Saya selalu menyempatkan diri untuk berkunjung ke tempat ibadah atau ke tempat yang "berbau" religi ketika sedang traveling di dalam kota. Bukan untuk ikut acara keagamaan seperti biasanya. Namun lebih ke sekadar berziarah dan merasakan pengalaman spiritual.
Tak dapat dimungkiri lagi, rumah-rumah ibadah selalu memiliki arsitektur yang unik nan megah. Beda agama, maka beda juga gaya arsitekturnya. Hal semacam itulah yang selalu memaksa saya untuk berkunjung ke tempat-tempat tersebut.
Adalah
Masjid Tibanyang telah menarik minat saya untuk segera dikunjungi.
Masjid Tiban berada di
wilayah Turen, sekitar 1,5 jam dari kota Malang. Bukan cuma seperti Masjid Istiqlal dengan bangunannya yang terlihat besar dan megah. Namun, Masjid ini jauh lebih unik. Kami pun tak perlu bertanya-tanya soal cara jalan ke lokasi pada orang sekitar, karena arsitekturnya yang unik sangat mudah terlihat dari jarak 500 m lebih.
Kedua mata dan lensa kamera saya hanya tertuju pada satu bangunan yang berada tepat di depan saya. Dari keadaan di depan saja sudah terlihat, bahwa masjid ini bukan hanya digunakan untuk beribadah saja. Namun nyatanya, kawasan di tempat ini
sudah terlalu komersil, sama seperti 2 candi terkenal di Jawa Tengah. Suasana ramai dan sesak tipikal khas pasar "tumpah" memadati jalan di gang kecil menuju gerbang masuk masjid.
Tiap ukiran reliefnya
bertuliskan simbol dan ayat-ayat Islami. Dan ternyata kata indah, besar, dan unik saja tidak cukup untuk menggambarkan kemegahan masjid ini. Sehingga rumor beredar bahwa masjid ini telah
dibangun oleh jin dalam semalam. Ya, begitulah kata mereka.
Tiap ruangannya di dalam berbentuk lorong-lorong labirin yang bisa menembus entah ke mana. Saat saya ke sana memang sedang ramai peziarah, sehingga membuat suasana di dalam semakin panas. Kemungkinan ada ratusan orang pada saat itu yang sedang kebingungan mencari jalan. Yang bikin kagetnya, ternyata
bangunan ini berlantai 9!
Tapi sekali lagi saya sempat ragu dalam menebak ini arsitektur gaya apa. Sebagian besar memang bergaya Timur Tengah, namun bila dilihat dari dekat, ada beberapa bagian dari percampuran budaya lain. Seperti beberapa pilar dan ukirannya mirip gaya Yunani.
Di lantai 5 ada ruangan luas dengan lampion-lampion China bergelantungan di langit-langit. Ada pula beberapa bagian yang masih belum selesai dibangun. Benar-benar absurd sekali pemandangan di sini.
Sebelum beranjak pulang, saya sempat bertemu dan ngobrol dengan seorang bapak. Beliau menjelaskan bahwa masjid ini dibangun
tanpa menggunakan blueprint. Bisa terlihat dari interiornya yang unik dan tidak sama di setiap lantainya.
Ada info yang kurang jelas dari pembicaraan ini. Kami juga belum tahu siapa arsitek perancang masjid yang megah ini. Yang jelas, masjid ini dibangun oleh para relawan dari manapun dan kalangan apapun. Mau dia pengusaha, mau dia tukang bakso, ya silakan saja ikut menyumbang secara ekonomi ataupun fisik.
Pembangunannya masih dalam tahap proses penyelesaian sejak tahun 1991. Meski memang masih belum benar-benar sempurna, tapi masjid ini sudah dapat menarik ratusan lebih peziarah dalam 1 hari saat musim liburan.
Meski dari pihak masjid sudah membantah rumor tentang jin dan segala macam hal yang berbau goib, namun justru gara-gara rumor jin itulah yang membuat masjid ini kian tersohor.