i.need.roseAvatar border
TS
i.need.rose
Ibu, Bersabarlah. Suatu Saat Nanti Aku Pasti Akan Membawa Pria Pilihanku
GIRLY PAGE



Ibu, Bersabarlah. Suatu Saat Nanti Aku Pasti Akan Membawa Pria Pilihanku untuk Meminta Restu Padamu



Berbicara soal jodoh memang tak ada yang tahu ya, Bu. Jodoh itu — kata orang-orang yang sudah menemukannya — memang suatu misteri terbesar dunia. Ibuku sayang, aku tahu semakin hari ibu semakin khawatir padaku. Di usiaku yang semakin matang ini, aku masih saja betah melajang. Setiap kali kita sarapan dan makan malam bersama, ibu tak pernah lupa menyinggungku tentang pernikahan.

Aku tahu ibu mulai resah dengan masa depanku. Aku tahu ibu dan ayah ingin sekali segera menggelar pesta hajatan pernikahanku. Iya Bu, aku pun juga ingin membawa lelaki pilihanku yang akan jadi penggenap imanku kelak ke hadapan ayah dan ibu. Tapi sayangnya bukan sekarang, Bu. Maukah ibu bersabar menunggu momen bahagia itu? Bersabarlah sebentar ya Bu, pasti suatu saat nanti aku akan menikah dengan pria pilihan hatiku yang juga kau restui.

Aku belum ingin menikah bukan karena aku sedang menutup diri, Bu. Hanya saja, aku belum menemukan lelaki tepat yang bisa menjadi imamku.



Aku masih muda ‘kan ibu? Ada banyak hal yang ingin aku rasakan, satu per satu ingin kuwujudkan cita-citaku. Bolehkah aku tidak memikirkan hal-hal yang berbau pernikahan dulu, Bu? Aku tahu Bu, dalam hatimu selalu ada keinginan untuk segera melihat kebahagiaanku, dan ibu berharap bisa sesegera mungkin aku bisa melihatku duduk berdampingan di pelaminan didampingi oleh lelaki yang tepat.

Lelaki tampan, bijaksana dan bertanggung jawab seperti ayah, yang sampai sekarang tidak pernah lelah menjadi pelindung kita. Aku mengerti keresahan hati ibu. Melihat teman-temanku sudah mempunyai pendamping hidup. Melihat teman-teman ibu sudah menggendong cucu, dan ibu masih selalu tersenyum dengan tulusnya ketika aku cerita kalau aku gagal lagi membina sebuah hubungan.

Bukan berarti aku egois dengan apa yang terjadi padaku, Ibuku sayang. Tapi maukah ibu menunggu sebentar? Aku tak ingin gegabah mengambil keputusan untuk menikah. Aku tak ingin terburu-buru menikah karena melihat satu per satu teman-temanku sudah menikah, dan aku memang belum menemukan sosok lelaki yang bisa menjadi imamku kelak. Tak usah Ibu khawatir. Percayalah Bu, bahwa kelak akan ada lelaki hebat yang akan kukenalkan pada Ibu.

Lagipula, aku masih ingin menikmati kegilaanku bersama sahabat-sahabatku. Bolehkah jika aku masih ingin berpuas-puas menikmati masa lajangku ini, Bu?



Sahabat bagiku adalah orang-orang yang selalu menghiburku baik di kala duka maupun suka. Tapi tenang saja Bu, Ibu tetap nomor satu dari sekian banyak hal yang menjadi alasan aku untuk bahagia. Karena itulah Bu, aku meminta izin padamu, bolehkah aku punya waktu lebih lama yang kuhabiskan bersama teman-teman? Setiap aku bersama mereka, sejenak aku bisa melupakan keletihanku karena kegiatan yang banyak menyita waktu.

Jangan kau marah Ibu, karena sesungguhnya waktu yang kuhabiskan bersama mereka tak sebanding dengan waktu yang aku habiskan bersama Ibu. Ibu selalu menegurku saat aku lupa waktu karena terlalu banyak menghabiskan waktu bersama mereka. Sampai terkadang adu mulut dengan ibu jadi tidak terelakkan. Maafkan aku ibu, bukan berarti aku tidak menghormatimu. Aku tahu ibu melakukan semua ini karena ibu khawatir padaku.

Mungkin ibu khawatir dengan setiap waktu yang kuhabiskan dengan temanku hanya sia-sia belaka. Atau mungkin ibu juga khawatir aku “kebablasan” bergaul dengan teman-temanku. Tenang ibu, setiap kali aku mau melakukan sesuatu, tidak pernah sedetikpun aku melewatkan semua nasihat-nasihat Ibu.

Karena saat aku sudah menjadi istri nanti, aku tak lagi bisa sebebas ini, Bu. Aku sadari akan hal itu. Diam-diam aku memperhatikan para pengantin baru, aku mendengar cerita dari Ibu, tentang bagaimana menjadi seorang istri yang baik. Aku harus patuh dengan suamiku, aku harus mendahulukan kepentingan rumah tangggaku di atas keinginan pribadiku.

Saat aku menikah nanti, aku pasti masih bisa bertemu dan menghabiskan waktu bersama sahabat-sahabatku, namun porsinya akan jauh lebih sedikit. Jika biasanya akau hanya butuh izin dari ibu dan ayah untuk bermain dengan sahaba-sahabatku, nantinya aku harus menunggu izin dari suamiku, dan pastinya aku juga harus memenuhi kewajibanku sebagai istri terlebih dahulu. Aku belum siap untuk itu, Bu.


Jangan resah jika ibu melihatku melakukan apapun seorang diri. Percayalah, anak gadismu ini sekarang sudah menjadi wanita tangguh yang mandiri.




Banyak yang bilang kalau aku itu wonder women lho, Bu. Tahu ‘kan Bu wonder women itu artinya apa? Itu julukan pada wanita hebat yang jarang mengeluh dengan setiap keadaan. Wanita yang kembali bangkit setiap kali jatuh.

Anak gadis ibu yang dulu ibu timang-timang, sekarang telah berubuah menjadi wanita tangguh dan mandri. Tenang bu, meskipun begitu aku tidak melupakan kodratku sebagai wanita kok. Aku tetap seorang wanita yang perlu tempat untuk berlindung. Seperti ibu yang berlindung disamping ayah.

Aku masih bisa pergi sendiri, makan sendiri, ke mall sendiri, bahkan yang paling ekstrim pergi ke kondangan teman juga sendirian. Dan sampai sekarang aku masih baik-baik saja kok, Bu.

Bukan berarti karena aku masih sendiri, aku tidak bisa melakukan banyak hal seperti pasangan-pasangan itu, Bu. Aku belajar mandiri berkat ibu ‘kan? Ibu dan ayah selalu mengajariku untuk menjadi perempuan hebat dan tangguh, tak mudah bergantung pada orang lain. Meskipun terkadang tidak jarang juga aku menangis di hadapanmu, tapi bukan berarti aku lemah bu, itu karena bagiku engkau tempat aku mencurahkan semuanya.

Tak kupungkiri, aku pun mendambakan seorang pendamping yang bisa menjadi penopangku nanti bu. Aku pun ingin memiliki pendamping yang bisa menjadi tempat berbagi hati, cerita, suka, dan duka. Tapi aku masih ingin menikmati kemandirianku sejenak, bu. Tak salah ‘kan jika aku ingin merasakan hidup sebagai perempuan yang mandiri?


Sungguh aku pun ingin membina keluarga dan menjadi ibu rumah tangga yang baik. Namun, aku juga masih ingin menggeluti karir yang selama ini aku impikan, Bu.



Aku juga tidak ingin berakhir menjadi wanita karir yang lupa kapan aku harus mengakhiri masa lajang. Aku tidak berpikir seperti itu ibu, keinginan untuk membina rumah tangga dan menjad seorang ibu itu selalu tetap ada.

Tapi, pekerjaan ini seolah menghiburku. Pekerjaan ini menjadi pengalih perhatianku dari hal-hal semacam itu. Pekerjaanku memang belum bisa menjadikanku jutawan, tapi karena pekerjaan ini aku jadi berharga di mata ibu, keluarga, dan masyarakat. Pekerjaan ini adalah yang aku inginkan semenjak aku duduk di bangku kuliah dan mati-matian meraih gelar sarjanaku.

