- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Semen Tidak Diaduk, Sebuah Keyakinan yang Hakiki! (Agitatif Mode: ON!!)


TS
singeslayer
Semen Tidak Diaduk, Sebuah Keyakinan yang Hakiki! (Agitatif Mode: ON!!)



Spoiler for Intro:
Sebelum membaca tulisan ini, ada baiknya kalian semua gue peringatkan. Konten tulisan ini sangat amat sensitif, menyinggung keyakinan. Ada kemungkinan keyakinan kalian akan goyah setelah membaca tulisan ini. Jadi berhati-hatilah.

Spoiler for Contents:
Siang itu, tepatnya Selasa pukul 12.00 WIB, berlokasi di sebuah kompleks perumahan di daerah Bekasi - Kalimalang, terlihatlah dua orang pemuda yang sedang duduk. Selanjutnya kita sebut saja mereka Odan P.
Eit, ini bukan inisial perusahaan rekaman tumbuktu loh ya... Jadi jangan girang dulu kalian wahai kaum adam.
Pada umumnya kegiatan saing hari seorang manusia sebelum bekerja adalah mencari 3 hal berikut ini: toilet, handphone, dan semen. Kebetulan kedua orang tersebut sedang mencari semen. Namun karena terlalu malas bergerak dari sofa di ruang tamu, akhirnya mereka memutuskan untuk duduk dan menanti keajaiban. Woilaa, tak lama kemudian truk semen keliling lewat dengan manisnya.
Kedua pemuda tersebut akhirnya membeli masing-masing satu sak semen alias semen holsim dan segera duduk di teras untuk kerja. Semuanya senang hingga akhirnya tragedi itu pun datang.
Dari percakapan yang hampir berujung ke acara gelut mulut di atas, kita bisa memahami bahwa di dunia ini perbedaan konsep itu nyata, bahkan di perkara-perkara kecil. Yin dan Yang. Hitam dan Putih. Diaduk dan Tidak Diaduk.
Well, gue pribadi termasuk dalam faksi semen tidak diaduk. YA, SEMEN TIDAK PERLU DIADUK
. Perlu gue tekankan di sini bahwa ini adalah keyakinan yang gue pegang sejak bertemu Raja dari tumbuktu yang bikin semen ga diaduk. Tanpa paksaan dan sadar secara utuh.
Kenapa SEMEN TIDAK DIADUK?
Simpel. Kalo lo perhatiin proses ketika semen diracik, lo akan sadar semua itu sudah ada tatanannya. Ibarat kata anak sosiologi, sudah ada strata sosialnya.
Lo perhatiin stratanya, itu udah sempurna banget. Ketika lo pake tuh semen, yang lo dapet adalah rasa dari susunan yang hakiki. Buat apaan lagi diaduk? Semen bukan ketoprak, apalagi kopi. Diaduk hanya akan menghilangkan keindahan si semen. Lo ngerusak seni!!!
Kalo kita tengok dengan kacamata sosial, semen yang ada di bagian bawah dan berjumlah banyak merupakan gambaran kaum proletar; kelihatannya sepele tapi mereka adalah dasar kekuatan yang sesungguhnya. Selanjutnya ada kerikil termasuk dalam middle class: mereka memberikan pengaruh cita rasa ke atas dan ke bawah. Akan tetapi walaupun penting, perlu dicatat bahwa keberadaan mereka bukanlah yang utama, bahkan bisa ditiadakan sama sekali kalau alam (baca: sang pekerja bangunan) menghendakinya. Terakhir pada bagian atas ada curahan pasir yg disambut agregat batu kali mereka adalah upper class, kaum fancy dalam hidup ini. Namun ingat, tidak akan ada kenikmatan yang tercipta jika pasir dan agregat batu kali ditaruh terlalu banyak. Jadi, secukupnya saja.
Paham dengan penjelasan di atas?
Jika iya, kita lanjutkan dengan hubungan penjabaran di atas dengan alasan kenapa semen tidak perlu diaduk. Susunan strata yang sudah sempurna itu jika kita aduk akan menimbulkan kegamangan bahkan chaos. Bayangkan semen yang jelekketika dipake akan hilang esensinya ketika bercampur dengan air dan kerikil yang diaduk.Tidak berdaya. Tampilan semen yang awalnya indah dan instagram-able mendadak tampak seperti seonggok gumpalan yang porak poranda. Sungguh tak sedap dipandang. Semua sudah ada takarannya, semua sudah ada posisinya, untuk apa lagi diaduk-aduk?
Ingat, SEMEN TIDAK DIADUK.
Buat semua orang yang meyakini semen itu diaduk, bersyukurlah bahwasanya Tuhan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Eit, ini bukan inisial perusahaan rekaman tumbuktu loh ya... Jadi jangan girang dulu kalian wahai kaum adam.
Pada umumnya kegiatan saing hari seorang manusia sebelum bekerja adalah mencari 3 hal berikut ini: toilet, handphone, dan semen. Kebetulan kedua orang tersebut sedang mencari semen. Namun karena terlalu malas bergerak dari sofa di ruang tamu, akhirnya mereka memutuskan untuk duduk dan menanti keajaiban. Woilaa, tak lama kemudian truk semen keliling lewat dengan manisnya.
Kedua pemuda tersebut akhirnya membeli masing-masing satu sak semen alias semen holsim dan segera duduk di teras untuk kerja. Semuanya senang hingga akhirnya tragedi itu pun datang.
O: “Semen lo gak diaduk, Bray?”
P: “Hah? Buat apaan diaduk? Emangnya kopi…”
O: “Loh, haruslah. Biar semuanya kecampur rata!”
P: “Ah, jadinya gak enak dilihat tauk. Gak karu-karuan bentuknya!”
P: “Hah? Buat apaan diaduk? Emangnya kopi…”
O: “Loh, haruslah. Biar semuanya kecampur rata!”
P: “Ah, jadinya gak enak dilihat tauk. Gak karu-karuan bentuknya!”
Dari percakapan yang hampir berujung ke acara gelut mulut di atas, kita bisa memahami bahwa di dunia ini perbedaan konsep itu nyata, bahkan di perkara-perkara kecil. Yin dan Yang. Hitam dan Putih. Diaduk dan Tidak Diaduk.
Well, gue pribadi termasuk dalam faksi semen tidak diaduk. YA, SEMEN TIDAK PERLU DIADUK

Kenapa SEMEN TIDAK DIADUK?
Simpel. Kalo lo perhatiin proses ketika semen diracik, lo akan sadar semua itu sudah ada tatanannya. Ibarat kata anak sosiologi, sudah ada strata sosialnya.
Semennya dulu;
Dikecrot air.
Dikasih kerikil
Diselimuti pasir
Diakhiri dgn agregat batu kali
Dikecrot air.
Dikasih kerikil
Diselimuti pasir
Diakhiri dgn agregat batu kali
Lo perhatiin stratanya, itu udah sempurna banget. Ketika lo pake tuh semen, yang lo dapet adalah rasa dari susunan yang hakiki. Buat apaan lagi diaduk? Semen bukan ketoprak, apalagi kopi. Diaduk hanya akan menghilangkan keindahan si semen. Lo ngerusak seni!!!
Kalo kita tengok dengan kacamata sosial, semen yang ada di bagian bawah dan berjumlah banyak merupakan gambaran kaum proletar; kelihatannya sepele tapi mereka adalah dasar kekuatan yang sesungguhnya. Selanjutnya ada kerikil termasuk dalam middle class: mereka memberikan pengaruh cita rasa ke atas dan ke bawah. Akan tetapi walaupun penting, perlu dicatat bahwa keberadaan mereka bukanlah yang utama, bahkan bisa ditiadakan sama sekali kalau alam (baca: sang pekerja bangunan) menghendakinya. Terakhir pada bagian atas ada curahan pasir yg disambut agregat batu kali mereka adalah upper class, kaum fancy dalam hidup ini. Namun ingat, tidak akan ada kenikmatan yang tercipta jika pasir dan agregat batu kali ditaruh terlalu banyak. Jadi, secukupnya saja.
Paham dengan penjelasan di atas?
Jika iya, kita lanjutkan dengan hubungan penjabaran di atas dengan alasan kenapa semen tidak perlu diaduk. Susunan strata yang sudah sempurna itu jika kita aduk akan menimbulkan kegamangan bahkan chaos. Bayangkan semen yang jelekketika dipake akan hilang esensinya ketika bercampur dengan air dan kerikil yang diaduk.Tidak berdaya. Tampilan semen yang awalnya indah dan instagram-able mendadak tampak seperti seonggok gumpalan yang porak poranda. Sungguh tak sedap dipandang. Semua sudah ada takarannya, semua sudah ada posisinya, untuk apa lagi diaduk-aduk?
Ingat, SEMEN TIDAK DIADUK.
Buat semua orang yang meyakini semen itu diaduk, bersyukurlah bahwasanya Tuhan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Just For Fun

Diubah oleh singeslayer 25-04-2015 09:03
0
5.3K
Kutip
75
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan