Sambut Komnas HAM, Akses Jalan Lokalisasi Dolly Ditutup
Rois Jajeli - detikNews
Foto: Rois Jajeli
Surabaya - Akses jalan menuju ke Lokalisasi Dolly ditutup total. Pasalnya, di pertigaan Jalan Dolly-Jarak didirkan panggung besar, sebagai panggung komunikasi antara warga dan pekerja Lokalisasi Dolly-Jarak dengan Komisioner Komnas HAM.
Dari pantauan detikcom, Kamis (12/6/2014) pagi, panggung ukuran sekitar 5x8 meter didirikan di pertigaan Jalan Jarak-Dolly. Panggung tersebut digunakan untuk panggung orasi serta tempat dialog antara warga dan pekerja Lokalisasi Dolly-Jarak dengan Komisioner Komnas HAM Dianto Bachriadi.
Sementara para Pekerja seks komersial (PSK) berbondong-bondong memenuhi Jalan Jarak dan Dolly. Hampir semua PSK memakai beragam topi dan penutup mulut sambil duduk lesehan.
Selain panggung untuk dialog dengan komisioner Komnas HAM, panggung tersebut juga digunakan sebagai panggung pengajian akbar pro rakyat menyambut bulan suci ramadan dan menolak penutupan lokalisasi bersama Gus Gendeng diiringi gamelan religi. Pengajian tersebut akan digelar nanti malam.
Pekerja lokalisasi juga mengundang Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Walikota Surabaya Tri Rismaharini dan Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya Soepomo.
Bahkan, mereka sudah menyiapkan kursi merah di atas panggung untuk para pejabat tersebut. Namun hingga acara sudah dimulai, kursi tersebut masih kosong.
"Kami mengundang gubernur, walikota dan kepala dinas sosial. Kami berusaha mengundang agar permasalahan ini clear, selesai. Kami sudah mengundang berulang kali, semoga bisa hadir dan berbicara bersama, menyelesaikan bersama-sama." ujar Apeng, anggota Front Pekerja Lokalisasi.
Spoiler for berita 2:
Komnas HAM Minta Penutupan Dolly Ditunda
Komnas HAM Minta Penutupan Dolly Ditunda
Seorang PSK berorasi saat aksi menulis surat bersama di jalan Gang Dolly, Surabaya, Kamis (5/6). Ratusan PSK, Mucikari dan pekerja lokalisasi mengikuti aksi yang digagas oleh Forum Pekerja Lokalisasi. TEMPO/Fully Syafi
Berita Terkait
Perbaikan Jalan Tuban-Rembang Beres Jelang Lebaran
Antisipasi Migrasi PSK Dolly, Madiun Gencar Razia
Selamatkan Situs, Warga Trenggalek Akan Digusur
Dewan Surabaya Sewot Tak Diajak Bicara Soal Dolly
Raskin di Sampang Tidak Layak Konsumsi
Foto Terkait
Suasana Lokalisasi Dolly Jelang Penutupannya
Suasana Lokalisasi Dolly Jelang Penutupannya
Video Terkait
Cover Tempo : Kisruh Pengurus, Satwa Merana
Cover Tempo : Kisruh Pengurus, Satwa Merana
Topik
#Surabaya dan Permasalahannya
#Pemerintah Provinsi Jawa Timur
Besar Kecil Normal
TEMPO.CO, Surabaya - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia akhirnya mendatangi lokalisasi Dolly dan Jarak yang rencananya akan ditutup pada 18 Juni mendatang. Komnas HAM ingin menyerap langsung aspirasi para warga, pekerja seks, pedagang, dan mucikari yang menolak rencana penutupan Dolly-Jarak.
"Saya mendukung perjuangan ibu-ibu dan bapak-bapak. Itu hak Anda untuk memperjuangkan nasib dan kesejahteraan ekonomi," kata komisioner Komnas HAM, Dianto Bachriadi, saat di atas panggung di Gang Dolly, Kamis, 12 Juni 2014.
Sepanjang Pemerintah Kota Surabaya belum memberikan jaminan solusi masa depan pekerjaan bagi PSK, warga, dan mucikari pasca-penutupan lokalisasi, Dianto menyarankan penutupan Dolly-Jarak ditunda tanpa batas waktu. Jika dipaksakan tanpa solusi konkret, ujar Dianto, pemerintah justru melanggar HAM karena ada unsur pemaksaan kehendak lewat instrumen kebijakan.
Agar tidak terjadi pelanggaran HAM, ia menyarankan penutupan Dolly jangan sampai memicu konflik dan memastikan tidak terjadi penurunan kesejahteraan ekonomi warga. Meski Dolly-Jarak diduga melanggar Perda Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 1999, Dianto belum berani mengambil kesimpulan sebelum berbicara dengan pihak Pemkot Surabaya. "Mereka (PSK, mucikari, dan warga) di sini untuk mencari nafkah demi kesejahteraan. Kalau ditutup tanpa solusi jelas, itu sama dengan pelanggaran HAM," tuturnya.
Melihat resistensi di kalangan grassroot, ia yakin, upaya penutupan ini belum berjalan maksimal. Namun ia enggan menegaskan posisi Komnas HAM, apakah mendukung atau menolak penutupan prostitusi Dolly-Jarak. Dianto berjanji akan menyampaikan semua keluhan dan unek-unek ini saat bertemu dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada Jumat, 13 Juni 2014.
Kedatangan Dianto di lokalisasi Dolly-Jarak disambut panggung berlatar belakang tulisan Pengajian Akbar Prorakyat Menyambut Bulan Suci Ramadhan dan Tolak Penutupan Lokalisasi Bersama Gus Gendheng. Panggung berdiri kokoh tepat di depan pintu masuk Gang Dolly dari arah Jalan Girilaya.
Front Pekerja Lokalisasi memberikan wadah bagi PSK, mucikari, dan warga untuk menyuarakan aspirasinya langsung ke komisioner Komnas HAM. Tercatat, ada tiga wanita yang menyampaikan unek-unek kepada Dianto. "Kami di sini (lokalisasi) bekerja untuk anak dan keluarga. Anak saya ada empat dan dua sudah sarjana. Saya bukan senang-senang di sini. Kalau ditutup, mau kerja apa saya? Tolong sampaikan ke Bu Risma, jangan ditutup lokalisasi ini," kata seorang PSK Jarak kepada Dianto.
Spoiler for berita 3:
Surabaya (beritajatim.com) - Aksi penolakan penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak terus bergulir. Pasalnya, pekerja seks komersial (PSK), warga serta mucikari disana mengaku bahwa Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tak pernah melakukan sosialisasi ataupun dialog dengan mereka.
Namun, Risma membantah hal itu. Karena ia tak ingin menutup bisnis bordir terbesar se-Asia Tenggara itu dengan tindakan paksa atau kekerasan. Menurutnya, perlu sosialisasi dan pendekatan secara personal.
"Aku bolak balik ngomong sama mereka. Terus gimana?! Pas ada pengajian Cak Nun hadir disana aku juga ngomong, warganya juga banyak. Aku punya rekamannya. Aku ada di pengajian itu," ungkapnya beberapa waktu lalu.
Sayangnya, seorang PSK Dolly Icha (34) membantah hal itu. Wanita berkulit putih nan ramah yang sudah bekerja selama delapan tahun di Dolly ini mengatakan, Pemkot Surabaya memberikan pendampingan serta sosialisasi penutupan itu hanya sebagai dalih belaka.
Justru menurutnya, sejak muncul isu penutupan Dolly dan Jarak, Pemkot Surabaya hanya menganggap mereka (PSK dan mucikari) sebagai terdakwa.
"Dulu Bu Risma selalu datang tiap ada pengajian sambut bulan suci ramadhan disini. Bahkan duduk sebelahan sama saya. Tapi sejak ada isu penutupan ini Bu Risma gak pernah datang. Buktinya pengajian malam ini, orangnya juga gak datang," jawabnya.
Sejumlah PSK, mucikari dan para pekerja lokalisasi Dolly dan Jarak malam ini, Kamis (12/6/2014), mengelar pengajian akbar pro rakyat menyambut bulan suci ramadhan dan menolak penutupan lokalisasi. Pengajian tersebut dihadiri pembicara Gus Gendheng disertai iringan gamelan religi.
Mereka mendirikan panggung besar di pertigaan Dolly-Jarak. Ribuan PSK, mucikari dan beberapa warga turut serta mengikuti pengajian. Hampir semua PSK mengenakan pakaian muslim dan jilbab. Semua wisma dan toko-toko kecil yang membuka lapaknya di sekitar lokalisasi dalam sehari ini tidak beroperasi. Begitupula, akses jalan menuju ke lokalisasi Dolly tutup total. Terlihat pula satuan polisi Polsek Sawahan mengamankan sekitar Girilaya dan Putat Jaya.[faf/ted]
ham memang harus dijunjung tinggi...tapi jangan sampai menyalah gunakan ham juga...contohnya kasus dolly ini...apa iya dengan kemaksiatan yang jelas-jelas dilarang oleh semua agama karena adanya ham kemaksiatan tidak bisa di tolak...hati-hati dengan para penggiat yang mengatas namakan ham...tidak semua hal harus dipandang dengan ham...
asal jangan gini aja gan...sepasang kekasih sedang pacaran dan ingin bercinta...ketahuan sama warga dan dilarang...kenapa kami dilarang bercinta, kan kami sama-sama mau, itukan hak kami, ini pelanggaran ham namanya...kalau sudah sampai gini gimana tuh...
dan kira-kira dimana bedanya ya, kasus dolli dengan ilustrasi cerita yang ane buat...
contoh lain, kalau ada demo anarki, berujung pada penjarahan, pembakaran, pemerkosaan, apa aparat cuma liatin aja dan bawa tameng, apalagi aparat diserang dengan batu dan senjata tajam, aparat gak bisa ngapa2in, karena takut ham. Terus gimana kalau ada aparat yang jadi korban saat mencegah kerusuhan, apa aparat harus menuntut ham...
bukan ane mengenyamping-kan ham, tapi ane cuma ngingatin aja, hati-hati sama para penggiat yang meng-atas namakan ham dan menyalah gunakan-nya.
Spoiler for update:
PENGAJIAN yang bertema :
MENOLAK LOKALISASI DITUTUP.
'Pengajian' untuk Menolak Penutupan Lokalisasi pramuriaan DOLLY Surabaya.