- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Yuk Nostalgia Bersama Sandiwara Radio


TS
kalbuadhitaufik
Yuk Nostalgia Bersama Sandiwara Radio


Spoiler for no repost:


Quote:


Kalo Agan termasuk produk ’70an atau yang lebih terdahulu, anda pasti mengalami atau sempat menyaksikan demam mendengarkan sandiwara radio menjangkiti masyarakat di tahun ’80an. Mereka rela meluangkan waktu setiap hari sekitar 30 menit untuk mendengarkan kelanjutan dari cerita kesayangannya.
Quote:


Selingan iklan produk obat-obatan atau
kadang produk rokok yang sesekali muncul
sebagai sponsor acara tersebut nampaknya
tidak mengganggu keasyikan mereka
mengikuti alur cerita. Yang sedang tidak
sibuk, asyik duduk di dekat radio layaknya
menonton televisi. Bagi yang masih memiliki kegiatan lebih suka membesarkan suara radionya agar tidak ketinggalan cerita disaat tetap harus beraktifitas.
Quote:


Di jaman keemasannya, sandiwara radio
banyak didominasi oleh cerita-cerita silat
berlatar belakang babad tanah Jawa,
diantaranya yang kita ingat adalah Saur
Sepuh, Tutur Tinular, Misteri dari Gunung
Merapi, Misteri Nini Pelet, Satria Madangkara, Babad Tanah Leluhur, Kaca
Benggala dan lain sebagainya. Yang bukan
cerita silat jauh lebih sedikit. Mungkin anda
masih ingat dengan Butir-butir Pasir di Laut
atau Ibuku Malang Ibuku Tersayang.
Bagaimana dengan tokohnya? Ada Brahma
Kumbara dan Mantili di Saur Sepuh, Mak
Lampir di Misteri Gunung Merapi, kemudian
ada Sasongko di Ibuku Malang Ibuku Tersayang. Bahkan sampai ke pengarang ceritanya pun, boleh coba ditanyakan ke para penggemar sandiwara radio waktu itu. Nama-nama seperti Niki Kosasih, S Tijab, SH
Mintarja dan lain sebagainya akrab ditelinga
mereka. Sampai sponsornya pun mereka
hafal, mulai dari obat kulit hingga jamu
produksi Dankos, Kalbe Farma, hingga Bintang Toedjoe.
Quote:


Kesuksesan sandiwara radio pun dirasakan
oleh sponsor yang nama dan penjualannya
ikut melambung. Hingga akhirnya sebagian
dari sandiwara radio itu pun divisualkan.
Namun strategi ini nampaknya tidak 100%
berhasil. Banyak penonton yang kecewa,
karena apa yang mereka lihat dilayar lebar
tidak sesuai dengan apa yang selama ini
mereka bayangkan. Inilah kelemahan dari
media visual. Media visual membatasi
imajinasi penontonnya.
Quote:


Sebagai ilustrasi, kira-kira jika diadu siapa
yang lebih hebat, Mak Lampir ala sinetron
televisi atau Mak Lampir versi radio? Mak
Lampir di televisi ruang geraknya terbatas
oleh kemampuan akting pemain, sutradara,
efek dan tata rias. Sedangkan Mak Lampir
versi radio, ruang geraknya dan kehebatannya tidak terbatas, 30% tergantung pada penulis naskah, kemampuan pengisi suara dan efek suara, sedangkan 70% tergantung pada imajinasi pendengar. Mak Lampir versi radio mampu menjadi apa saja sesuai dengan apa yang pendengar banyangkan. Inilah kekuatan radio, THEATER OF MIND! Melalui radio, pendengar bisa menciptakan pertunjukannya sendiri, pertempurannya sendiri, tokohnya sendiri. Semua sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pendengar. Inilah salah satu kunci mengapa sandiwara radio bisa berhasil dimasanya, yaitu menguasai imajinasi pendengar.
Quote:


Sangat disayangkan, seiring berjalannya
waktu, acara yang sempat meraih banyak
pendengar, mendongkrak penjualan sponsor
dan meningkatkan omset radio siaran ini
perlahan ditinggalkan oleh pencintanya.
Menurut saya bukan karena ceritanya tidak
menarik atau ketinggalan jaman (toh memang sebagian besar mengambil cerita
jaman dulu). Bukan juga karena tidak ada
radio yang mau mengudarakan. Problem
utamanya adalah tidak adanya sponsor yang
mendanai pemutaran dan pembuatan
sandiwara radio. Bisa dikatakan seluruh
sandiwara radio yang pernah kita dengarkan
didanai oleh sponsor. Dan sekarang, pihak
sponsor lebih memilih untuk mengalokasikan dana promosinya ke televisi. Padahal dengan menguasai theater of mind pendengar radio, produk mereka akan diingat oleh calon konsumen seperti yang saya tulis diatas. Dari sisi biaya produksi dan promosi, jelas menjadi sponsor acara radio jauh lebih ekonomis.
Quote:


Bandingkan dengan “sandiwara televisi” –
sinetron. Sesaat penonton akan mengingat
judul dan ceritanya. Namun fanatisme
mereka tidak akan seperti penggemar
sandiwara radio, yang hafal nama-nama
pemain, nama tokoh hingga produk apa yang
menjadi sponsor sandiwara radio tersebut.
Saat ini kita akan sulit menemukan tokoh
sinetron yang bisa menandingi ketenaran
Brahma Kumbara, Jayakatwang dan Nini
Pelet. Namun tetap saja binar warna layar
kaca lebih membuai sponsor dalam
mengalokasikan dana promosinya.
Quote:

Silahkan googling, masukkan kata kunci
“sandiwara radio” dan anda akan bisa sedikit
bernostagia dengan acara radio yang
sudah kita tinggalkan ini.

Quote:
Quote:
Terimakasih buat Mimin, Momod, dan Seluruh Kaskuser.
Diubah oleh kalbuadhitaufik 08-05-2015 04:04
1
9.3K
Kutip
62
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan