Muncul berbagai pertanyaan dan pernyataan yang negatif di masyarakat baik dalam interaksi sosial maupun sosial media yang membuat ane terusik. Apalagi ane adalah salah seorang Alumni Universitas Sumatera Utara pastinya masih peduli dengan kehidupan adik-adik junior yang masih sedang kuliah. Ane juga masih berdomisili di lingkungan mahasiswa juga tak jauh dari tempat kejadian. Kebanyakan pertanyaan adalah "Mengapa sih mesti bunuh diri??", Kok bisa sih mahasiswa berpikir pendek seperti itu?", Emangnya masalah ada yang gak bisa diselesaikan??", dan yang paling mengusik "Kok bisa bodoh gitu ya??".

Ane jawab secara spontan, "Mahasiswa itu tidak bodoh!!!".

Jadi???

Pertama
Bunuh diri Egoistic adalah suatu tindak bunuh diri yang dilakukan seseorang karena merasa kepentingannya sendiri lebih besar daripada kepentingan kesatuan sosialnya. Seseorang yang tidak mampu memenuhi peranan yang diharapkan (role expectation) di dalam role performance (perananan dalam kehidupan sehari-hari), maka orang tersebut akan frustasi dan melakukan bunuh diri.

Kedua
Bunuh diri Anomic, Bunuh diri yang terjadi ketika kekuatan regulasi masyarakat terganggu dimana terjadi ketidakjelasan norma-norma yang mengatur cara berpikir, bertindak dan merasa para anggota masyarakat, gangguan itu mungkin membuat individu merasa tidak puas karena lemahnya control terhadap nafsu mereka, yang akan bebas berkeliaran dalam ras yang tidak akan pernah puas terhadap kesenangan. Menurut Durkheim, suatu keadaan anomik dapat dilihat dari indikator ekonomi maupun domestik.

Ketiga
Bunuh diri Altruistic, Orang melakukan bunuh diri karena merasa dirinya sebagai beban dalam masyarakat. Contohnya adalah seorang istri yang melakukan bunuh diri yang telah ditinggal mati oleh suaminya.

Keempat
Bunuh diri Fatalisme adalah bunuh diri yang dilakukan karena rasa putus asa. Tidak ada lagi semangat untuk melanjutkan hidup, misalnya karena perbudakan.

Psikodinamik memandang tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh seorang individu adalah merupakan masalah depresi klasik, dalam hal ini, seseorang yang mempunyai agresifitas yang tinggi dalam menyerang dirinya sendiri. Teori Psikodinamik menyatakan bahwa kehilangan kontrol ego individu, menjadi penyebab individu tersebut melakukan bunuh diri. Freud menyatakan jika depresi adalah kemarahan seseorang yang ditujukan kepada dirinya sendiri. Secara spesifik, ego yang terdapat pada seseorang yang berada pada kondisi seperti hal tersebut, dihadirkan kepada orang yang telah meninggalkannya. Kemarahan akan menjadi lebih besar jika orang yang depresi berharap untuk menghapus kesan atau sosok dari orang yang meninggalkannya. Penghapusan atau penghilangan kesan atau gambar tersebut dilakukan kepada dirinya sendiri dengan jalan bunuh diri.
Teori ini menyatakan jika bunuh diri merujuk pada suatu manifestasi kemarahan kepada orang lain. Teori psikodinamik menyepakati atau menghendaki orang-orang yang bunuh diri jangan mengekspresikan kemarahannya ke dalam catatan atau surat, karena mereka tidak akan bisa mengekspresikan emosi tersebut dan mengembalikan perasaan tersebut kepada diri mereka.

Ane tidak mau berspekulasi mengenai alasan mengapa ketiga mahasiswa Universitas Sumatera Utara tersebut melakukan bunuh diri. Karena pemberitaan yang ada di media simpang siur dan tidak jelas. Ane hanya berani sedikit berdeduksi bahwa permasalahan mereka pastinya sangat berat dan tidak ada jalan keluar untuk menyelesaikannya selain bunuh diri. Salah satu fakta yang paling menggangu adalah mereka bertiga adalah orang Batak. Bukan bermaksud SARA karena ane juga merupakan orang Batak yang masih kental budaya Bataknya. Dalam mendidik anak-anaknya, orang tua suku Batak cenderung bersifat konservatif dan keras. Hal tersebut sesuai dengan karakter batak yang keras dan ambisius. Ketika muncul suatu permasalahan, yang terjadi adalah sang anak cenderung enggan untuk berkomunikasi dengan orangtuanya. Ditambah lagi apabila permasalahan tersebut menyangkut masa depan korban atau menjatuhkan prestise orang tua mereka.
Berikutnya, dengan prestasi yang telah mereka capai, mereka tentunya mendapat tempat tersendiri di lingkungan sosial mereka masing-masing. Tekanan sosial yang muncul dari ketidaksanggupan integrasi sosial sangatlah besar. Dengan demikian, mereka merasa tidak mendapat tempat lagi di masyarakat dikarenakan oleh gagalnya integrasi tersebut.
Berikutnya, mereka gagal dalam interaksi sosial. Mereka tidak memiliki tempat yang tepat untuk menerima saran atau masukan lingkungan sosial mereka. Misalnya teman, kolega, institusi, dll.

Perlu kita ketahui bahwa fenomena bunuh diri tidak selalu dilakukan secara spontan atau emosional tetapi dilakukan dengan sadar. Pelaku bunuh diri sebelumnya telah melakukan persiapan yang matang untuk melakukan bunuh diri. Bahkan dalam penelusuran kasus Therecia Ambarita, yang paling mengejutkan adalah di history browser handphone korban polisi menemukan artikel mengenai cara bunuh diri yang benar. (Harian Tribun Medan, 25 Mei 2015).

Semua orang pasti memiliki masalah dalam hidupnya. Semua manusia sebagai mahluk sosial tidak lepas dari lingkungan sosial yang bersifat dinamis dan dari regulasi sosial yang ada. Semua manusia juga diberikan Tuhan Yang Maha Esa hati dan pikiran sebagai seorang manusia. Semua manusia juga memiliki sisi emosional. Semua manusia juga memiliki kemampuan fisik untuk melakukan bunuh diri. Ane adalah manusia, agan dan aganwati sekalian juga manusia. Manusia adalah masuk sosial.