Maka, izinkan aku Bu untuk sejenak menggeluti lebih dalam lagi pekerjaanku ini. Aku ingin mengembangkan lagi kemampuanku, aku masih haus banyak pengalaman, dan aku masih ingin banyak berkarya lagi.Sedang pekerjaanku ni tak memungkinkan bagiku lagi jika aku harus menikah saat ini.

Meskipun penghasilannya tidak seberapa dan mungkin aku hanya bisa membelikan ibu dan ayah selembar kain batik, tapi aku merasa hidup sebagai manusia di tempat ini, Bu.. Maaf ya Ibu, aju belum bisa membelikan perhiasan mahal untukmu. Tunggulah sebentar lagi, mungkin aku bisa membelikannya untuk ibu. Asalkan ibu tidak selalu menanyakan kapan aku menikah, Hehehe…


Lagipula Bu, aku masih ingin bermanja-manja dan menghabiskan waktu bersamamu ibu. Sebelum nanti aku harus pergi meninggalkan rumah untuk ikut suami.




Ibu pasti tahu ‘kan kalau aku sudah menikah kemudian aku tidak lagi tinggal bersamamu lagi? Ibu juga pasti tahu kalau suatu saat nanti aku akan meninggalkan ibu dan ayah, dan pindah untuk bermukim mengikuti suami? Mungkin nanti aku akan berkunjung kerumah ibu satu minggu sekali, satu bulan sekali, atau bahkan satu tahun sekali ibu. Demi apapun, aku belum siap untuk menjalani hal itu, Bu.

Aku masih ingin menjadi putri kecil ibu yang merajuk manja di dalam pelukanmu. Aku masih ingin menjadi gadis kecil ibu yang diam-diam keluar malam untuk jajan kudapan malam di depan rumah. Aku masih ingin menikmati masakan ibu saat aku pulang. Aku masih ingin mendengar omelan-omelan ibu saat aku malas bersih-bersih rumah. Dan aku masih ingin merasakan hangatnya rumah ini lebih lama lagi, Bu.

Untuk itu, betapa aku masih ingin menghabiskan waktu bersama ibu dan ayah. Merawat engkau dan ayah selagi sakit, belajar memasak, belajar menjadi peran sepertimu di rumah kita yang sederhana ini. Ajari aku Bu sebelum nantinya aku beralih peran dari seorang gadis kecil yang manja menjadi seorang ibu sepertimu.


Janganlah resah ibuku, pasti suatu saat nanti aku akan menemukan sesosok lelaki bertanggung jawab yang kelak akan menggantikan tugasmu dan ayah dalam menjagaku.




Jangan khawatir, Bu. Dia jodohku pasti orang terbaik yang dipilihkan olehNya karena apa? Karena Tuhan tahu, bahwa orang terbaik yang menjagaku sampai sekarang adalah ayah dan ibu terbaik di dunia dan karena itulah Tuhan pasti mengirimkan seseorang terbaik juga.

Jangan pula khawatir aku akan jadi perawan tua, Bu. Aku percaya jika aku akan bertemu dengan jodohku nanti di waktu dan momen yang tepat. Bukan terburu-buru ataupun terlambat, kapanpun itu aku percaya bahwa itu adalah rencana yang telah diatur oleh Sang Maha Kuasa.

Jangan khawatir dengan bisik-bisik tetangga, tentang aku yang saat ini belum juga juga menikah, Bu. Jodohku bukan di tangan mereka, pun bukan mereka yang akan menjalani rumah tanggaku nanti. Percayalah Bu, diam-diam aku pun sedang memantaskan diri. Diam-diam aku sedang mempersiapkan diri dan juga berusaha lewat doa-doa yang selalu kulantunkan di setiap sujudku pada-Nya. Tak usah ibu khawatir, karena suatu hari nanti aku akan memperkenalkan lelaki pilihanku, yang terbaik, yang akan menggantikan tugasmu untuk menjagaku.


Diubah oleh i.need.rose 05-05-2015 09:02
0
22.9K
223
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan