Anak kecil duluitu mainannya petak umpet, kejar-kejaran, ular tangga, gasing (beyblade), ngerakit tamiya dan main lumpur di sawah. Dari sekian banyak permainan yang ada, yang dari dulu digemari mungkin petak umpet. bebas menentukan pilihan tempat untuk bersembunyi, dan bagi siapapun yang berkesempatan untuk berjaga harus mencari sampai ketemu. Permainan seperti ini akan membuat anak-anak seusianya akan lebih mengenal satu sama lain (lebih bersosial), karena permainan yang pada umumnya tidak bisa dilakukan sendiri.
Anak kecil sekarang itu mainannya gadget. Nah yang ini udah jadi fenomena di berbagai belahan dunia. Keberadaan gadget itu sendiri ibarat dua sisi uang logam. Di satu sisi sangat membantu manusia dalam melakukan banyak hal. Namun, perangkat ini bisa berdampak negatif bagi kondisi fisik dan mental penggunanya, terutama bagi anak-anak.
Pandangan psikolog
Psikolog Tika Bisono mengatakan gadget merupakan bentuk kemajuan dari suatu zaman, dan menurutnya itu tidak bisa dihindari. Maka, permainan di dalam gadget menjadi opsi permainan yang dipilih karena mempunyai nilai praktis.
"Sebenarnya, dalam perkembangan zaman harus siap berubah dan berkembang. Perubahan itu nggak bisa terlepas dari teknologi," ujar Tika, saat ditemui di lokasi Car Free Day, Jakarta, Minggu 23 November 2014.
Tika melanjutkan, permainan itu sendiri sangat akrab dengan kehidupan manusia, baik fungsi untuk bermain, hiburan, istirahat, dan interaksi. Namun, bila berbicara permainan pada sebuah gadget, kata dia, itu hanya program dari dunia maya bukan dunia yang sesungguhnya.
Seberapa bahaya bagi anak yang menggunakan gadget?
Asosiasi dokter anak Amerika dan Kanada menekankan anak usia 0-2 tahun tidak diperbolehkan terpapar gadget. Anak 3-5 tahun dibatasi satu jam per hari dan dua jam untuk anak 6-18 tahun.
Tapi faktanya, anak-anak justru menggunakan gadget 4-5 kali lebih banyak dari jumlah yang direkomendasikan.
Bahkan, penggunaan ponsel pintar, tablet, dan peranti game elektronik sudah dimulai sejak usia sangat dini.
Dokter anak asal Amerika Serikat, Cris Rowan, dalam tulisannya di Huffington Post, mengatakan perlu ada larangan penggunaan gadget pada usia anak di bawah 12 tahun. Sudah banyak penelitian yang membuktikan dampak negatif gadget pada anak.
Berikut 10 alasan larangan bermain gadget pada anak :
1. Pertumbuhan otak yang terlalu cepat
Pada usia 0-2 tahun, pertumbuhan otak anak memasuki masa perkembangan hingga 21 tahun. Perkembangan otak awal ditentukan oleh rangsangan lingkungan. Stimulasi yang berasal dari gadget akan berhubungan dengan fungsi eksekutif dan defisit perhatian, gangguan kognitif, kesulitan dalam belajarm peningkatan impulsif dan menurunkan kemampuan dalam mengendalikan diri.
2. Hambatan perkembangan
Penggunaan gadget akan membatasi gerak anak, yang mengakibatkan perkembangan terhambat. Satu dari tiga anak sekolah yang menggunakan gadget memiliki hambatan pada perkembangan, dan berdampak buruk pada prestasi akademik. Penggunaan gadget di bawah usia 12 tahun akan menghambat perkembangan anak.
3. Obesitas
Gadget berkorelasi dengan risiko obesitas. Saat menggunakan gadget, anak cenderung kurang bergerak. Anak yang diperbolehkan bermain gadget di kamar tidur mereka 30 persen mengalami risiko obesitas. Obesitas berpotensi diabetes, stroke, dan serangan jantung. Sehingga dapat memperpendek usia. Anak-anak yang lahir pada abad 21, kemungkinan tidak akan hidup lebih lama daripada orangtua mereka.
4. Gangguan tidur
Kebanyakan orangtua tidak mengawasi anaknya saat bermain gadget. Sebanyak 75 persen anak yang bermain gadget di kamar tidur mengalami masalah pada tidurnya. Sehingga berdampak pada prestasi belajar mereka.
5. Penyakit mental
Penggunaan gadget berlebihan menjadi penyebab meningkatnya laju depresi pada anak, kecemasan, gangguan perhatian, autisme, gangguan bipolar, psikotis dan gangguan perilaku pada anak.
6. Agresif
Konten kekerasan dapat menyebabkan agresif pada anak. Seperti pada game Grand Theft Auto V, yang menggambarkan seks, pembunuhan, pemerkosaan, penyiksaan dan mutilasi. Dan banyak lagi di dalam film dan acara TV.
7. Pikun digital
Konten media berkecepatan tinggi berkontribusi terhadap meningkatnya risiko defisit perhatian, serta penurunan konsentrasi dan ingatan, karena pemangkasan otak yang berperan dalam melakukan hal itu.
8. Kecanduan
Kurangnya perhatian orangtua, anak-anak cenderung lebih dekat dengan gadget. Dengan tidak adanya keterikatan orangtua, anak-anak melampiaskannya ke gadget. Sehingga menyebabkan kecanduan.
9. Radiasi
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan ponsel sebagai risiko kategori 2B, karena emisi radiasi yang dihasilkan. Anak-anak lebih sensitif terhadap berbagai radiasi dibandingkan orang dewasa, karena sistem kekebalan tubuhnya masih berkembang.
