Polres Pelabuhan Tanjung Perak, Jawa Timur berhasil menyelamatkan puluhan ekor burung kakatua jambul kuning yang coba diselundupkan lewat kapal KM Tidar tujuan Papua-Ambon-Makasar-Surabaya-Jakarta. Burung-burung yang terancam punah itu dengan tega dimasukkan secara paksa ke dalam botol air mineral oleh pelaku.
Kejadian ini dirilis oleh kepolisian setempat pada Senin (4/5) lalu dengan memaparkan 21 ekor kakatua jambul kuning yang masih terkurung di dalam botol. Siapa pun yang melihat kondisi mereka pasti akan sedih. Mereka yang biasa terbang bebas, kini harus masuk dengan posisi paruh menghadap ke mulut botol dengan kaki terlipat, serta sayap yang tak bisa direntangkan.
Disekap dengan kondisi demikian dalam waktu cukup lama, 11 dari 21 burung itu mati mengenaskan. Entah apa yang ada di benak si pelaku, tetapi oknum-oknum itu mungkin saja hanya diganjar paling lama 8 bulan penjara saja.
"Dan dari data yang ada, setelah ditangkap dan diadili, rata-rata hukumannya dalam hitungan bulan saja, paling tinggi 8 bulan," kata Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar kepada detikcom, Rabu (6/5).
Kakatua kecil Jambul Kuning (cacatua shulpurea) merupakan satwa asli Indonesia yang dilindungi. Habitat asli dari burung ini yakni di Sulawesi, Nusa-nusa kecil, dan beberapa pulau lain.
Kakatua jenis ini hanya mampu bertelur sekali dalam setahun dan maksimal dua telur saja. Dengan masa inkubasi selama 28 hari, anak Kakatua Jambul Kuning baru bisa meninggalkan sarang setelah berusia 75 hari.
Kabarnya jumlah populasi burung ini tak lebih dari 7.000 ekor saja di dunia. Bahkan subspesies dari Kakatua Jambul Kuning yakni abbotti, yang hanya ada di Pulau Masalembu, hanya tinggal puluhan ekor saja
Tentunya dengan kondisi seperti ini, sorotan dunia tertuju pada Indonesia menunggu melakukan aksi nyata melindungi Kakatua Jambul Kuning. Melepaskan mereka ke alam bebas merupakan langkah tepat untuk melestarikan keberlangsungan spesies ini.
Siti pun mengajak semua pihak untuk ikut dalam gerakan penyelamatan si jambul kuning. Dia meminta kepada warga yang terlanjur memiliki burung cantik ini agar bisa mengembalikannya ke alam liar.
"Saya setuju dengan langkah save si jambul kuning," lanjut Siti.
Tidak hanya kakatua jambul kuning saja, gerakan ini juga berlaku untuk satwa langka lainnya. Para pemilik yang memiliki niatan baik, bisa mengembalikan mereka ke alam liar melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) atau di daerah melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
Bagi Anda yang sudah mengembalikan hewan langka tersebut atau berniat mengembalikannya, silakan mengirim foto hewan ke pasangmata.com atau redaksi@detik.com. Bila di lingkungan Anda ada yang memelihara kakatua jambul kuning, silakan juga laporkan ke BKSDA atau kepolisian terdekat dan pasangmata.com. Jangan lupa sertakan kontak Anda.
sumber
Quote:
Menyelamatkan Si Jambul Kuning
Kemenhut Intai Peredaran Satwa Langka di Pasar-pasar
populasinya sudah mencapai tahap kritis, masih juga banyak satwa langka yang diperjualbelikan secara sembunyi-sembunyi di sejumlah pasar hewan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan akan terus mengintai transaksi perdagangan ilegal ini.
"Sekarang jaringan LSM dan mitra polhut sedang melakukan pengintaian peredaran satwa-satwa tersebut di Jakarta," kata Menteri Siti Nurbaya kepada detikcom, Jumat (8/5/2015). Yang disasar adalah pasar-pasar hingga rumah-rumah yang dijadikan 'gudang' pengumpul satwa langka.
Selain di pasar-pasar, tidak jarang perdagangan ini melakukan transaksinya di rumah-rumah. Jika pun di pasar, para satwa langka ini tidak bakal dipajang seperti hewan lainnya. Sang penjual seakan menginterogasi dulu calon pembelinya, meyakinkan bukan petugas yang menyamar.
Seperti hasil penelusuran detikcom di salah satu pasar burung di Jakarta Timur. Awalnya, di sepanjang trotoar pasar, hanya terlihat burung hantu, dan burung-burung lainnya. Namun begitu masuk ke dalam pasar, hewan-hewan langka mulai ditawarkan.
"Nyari apaan bos?" tanya seorang pria yang berdagang di lokasi tersebut.
Saat dijawab sedang mencari kakatua jambul kuning, si pedagang awalnya mengatakan tidak ada. Namun begitu dijelaskan pembelian ini serius, dia mulai mau menawarkan burung tersebut.
"Bos, itu serius nggak kakatuanya, kalau serius ini saya ada barangnya?" ucap pedagang tersebut.
