Setelah menduduki kota kuno Palmyra, Suriah, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dilaporkan mulai melakukan eksekusi terhadap warga sipil dan loyalis pemerintah yang mereka tangkap.
Lembaga pemantau HAM Suriah yang berbasis di Inggris menyebutkan setidaknya ISIS sudah mengeksekusi sedikitnya 17 orang, termasuk warga sipil.
"ISIS mengeksekusi 17 orang, termasuk warga sipil dan loyalis pemerintah. Setidaknya empat orang dari mereka dipenggal," kata Direktur Lembaga Pemantau HAM Suriah, Rami Abdul Rahman, Jumat (22/5/2015).
Rami mengatakan warga sipil yang dieksekusi adalah mereka yang bekerja untuk dewan pemerintahan setempat. Sementara sisanya adalah para pejuang loyalis pemerintah termasuk seorang personel militer Suriah dan anggota Pasukan Pertahanan Nasional, milisi pro-pemerintah.
"Mereka dituduh bekerja untuk rezim Suriah," ujar Rami sambil menambahkan ISIS memerintahkan warga Palmyra untuk tetap berada di dalam rumah.
"ISIS melarang warga keluar rumah dan menyisir rumah-rumah warga untuk mencari loyalis pemerintah," ujar seorang aktivis Suriah bernama Mohammad Hassan al-Homsi lewat akun Facebook-nya.
Al-Homsi mengatakan dia sudah berbicara dengan beberapa orang warga Palmyra lewat telepon. Warga Palmyra, menurut Al-Homsi, ingin meninggalkan kota itu namun ketakutan setelah mendengar eksekusi yang dilakukan ISIS.
Berdasarkan data Lembaga Pemantau HAM Suriah, setidaknya 460 orang tewas dalam pertempuran memperebutkan Palmyra yang dimulai pada 13 Mei, termasuk 49 orang yang dieksekusi dan di antara mereka terdapat sembilan orang anak-anak.
Dengan jatuhnya Palmyra, kota tua berusia 2.000 tahun itu, membuat ISIS menguasai separuh dari wilayah Suriah. Palmyra jatuh ke tangan ISIS beberapa hari setelah kelompok ini merebut kota Ramadi, Irak.
Sumber