Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

aladientAvatar border
TS
aladient
Ini momen-momen menegangkan jelang Soeharto lengser 21 Mei 1998
Merdeka.com - "Saya memutuskan untuk
menyatakan berhenti dari jabatan saya
sebagai Presiden RI, terhitung sejak saya
bacakan pernyataan ini pada hari ini, Kamis
21 Mei 1998," ujar Soeharto saat
membacakan surat pengunduran dirinya.
Banyak orang bersorak saat televisi
mengumumkan langsung orang nomor satu di
Indonesia saat itu menyatakan mundur dari
kursi kekuasaannya yang telah diduduki
selama 32 tahun. Para mahasiswa berteriak
seolah memenangkan pertempuran besar.
Namun sebagian ada juga yang meneteskan
air mata saat melihat tubuh pria renta itu
membacakan surat sakti yang menandai
dimulainya orde reformasi.
Meski demikian banyak yang tidak
mengetahui detik-detik genting dalam
perjalanan bangsa ini ketika Soeharto tepat
pada pukul 09.00 WIB. Banyak rangkaian
peristiwa besar terjadi menjelang detik-detik
tersebut.
Tanggal 18 Mei 1998, sore sekitar pukul
15.30 WIB, Harmoko di Gedung DPR, yang
dipenuhi ribuan mahasiswa, menyatakan
bahwa demi persatuan dan kesatuan bangsa,
pimpinan DPR, baik Ketua maupun para
Wakil Ketua, mengharapkan Presiden
Soeharto mengundurkan diri secara arif dan
bijaksana.
Pidato Harmoko saat itu pun disambut
gembira oleh ribuan mahasiswa yang
mendatangi Gedung DPR itu. Namun
kebahagiaan itu tidak berlangsung lama,
karena pada malam harinya, pukul 23.00
WIB Menhankam/ Panglima ABRI Jenderal
TNI Wiranto menyebut bahwa pernyataan
Harmoko itu merupakan sikap dan pendapat
individual, karena tidak dilakukan melalui
mekanisme rapat DPR.
Tanggal 19 Mei 1998, sekitar pukul 09.00,
Presiden Soeharto bertemu ulama dan tokoh
masyarakat, yakni Ketua Umum PB Nahdlatul
Ulama Abdurrahman Wahid, budayawan Emha
Ainun Nadjib, Direktur Yayasan Paramadina
Nurcholish Madjid, Ketua Majelis Ulama
Indonesia Ali Yafie, Prof Malik Fadjar
(Muhammadiyah), Guru Besar Hukum Tata
Negara dari Universitas Indonesia Yusril Ihza
Mahendra, KH Cholil Baidowi (Muslimin
Indonesia), Sumarsono (Muhammadiyah),
serta Achmad Bagdja dan Ma'aruf Amin
dari NU.
Usai pertemuan, Presiden Soeharto
mengemukakan, akan segera mengadakan
reshuffle Kabinet Pembangunan VII, dan
sekaligus mengganti namanya menjadi
Kabinet Reformasi. Presiden juga membentuk
Komite Reformasi dan menunjuk Nurcholish
sebagai ketua, namun hal itu ditolak oleh
pria yang akrab disapa Cak Nur itu.
Soeharto pun mengemukakan bahwa dirinya
siap mundur, namun ada satu hal yang
masih mengganjal dirinya. Soeharto
meragukan Habibie untuk menggantikan posisi
dirinya. Di mata Soeharto, Habibie saat itu
belum terlalu 'kuat' untuk memimpin
Indonesia.
Probosutedjo, adik Soeharto, yang berada di
kediaman Jalan Cendana, malam itu,
mengungkapkan, Soeharto pada malam itu
terlihat gugup dan bimbang. "Pak Harto
gugup dan bimbang, apakah Habibie siap
dan bisa menerima penyerahan itu,"
ujarnya.
Mendengar kata-kata Pak Harto ini, konon
Habibie sangat tersinggung. Sebab, hubungan
Pak Harto dan Habibie lebih daripada
sekadar dua sahabat politik.
Pada Rabu malam, 20 Mei, saat Pak Harto
terakhir menjabat, Habibie lah yang
membawa surat pengunduran diri para
anggota kabinetnya. Hubungan keduanya
dikabarkan retak sejak saat itu.
Malam itu juga, Wiranto mengunjungi
Soeharto dan memintanya mengundurkan diri
dan memastikan bahwa Presiden tidak
mempunyai pilihan lagi. Menjelang tengah
malam, Rabu itu, Pak Harto akhirnya tidak
bisa berbuat lain. Saat-saat itulah dia harus
melewati malam itu dengan satu keyakinan,
mundur keesokan harinya, Kamis, 21 Mei,
pukul 09.00 WIB.
Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya.
Kekecewaannya tergambar jelas dalam pidato
pengunduran dirinya, ... Saya telah
menyatakan rencana pembentukan Komite
Reformasi dan mengubah susunan Kabinet
Pembangunan ke-7, namun demikian
kenyataan hingga hari ini menunjukkan
Komite Reformasi tersebut tidak dapat
terwujud, karena tidak adanya tanggapan
yang memadai terhadap rencana
pembentukan komite tersebut.
Dalam keinginan untuk melaksanakan
reformasi dengan cara-cara sebaik-baiknya
tadi, saya menilai bahwa dengan tidak
dapat diwujudkannya Komite Reformasi,
maka perubahan susunan Kabinet
Pembangunan VII menjadi tidak diperlukan
lagi.
Dengan memperhatikan keadaan di atas,
saya berpendapat sangat sulit bagi saya
untuk dapat menjalankan tugas
pemerintahan negara dan pembangunan
dengan baik. Oleh karena itu dengan
memperhatikan ketentuan Pasal 8 UUD 1945
dan secara sungguh-sungguh memperhatikan
pandangan pimpinan DPR dan pimpinan
Fraksi-fraksi yang ada di dalamnya, saya
memutuskan untuk menyatakan berhenti dari
jabatan saya sebagai Presiden RI.
Seusai Soeharto mengundurkan diri dari
jabatannya, dan BJ Habibie mengucapkan
sumpah sebagai Presiden, Panglima ABRI
Jenderal TNI Wiranto dalam pidatonya
menyatakan, ABRI akan tetap menjaga
keselamatan dan kehormatan para mantan
Presiden/Mandataris MPR, termasuk mantan
Presiden Soeharto dan keluarga.
Mundurnya Soeharto menjadi babak baru
dalam perjalanan Bangsa Indonesia. Era
Reformasi telah bergulir, dan hari ini genap
15 tahun lengsernya Soeharto.
0
3K
8
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan