saling bertolakbelakang ini, yang mana satu bisa dipercaya? Mana yang palsu, mana yang lebih palsu, dan mana yang jauh lebih palsu.
Saya tiba-tiba teringat pada satu sajak berjudul 'Sajak Palsu'. Ditulis Agus R Sarjono pada akhir 1998, menyikapi arah Indonesia yang makin jebluk pascareformasi yang memakan "tumbal" tidak sedikit.
Agus R Sarjono menangkap kepalsuan telah merebak ke seluruh sendi kehidupan. Mulai dari siswa palsu, guru dan dosen palsu, sekolah palsu, ekonom palsu, ahli hukum palsu, seniman palsu, pejabat palsu, politisi dan pengamat politik palsu hingga pemerintahan dan demokrasi yang serba palsu.
Cuma dua yang luput darinya. Yakni pemuka agama palsu dan status atau posting-an palsu. Yang pertama saya maklum, karena pada waktu itu agama (barangkali) belum dipandang sebagai bisnis yang bagus dan menjanjikan. Di masa itu, rasa-rasanya tak mungkin seorang pemuka agama, seorang ustaz, seorang kyai, bisa menempatkan dirinya sebagai atau sejajar dengan kaum selebritas. Seterkenal-kenalnya Muammar ZA atau Zainuddin MZ, mereka tidak pernah main sinetron, jadi bintang iklan, jadi topik liputan acara gosip, terlebih-lebih ikut larut dalam semarak reality show atau panggung dangdut.
Ada pun tentang status dan posting-an palsu, juga saya maklumi betul karena pada tahun 1998, internet di negeri ini belum selancar sekarang. Dan yang terpenting, belum ada media sosial. Mark Zuckerberg sama sekali belum berpikir soal Facebook. Zuckerberg masih bersekolah dan belum setitik pun tiba pada ide untuk mempermudah koneksi orang per orang, menyebarkan rasa cinta dan perdamaian. Dan karena itulah, pastinya, ia belum akan membayangkan, betapa gagasan ini di kemudian hari beranjak jauh sekali kepada hal-hal yang justru kontradiktif dari semangat tersebut.
Seorang kawan membuat klasifikasi status atau postingan di Facebook. Menurut dia, Facebook, dalam hal ini pengguna di Indonesia yang masuk jajaran tiga besar dunia, diisi hanya oleh lima kelompok dan hanya satu di antaranya yang benar-benar sejalan dengan semangat awal Zuckerberg.
Empat kelompok lain adalah (1) kelompok pamer (entah itu pamer kecerdasan, kekayaan, kecantikan, tingkat kegaulan, dan lainnya; (2) kelompok pecinta sekadar (tiada hari tanpa curhat); (3) kelompok pedagang; dan (4) kelompok penggerutu.
Belakangan, kelompok penggerutu ini mengembangkan bakal mereka menjadi penebar kabar palsu yang tujuannya adalah untuk membusukkan pihak-pihak tertentu. Entah itu individu, kelompok sosial, agama, atau pemerintah.
Paling anyar adalah pengungsi Rohingya. Kepedulian yang ditunjukkan oleh Pemerintah Turki menjadi senjata untuk menusuk Pemerintah Indonesia. Yang diserang, tiada lain, dan tiada bukan adalah Jokowi. Hastag (#) BukanUrusanSaya, pun beredar luas.
Padahal jika secara jujur dirunut, Indonesia telah berbuat lebih besar dibanding Turki. Sejak para pengungsi Rohingya mulai lari dari Myanmar, sudah ribuan orang ditampung. Mereka diberi makanan, diberi pakaian, diberi tempat tinggal sementara. Mereka tidak diusir mentah-mentah, seperti dilakukan oleh Pemerintah Malaysia dan Thailand.
Indonesia juga mengupayakan kerjasama dengan Pemerintah Myanmar. Satu di antaranya lewat usulan program pembangunan di Rakhine, wilayah tempat di mana warga Suku Rohingya paling banyak berdomisili. Indonesia juga terus mendesak dan melobi Pemerintah Myanmar untuk peduli. Tidak lepas tangan membiarkan Suku Rohingya menjadi urusan negara lain. Kedua upaya ini sudah mulai menunjukkan titik terang.
Tapi fakta-fakta ini dikesampingkan. Yang dicuatkan adalah gambar Emine Erdogan, istri Presiden Turki Tayyip Erdogan, yang disebut-sebut berkunjung ke Aceh untuk menemui pengungsi Rohingya. Lalu gambar ini dikomentari dengan kalimat, "Istri presiden kita, ke mana, ya?"
Padahal foto ini datang dari tahun 2012. Saat Emine Erdogan datang bersama palang merah internasional ke Rakhine. Tapi seperti yang sudah menjadi jamak di negeri ini, foto yang "asal njeplak" ini, secara mengharukan justru dipercaya penuh dan disebarluaskan. Bahkan reaksi serupa juga hadir dengan gegap-gempita tatkala ada orang bodoh entah siapa mem-posting foto Cristiano Ronaldo, dan menyebutnya datang ke Aceh untuk perkara yang sama.
Tidakkah mereka mau mengulik intenet sedikit saja untuk mengetahui bahwa foto itu merupakan foto kunjungan Ronaldo pascamusibah tsunami, satu dekade lalu? Tidakkah mereka tahu betapa akhir pekan ini, Ronaldo masih akan merumput di Santiago Bernabeau, melakoni laga terakhir La Liga musim ini kontra Getafe, akhir pekan nanti, untuk setidaknya memberikan satu gelar hiburan untuk Real Madrid, pencetak gol terbanyak? Ah...
SUMBER
INDONESIA PENUH KEPALSUAN



0
3.8K
Kutip
42
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan