Quote:
Pemerhati dan praktisi hukum olahraga Haryo Yuniarto mengusulkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar menempatkan Imam Nahrawi di kementerian lain mengingat yang bersangkutan tidak memiliki konsep tentang keolahragaan. "Kalau saya sudah bilang dari awal tidak ragu untuk meminta Pak Jokowi menempatkan Pak Imam Nahrawi di kementerian lain agar lebih bermanfaat,"ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima GATRAnews, Senin (4/5).
Menurutnya, hal tersebut mengacu kepada konflik PSSI dan Kemenpora serta target SEA Games Singapura. Ketidak pahaman Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) mengambil alih PSSI melalui Tim Transisi adalah langkah keliru dan melanggar karena dalam perundangan undangan telah dijabarkan tentang batasan batasan serta wewenang dari induk organisasi dan juga pemerintah.
"Masyarakat tentunya masih ingat ketika Kemenpora membentuk Tim Sembilan yang tujuannya ingin membenahi sepak bola karena ada mafia pengaturan skor dan segala macam tapi mana hasilnya? Dan sekarang bentuk lagi tim Transisi ini ada apa?" tambahnya.
Lebih lanjut Haryo Yuniarto menilai, Menpora Imam Nahrawi tidak memiliki perencanaan tentang olahraga, terutama untuk memperbaiki sepak bola nasional.
"Bagaimana jika langkah Kemenpora ini disebut sebagai program Pemerintah.Jadi saya melihat ini bukan bagian dari program Pemerintah , tetapi lebih dari keinginan Menpora untuk menghancurkan PSSI," tuturnya.
Pria yang pernah menjabat sebagai Plt Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) juga menyoroti pernyataan Sekretaris Jenderal BOPI Heru Nugroho tentang rencana pengambil alihan kompetisi sepak bola dibawah kendali Kemenpora.
"Di belahan negara manapun tidak ada kegiatan kompetisi sepak bola tanpa melibatkan nasional federasi dalam hal ini PSSI untuk di cabang sepak bola. Sekarang mereka mau bikin kompetisi siapa yang akan mengakui itu dan ini tidak dibenarkan," katanya.
Sumur
ditengah isu reshuffle menteri2 Jokuwi yang kinerjanya jauh dari harapan kayaknya menpora layak masuk list, semoga jawaban Jokuwi bukan tanya pak JK lagi