Kemudian pedagang berkaos garis-garis tersebut mengajak detikcom ke dalam gang yang letaknya tak jauh dari kios. Namun sebelum masuk ke dalam, dia meminta detikcom untuk menanggalkan alat komunikasi dan dilarang mengambil gambar apa pun.
Di dalam rumah tersebut, ada kandang-kandang besi yang berisi hewan langka. Mulai dari bayi siamang, kukang, berang-berang. Ada juga elang bondol, burung macau dan yang paling dicari: kakatua jambul kuning.
Kakatua jambul kuning tersebut sudah terlihat memelas. Sesekali dia juga mengucapkan kata yang sudah diajarkan oleh si pedagang. Harga yang ditawarkan adalah Rp 4,5 juta.
Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati, Bambang Dahono Adji sendiri mengamini pernyataan Siti yang akan rutin merazia pasar burung. Operasi biasanya digelar dengan sistem intelijen dulu.
"Jika benar, baru operasi terbuka tangkap tangan," kata Bambang dihubungi terpisah.
Meski geram dengan perdagangan ini, namun Bambang menerangkan maraknya penyeludupan satwa langka karena tingginya juga permintaan. Makanya jika ada yang tertangkap, pihaknya tidak ingin hanya untuk menyelamatkan satwa tersebut.
"Tapi juga mengungkap bagaimana jaringan ini terjadi," tandasnya.
sumber
Quote:
Menyelamatkan Si Jambul Kuning
Menelusuri Lorong Gelap Perdagangan Kakatua Jambul Kuning di Jakarta

Jakarta - Polisi di pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jatim, mengungkapkan tujuan akhir para penyelundup burung kakatua kecil jambul kuning yang dimasukkan ke dalam botol air mineral adalah Jakarta. Lalu, bagaimanakah penjualan burung langka itu di ibu kota?
detikcom menelusuri penjualan gelap burung itu di dua pasar burung di Jakarta Timur, Kamis (7/5/2015). Khusus di pasar pertama, tidak ditemukan burung kakatua kecil jambul kuning, atau setidaknya tidak ada pedagang yang mau menunjukkannya secara terbuka.
Di pasar pertama, hanya ada kios yang berbentuk rumah menjual burung macau merah dengan kaki dirantai, elang bondol dan merak di dalam kandang besi bertingkat. Lokasinya tersembunyi di bagian dalam rumah. Di bagian luar, mereka memajang burung parkit dan burung-burung lainnya.
"Kagak jual, itu barang susah nyari. Dia hewan langka," kata pedagang tersebut saat ditanya apakah ada kakatua jambul kuning di tokonya.
"Kagak ada, dulu ada yang jual sekarang lagi kosong. Kalau mau ini aja, macau sama-sama paruh bengkok," jawabnya sambil menawarkan harga burung tersebut Rp 10 juta dan merak Rp 7 juta.
Menurut sang pedagang, tak ada lagi jambul kuning di Pasar Pramuka sejak merebaknya kasus penyelundupan burung di dalam botol air mineral di Surabaya, Jatim. "Kagak ada bang udah susah dapatnya semenjak rame di Surabaya," imbuhnya.
Berbeda dengan suasana di pasar kedua. Di sana, masih ada pedagang yang menjual jambul kuning. Namun, semua dilakukan secara diam-diam dan sangat rahasia
Awalnya, di sepanjang trotoar pasar, hanya terlihat burung hantu, dan burung-burung lainnya. Namun begitu masuk ke dalam pasar, hewan-hewan langka mulai ditawarkan.
"Nyari apaan bos?" tanya seorang pria yang berdagang di lokasi tersebut.
Saat dijawab sedang mencari kakatua jambul kuning, si pedagang awalnya mengatakan tidak ada. Namun begitu dijelaskan pembelian ini serius, dia mulai mau menawarkan burung tersebut.
"Bos, itu serius nggak kakak tuanya, kalau serius ini saya ada barangnya?" ucap pedagang tersebut.
Kemudian pedagang berkaos garis-garis tersebut mengajak detikcom ke dalam gang yang letaknya tak jauh dari kios. Namun sebelum masuk ke dalam, dia meminta detikcom untuk menanggalkan alat komunikasi dan dilarang mengambil gambar apa pun.
Di dalam rumah tersebut, ada kandang-kandang besi yang berisi hewan langka. Mulai dari bayi siamang, kukang, berang-berang. Ada juga elang bondol, burung macau dan yang paling dicari: kakatua jambul kuning.
"Umur setahun, udah jinak nggak bakal gigit," kata si pedagang soal kakatua tersebut.
Kakatua jambul kuning tersebut sudah terlihat memelas. Sesekali dia juga mengucapkan kata yang sudah diajarkan oleh si pedagang. Harga yang ditawarkan adalah Rp 4,5 juta.
Dengan temuan ini, maka memang praktik perdagangan kakatua jambul kuning di Jakarta memang ada. Kini, tinggal tugas aparat untuk menertibkannya dan membuat hewan langka kembali terbang ke alamnya.
sumber
#SaveSiJambulKuning#