Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ot1ngAvatar border
TS
ot1ng
3 Alasan Artis Menjual Diri dari Kacamata Sosiologi
3 Alasan Artis Menjual Diri dari Kacamata Sosiologi

3 Alasan Artis Menjual Diri dari Kacamata Sosiologi

Liputan6.com, Jakarta - Dalam kacamata sosiologi, seorang rela menjual kehormatannya atau terjun ke dunia prostitusi karena 3 alasan. Yaitu kebutuhan hidup, ambisi untuk hidup berlebih, dan terpengaruh gaya hidup mewah atau hedonistik.

Sosiolog Musni Umar menilai dugaan artis AA terjun ke dunia prostitusi, bukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tetapi cenderung kepada tuntutan gaya hidup hedonisme di kota megapolitan.

"Artis AA itu motifnya melakukan prostitusi bukan prostitution by need (prostitusi karena kebutuhan). Tapi prostution by greedy (prostitusi karena serakah), atau prostitution by lifestyle (prostitusi karena gaya hidup) karena hedonistik," terang Musni kepada Liputan6.com, Senin 11 Mei 2015.

Musni menilai, pendapatan di dunia keartisannya dapat dikategorikan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang. Namun sifat manusia terkadang serakah, sehingga merasa selalu kekurangan. Apalagi dunia hiburan sangat memprioritaskan penampilan fisik seseorang.

"AA sudah menjadi artis, lalu dia memilih bekerja lagi sebagai PSK. Kemungkinan (dia) merasa penghasilannya tidak cukup untuk menunjang impiannya hidup mewah dan sosialitas," kata Musni.

Menginspirasi Kalangan Tertentu

Musni mengatakan terungkapnya praktik prostitusi dengan menyebutkan harga jual para pekerja seks, dapat berdampak buruk bagi masyarakat.

Kalangan yang tak berpendidikan tinggi dan tak memiliki pekerjaan, kata Musni, akan melihat dunia prostitusi sebagai jalan mendapatkan banyak uang dengan cara mudah. Apalagi, belum ada undang-undang yang mengatur tentang pemberian sanksi bagi para pekerja seks.

"Ini berbahaya, karena ketika (pemberitaan prostitusi) ini terbuka dan orang-orang jadi berbondong-bondong tertarik untuk jadi pramuria. Karena bayarannya besar dan tidak ada risiko jerat hukum. Akhirnya orang yang tidak punya pekerjaan, tidak ada pendidikan, memilih jadi pramuria," ujar dia.

Menurut Musni, masyarakat cenderung suka meniru saat melihat seseorang berhasil mendapatkan uang banyak dengan cara prostitusi. Sehingga masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan luas dan keterampilan akan mencoba hal yang sama.

"Orang Indonesia justru meniru untuk menjadi kaya nggak perlu bekerja keras. Apalagi orang yang susah hidupnya. Dampak sosialnya akan diikuti anak remaja," kata dia.
0
4.2K
35
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan