Kaskus

Entertainment

blacu23Avatar border
TS
blacu23
Dari Dagang Sambil Kuliah, Sukses Jadi Pengusaha Tas Kelas Dunia
Dari Dagang Sambil Kuliah, Sukses Jadi Pengusaha Tas Kelas Dunia


Spoiler for :

Menjalankan bisnis sendiri atau ber-wirausaha atau bahasa kerennya being an entrepreneur adalah cita-cita banyak orang, menjadi seorang wirausahawan yang sukses adalah satu kebanggaan yang tak ternilai. Kesuksesan adalah keinginan semua wirausahawan. Namun untuk mencapai keberhasilan itu, ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Menjadi wirausahawan butuh mental baja dan tak kenal putus asa. Ibarat sekeping uang logam, saat mengalami kegagalan, anda harus percaya bahwa dibalik itu semua pasti ada keberhasilan. Tak ada jaminan pasti kapan kesuksesan akan datang, tapi asal tetap percaya dan terus melanjutkan perjuangan, niscaya cepat atau lambat anda akan meraihnya.

Kisah perjalanan wirausahawan sukses dibawah ini adalah contoh yang lengkap, bagaimana sebuah perjalanan usaha yang dilakukan dengan pantang menyerah, mencoba berbagai cara, mengalami kegagalan, bangkit lagi dan akhirnya dapat mengecap manisnya semua jerih payah yang telah dilalui dengan satu kesuksesan.

Wahyu Adjisetiawan adalah seorang alumni Manajemen Marketing dari Universitas Negeri Surabaya, jiwa bisnis memang sudah mengalir dalam darahnya, dimulai dengan berdagang serabutan sambil nyambi kuliahpun telah dijalaninya. Bermacam-macam jualan Adji misalnya stiker, lalu beralih ke kaos, sampai produk makanan seperti crepes dan pecel pernah dilakoninya. Dari pengalamannya berjualan tersebut secara tak langsung telah melatihnya menjadi seorang yang memiliki naluri bisnis yang kental, berani mengambil resiko dan bisa memanfaatkan peluang yang datang kepadanya.

“Hanya ingin punya uang tambahan. Karena teman-teman punya uang sendiri dari kerja sampingan, hanya saya yang nggak punya waktu itu,” tutur Adji menjelaskan alasannya berdagang sambil kuliah.

Suatu saat sebuah peluang besar datang menghampirinya, seorang dosen menghampirinya dan menawarkan kesempatan kepadanya untuk memeriahkan sebuah acara kampus dengan memesan tas sebanyak 400 buah sebagai souvenir. Berkat pengalaman bisnis yang telah terlatih, Adji menyanggupi walaupun dengan sedikit nekat. “Saya terima saja, ketika pulang baru mikir dari mana tasnya.” kata Adji saat diwawancarai CNN Indonesia di Jakarta, Jumat (13/3). Tak kehilangan akal, Adji lalu mencari produsen tas untuk diajak kerjasama. Tak butuh waktu lama, Adji akhirnya menemukan produsen yang bisa membuatkannya tas sesuai dengan permintaan sang dosen berkat jasa YellowPages.

Peluang usaha pembuatan produk tas yang awalnya datang tanpa sengaja tersebut rupanya menarik hati Adji, bisnis tas ini rupanya telah mendatangkan kepuasan tersendiri baginya. Ia menemukan passion bisnisnya yaitu di dunia fashion. Tak berpikir lama-lama akhinya Adji memutuskan diri untuk fokus di dunia fashion terutama produk tas. Ia kemudian memproduksi tas sendiri dengan merek Ortis. Peluang besar datang lagi kepadanya berupa sebuah tawaran kontrak pembuatan tas sebanyak 5.000 buah. Tak tanggung-tanggung, tawaran ini datang dari perusahaan di Singapura. Ia terima tawaran tersebut dan mulai melakukan pengerjaan.

dagang sambil kuliah
(c). blog.tokopeedia.com
Namun transaksi bisnis Adji kali ini tidak semulus yang ia bayangkan, produk yang sudah ia buat rupanya mengalami masalah hak paten terkait merek dagangnya. Sebagian tas yang sudah sempat diekspor terpaksa harus ditarik kembali. Adji saat itu mendadak ada dalam posisi terjepit, karena ia harus membayar biaya pembuatan tas kepada pemasok dan di saat yang sama, harus membayar denda kepada distributor di Singapura akibat tidak terpenuhinya jumlah tas sesuai kontrak. Adji lalu menjelaskan kepada pemasoknya tentang masalah yang ia hadapi dan sekaligus minta untuk diberi kelonggaran waktu pembayaran. Berkat kepercayaan dan hubungan yang terjalin baik, akhirnya pemasok tasnya setuju untuk memberi kelonggaran bahkan malah menambah bahan baku.

“Karena sudah percaya, mereka malah menambah bahan baku dan saya bisa kembali berbisnis,” ujar Adji dengan penuh rasa syukur.

Di tahun 2011, Adji meluncurkan kreasi tas terbarunya dengan merek Evrawood. Produknya sukses dipasaran bahkan diminati oleh masyarakat di Malaysia, Singapura dan meluas hingga ke kawasan benua biru Eropa, Jerman, Belanda, Inggris dan Swedia. Di negara-negara tersebut, tas Evrawood tampil dan bersaing dengan merek-merek dunia seperti Braun Buffel, Camel Active, dan Condotti.

Tak hanya membidik pasar ekspor, Adji pun tetap me-manage pasar dalam negeri dengan memasarkan produknya secara online lewat jaringan marketplace terkemuka, seperti Lazada, Rakuten dll dengan harga berkisar antara Rp 490 ribu sampai Rp 2.500.000. Untuk pangsa pasar luar negeri, tas Evrawood dibandrol dengan harga antara Rp 1.500.000 sampai Rp 2.500.000.

Di tengah nilai tukar rupiah yang melemah, Adji dan wirausahanya justru untung karena sebanyak 60% produknya yang murni berbahan baku lokal diekspor dan dihargai dengan mata uang negara distributornya.

Sebagai seorang wirausahawan sukses, Adji tak lupa membagikan kesuksesannya dengan memberdayakan warga disekitar. Di workshopnya yang berlokasi di Surabaya, ia menggandeng ibu-ibu rumah tangga untuk mengerjakan bagian pengeleman, melipat, dan menjahit. Dari pekerjaan tersebut, tiap orang bisa mengantongi upah sekitar Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta per bulan.

Dari dagang sambil kuliah, akhirnya sukses menjadi pengusaha tas kelas dunia, itulah Wahyu Adjisetiawan. Mungkin saja suatu ketika ada warga Indonesia yang berlibur dan membeli tas mahal di Singapura, tak sadar bahwa tasnya adalah hasil karya warga kota Surabaya ini. emoticon-Smilie


sumurnya gan : wartawirausaha.com
nona212Avatar border
nona212 memberi reputasi
1
2.7K
11
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan