Pada zaman dahulu kala, nggak dahulu-dahulu banget sebenarnya, ada seorang mahasiswi fakultas teknik bernama… ehm, mari kita panggil Naroh, yang semangat mau wisuda di balairung. Saat itu dia tinggal di tempat yang jauh dari kampus, mungkin di Bekasi. Karena nggak mau kejebak macet, dia datang lebih awal dari jam yang dianjurkan panitia (pukul 8), yaitu pukul 6 (ini kira-kira doang).

Sesampainya di sana tentu belum ada teman-temannya. Karena dia bosan menunggu gerbang yang belum dibuka, dia pun berjalan-jalan di area sekitar balairung, tepatnya di sebuah danau lengkap dengan baju kebayanya. Namun, sesaat setelah sampai di danau, baru beberapa langkah kaki menapak, tibat-tiba kaki Naroh nggak sengaja menginjak kain kebayanya yang kepanjangan. Saat itu lokasi pinggir danau sangat licin. Naroh yang tidak bisa menjaga keseimbangan, terpeleset ke dalam danau. Menurut para saksi, saat itu tiba-tiba datang angin kencang yang menimbulkan gelombang besar pada danau. Tubuh Naroh terbawa arus sampai ke tengah. Ia berteriak, namun nggak ada seseorang pun yang bisa menolongnya.

Dan keesokan harinya, ada orang yang menemukan jasad Naroh tengah mengambang di pinggir danau.

Sungguh astaghfirulloh banget.

Sejak saat itu, konon katanya Naroh sering menampakkan dirinya saat wisudawan sedang berfoto mengenakan toga di pinggir danau.

Setelah kejadian itu, berbulan-bulan kemudian, ada cerita dari seorang pria, sebut saja Ponami, yang sedang berjalan melewati danau UI. Saat itu dia melihat seorang perempuan sedang duduk di pinggir danau dengan pakaian wisuda, agak kumuh, basah, dan kotor. Ya, hantu itu, dia pun berkata: “Mas, jangan tinggalkan saya sendiri, saya takut.”

Ponami terkejut. Dia pun berlari. Namun, kakinya dipegang oleh si hantu perempuan itu. Ponami terjatuh ke dalam danau,… dan tiga hari kemudian ditemukan tewas dalam keadaan tubuh melembam di sekujur tubuhnya.