Kisah ini tentang seseorang yang tau malu tapi tak tau malu, kenapa? Karena kisah ini akan bercerita tentang perselingkuhan itik dengan ayam.

What???

Kenapa pula tulisan ini diangkat?

Apa tidak takut kena gunting lembaga sensor indonesia?

Atau kualat karena nanti dicekal oleh para ulama di negeri ini?

Atautak tahukah diri ini tentang RUU pornografi dan Porno aksi?

Aih...saya bukannya tidak paham kawan. Tapi perselingkuhan ayam dan itik ini penting di tulis karena menyangkut harga diri dan martabat saya sebagai pemiliknya, titik...!!!

Oke, kalau memang sidang pembaca sudah bisa menerima atau setidaknya saya paksakan menerima alasan saya tentang sabab musabab yang melatar belakangi kisah ini, maka ijinkan saya si tak tau malu ini untuk mulai menuliskan kisahnya.

#####

Disamping rumahku, tepatnya dibawah pohon pisang yang beberapa bulan lalu ditanam mang Pepen dimusim hujan (saat menulis ini kebetulansedang musim kemarau), berdirilah sebuah bangunan sederhana yang terbuat dari bilik bambu. Ukurannya kurang lebih 3 x 4 meterdengan tinggi kurang lebih seukurandengan pohon pisang umur 3 bulan.

Percis dibawah bangunan yang sebenarnya diperuntukan sebagai tempat penyimpanan padi ini, terdengar suara kusak-kusuk disudut bawah kanan bangunan yang tertutup pohon pisang tadi. Selidik punya selidikternyata tanpa tahumalu, Ayam Jantan Kampungku yang bernama Gonjales sedang berbuat mesum dengan Itik putih kesayangan mamahku yang bernama Jurinem. Kaget dan jengkel aku dibuatnya.

Bagaimana mungkin seekor Ayam yang sebelumnya pernah disumpah oleh ku untuk bertindak setia kepada keluarganya, menjaga nama baik nenek moyang dan pemiliknya malah selingkuhdengan istri orang!!! Dan yang lebih mengenaskan perselingkuhan ini dilakukan dengan binatang lain. Dasar ini pasti karena godaan Itik semlohai dan genit itu!!!

Sungguh kejadian ini sangat mengganggu pemikiranku, sampai- sampai tak bisa tidur aku dibuatnya. Tadinya jika tidak ditahan-tahan ibuku, si Gonjales dan Jurinem siap aku eksekusi saja dengan pisau belati “Kyai Kangkung” yang aku beli dengan harga Rp.10.000 di tukang pisau dipinggir masjid Banten dan sangat bertuah itu (kata si mamang penjualnya Pisau ini bisa juga dijadikan pelet pengasihan).Tapi ibuku dibuat sampai tak makan dua hari dua malamgara-gara mendengar rencana ini dan memohon kepadaku untuk mengurungkannya.

“ tahan emosimu nak”, Ibuku merajuk.

“bagaimana aku bisa tahan mah..!!” nada suaraku meninggi

“apa yang akan aku katakan jika sampai ada yang mengetahui kejadianmemalukan ini!”

“dengarlah dulupenjelasan dari mereka”

“tidak....!!”

“ Tunjukanlah sedikit kebijaksanaan yang menurun dari kakekmu itu”

Luluh juga aku dibuat nya. Sebagai anak yang tidak mau disebut durhaka tentu aku tidak mau berurusan dengan ibuku, bisa-bisa kualat nanti.

“baiklah ma, mungkin sebaiknya kita merahasikan kejadian memalukan ini”, saranku.

“apa mungkin menyembunyikan kejadian ini dari orang-orang kampung?”

“Kalau tidak ada yang tau selain kita mungkin bisa”

“tapi aku tau”.

Tiba-tiba suara serak dari seseorang yang aku kenal (aku menyesal pernah mengenal dan harus bertemu orang ini) muncul. Sejurus kemudian si empunya suara nampak dihadapanku. Kurus, tinggi dan melengkung. Mirip layang-layang ular naga yang ekornya disambung bekas pita kaset, kebakar bensin dan ketiup angin puting beliung 550 derajat, oleng kekanan dan kekiri.

Hah…Kurang ajar betul, Si Jono hulu ledak dunia pergosipan dikampungku sedari tadi mengendap-ngendap percis dibawah meja tempat barang-barangrongsokan rumahklu berada. Dari mana sigundul pacul itu bisa berdiam disana, merupakan sebuah misteri besar . Tapi energiku tidak ingin dihabiskan untuk meneleti hal itu, karena hal gawat yang sekarang berada dihadapanku adalah acaman berita memalukan ini tersebar ke seantero kampung, yang artinya berita bahwa terjadi perselingkuhan antara ayamku dengan itik ibuku akan terungkap kepublik dan akan jadi santapan hangat para pemburu berita.

Aih…tak terbayang perasaan malu yang akan hinggap dalam keluargaku. Bayang-bayang digunjingkan orang karena tidak mampu mnendidik ayam dan itik peliharaannnya sudah terbayang dalam pikiranku. Belum lagi kemungkinan dikucilkan dari dunia peternakan ayam dan itik yang selama ini aku geluti sebagai mata pencaharianku. Hah..mana mau para tengkulak hewan ini yang biasanya berbaris kacau dipinggir rel kereta dekat Pasar Parungpanjang mau menerima pasokan ayam, itik dan telur-telur dari peternakanku. Mereka pasti dengan sok nya akan bilang bahwa ayam, itik dan telurnya adalah ayam, itik dan telur yang haram. Masa depanku ayamku suram, masa depan itiku mengkhawatirkan, masa depanku mengenaskan.

Kini semua orang sekampung hadir disidang terbuka ayam dan itik ibuku dipengadilan. PNS melakukan cuti bersama, para buruh pabrik pura-pura sakit dan mengajukan surat keterangan sakit ke pengadilan, isi surat sakitnya adalah terkena budug satu kampung. Aih, mana mau para pemilik pabrik itu para pegawainya yang lain terkena penyakit budug gara-gara menular, maka diijinkanlah para buruh kampung pembohong itu. Selidik punya selidik ternya para buruh ini kongkalingkong dengan bidan dikantor desa ku untuk membuat surat keterangan sakit palsu. Si bidan meng-ACC karena sibidan juga sepakat untuk meliburkan PUSKESMAS dan ingin menghadiri acara pesidangan ini. Yang lebih menggemparkan sebagian bapak-bapak dan ibu-ibu (plus anak-anaknya tentunya) dari kampung sebelah datang menggunakan mobil losbak yang mereka sewa dari sopir yang bisanya sering bawa ayam dan itik kepasar. Belum lagi petani yang haursnya sekarang sedang jadwal ngarit. YOU NOW NGARIT??. Ngarit is ngala pare, are you now ngala pare? Hah?? tidak tau juga??. Cape aku dibuatnya. Baiklah, ngarit alias ngala pare adalah memanen padi dengan cara memotong padi menggunakan semacam alat yang bernama arit. Apakah kalian tau alat seperti apakah arit itu? Hah?? tidak tau juga? TANYA BAPAK IBUMU!!!! Cape aku menjelaskan!!!