10. Tidak berkelanjutan
Edukasi yang berasal dari gadget tidak akan lama bertahan dan berkelanjutan dalam ingatan anak-anak. Anal-anak adalah masa depan kita, tetapi tidak ada masa depan bagi anak-anak yang terlalu sering menggunakan gadget. Dengan demikian, pendekatan pendidikan melalui gadget tidak akan berkelanjutan bagi anak-anak.
Anak zaman duluPergi ke sekolah jalan kaki, naik sepeda, diantar orang tua atau angkot. Bersepeda adalah salah satu cara termudah untuk berolahraga. Anda bisa naik sepeda hampir di mana saja, setiap saat, sepanjang tahun tanpa perlu menghabiskan banyak uang. Bersepeda merupakan salah satu pola hidup sehat. Sekalipun ada orangtua yang punya sepeda motor, dia sendiri yang akan mengantar.
Anak zaman sekarang Pergi ke sekolah naik motor atau mobil sendiri. Di mata hukum di negara manapun, anak-anak sudah jelas dilarang mengendarai kendaraan sendiri. Namun faktanya, di jalanan sering kali kita temukan hal ini.
Anak zaman duluNgumpulin uang buat beli dan ngoleksi Tazos dari Chiki. Beli Chiki, Chitos, Jet-Z buat ngumpulin Tazos ato Metallix. Yang paling banyak koleksinya yang paling bangga.
Anak zaman kini Ngumpulin uang buat main game online dan beli voucher untuk akun game onlinenya. Kini, hanya dengan komputer dan koneksi internet, anak-anak bisa bermain dengan asik di dalam ruangan kecil bahkan tanpa teman. Di masa inilah, Game Online memenangkan dunia anak.
Anak zaman duluSebelum makan itu berdoa dulu. Berdoa sebelum dan sesudah makan/minum itu salah satu tanda bersyukur kita kepada Allah SWT. Kita bersyukur kepada-Nya karena Dia telah memberian kita makanan yang halal, dan bergizi. Selain itu juga, berdoa sebelum/sesudah makan/minum juga dapat mengusir syaitan loh, kalau kita tidak berdoa sebelum/sesudah makan dan minum syaitan akan berbicara “Makanan/minuman ini untukku” Nauzubillah min zalik..
Anak zaman Sekarang Sebelum makan itu foto dulu. Dari dulu orang tua kita selalu mengajarkan untuk berdoa dulu sebelum makan, tapi sekarang semuanya sudah bergeser setelah muncul yang namanya facebook, twitter, Instagram Path, dll. Bukannya berdoa dan buru-buru dimakan, tapi yang pertama kali dilakuin adalah foto-fotoin makanan mereka, trus di-upload deh ke Instagram atau Path.
Anak jaman duluhabis sholat magrib ngaji di mesjid. lanjut lagi gan, ngaji itu udah jadi salah satu hal yang wajib dilakuin ketika jaman dulu banget Lah gimana engga. Ada juga yang mengaji habis maghrib rame – rame bawa obor segala. Mungkin sebagian sobat ente disini pernah ngalaminnya.
Kalau anak jaman sekarang abis magrib rame-rame pergi ke café, mall, diskotik, dll. Jalan-jalan, belanja di mall atau sekedar berkumpul di café memang mengasikan, akan tetapi bila terlalu seringpun sungguh tidak baik, apalagi bagi anak sekolah. Selain dapat menghabiskan uang waktu bersama keluarga tercintapun akan berkurang.
Anak jaman dululebih mendengarkan ucapan orang tua ketimbang teman-temannya.
Tapi Kalau anak jaman sekarang Lebih Memikirkan Apa Kata Teman.
Pandangan Psikolog :
Psikolog, Ajeng Raviando menjelaskan bahwa peer pressure adalah tekanan yang terjadi di teman sebaya. Seringkali remaja lebih memikirkan apa kata teman dibandingkan orang tuanya.
Kondisi ini sebenarnya memiliki dua sisi, negatif dan positif. Namun banyak orang yang mengumpamakan buruk.
"Peer pressure itu tekanan dari teman sebaya. Negatifnya dia bisa melakukan sesuatu yang tidak sesuai keinginan biar diterima di lingkungannya," kata Ajeng saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, Kamis, 5 Februari 2015.
Sedangkan positifnya, lanjut Ajeng, "Anak bisa mengikuti teman-temannya ketika mereka tergabung dalam kegiatan yang positif. Misalnya ekstrakulikuler di sekolah."
Zaman dulumusik anak-anak itu bisa menjadi salah satu bahan buat pembelajaran anak-anak, karna didalamnya terdapat pesan-pesan yang bisa ngebuat anak tersebut mengenali dan mempelajari sedikit demi sedikit tentang kehidupan ini. Contoh, lagu ‘Bangun Tidur’. Isinya memberi pelajaran kepada anak kalau sehabis bangun tidur itu baiknya kita mandi, gosok gigi, terus bantuin ibu kita ngeberesin tempat tidur.
Nah,
kalau Anak jaman sekarang ? Boro-boro abis bangun tidur mandi, bangun aja juga belum tentu (faktor begadang karna abis nonton konser dangdut di kampung sebelah). Ya, inilah perubahan selara musik yang sangat aneh sekali, tapi ini bukan sepenuhnya untuk disalahkan kepada si anak, karna pasti ini dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan pergaulannya. Untuk itu bagi para orang tua yang ingin mempunyai anak yang tumbuh secara moral dengan baik dari kecil, bimbinglah mereka ke arah yang sepatutnya memang mereka harus dapatkan. Karna, mungkin faktor dari kurangnya perhatian orang tua juga bisa menjadi salah satu faktor ‘pelarian’ anak ke arah yang negatif atau ke arah yang seharusnya mereka belom ketahui pada umur tersebut.