pertanyaan itu selalu muncul d dalam fikiranku, saat melihat wanita yg sedang hamil dng menggandeng tas berjalan pelan pulang kerumah setelah bekerja seharian. skip
setau ane ibu hamil butuh istrahat yg cukup, juga gizi dan nutrisi untuk perkembangan dari orok, janin, sampai jadi bayi, dan gw pernah baca wanita hamil akan melepaskan enzim entah itu namanya ap ketika senang, ataupun karena tekanan seperti marah, stres, sedih atau apapun itu yg berhubungan dng emosi di sekitar area bayi, dan itu berpengaruh pada tumbuh kembangnya bayi d dalam perut sang ibu, dan tekanan pekerjaan bisa memicu stres & emosi yg tidak stabil, pasti sangat mengganggu perkembangan sang bayi, dan itu tidak sehat menurut ane.
jadi apapun alasannya, menurut ane wanita hamil tidak blh bekerja, terutama kerjaan berat yg menguras tenaga dan fikiran, cukup suami yg bekerja keras, jungkir balik, salto depan belakang saat mencari rezeky, yg d butuhkan cukup doa agar selamat sampai d rmh.
bagaimana murut ema2 & bapa2 d mari, mungkin ad yg tidak sependapat dng ane??
Oiyah ini ad beberapa artikel tentang pengaruh emosi ibu terhadap perkebangan otak anak,..
Buat sista yg sedang bekerja jngg terlalu menekan diri yah,, kasihan yg d dalem perut,..
Quote:
Pengaruh Stres Ibu Hamil Terhadap Perkembangan Otak Janin
Stres bagi ibu hamil akan memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungannya. Lebih-lebih perkembangan otak janin. Oleh karena itu, bagi setiap ibu yang sedang mengandung sangat penting menjaga kesehatan kehamilannya, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Stress adalah merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi diri seseorang.
Kondisi psikologis ibu hamil memang lebih labil dibandingkan pada keadaan sebelum hamil. Wanita yang sedang hamil cenderung sekali emosi yang berkelanjutan karena kondisi kehamilan mereka, hormon, dan kondisi kehidupan mereka ketika menjalani masa kehamilannya selama 9 bulan tersebut.
Banyak hal yang dirasakan ibu hamil, misalnya kehamilan dapat membuat seorang ibu akan merasa bersemangat, gembira, tertekan, khawatir, cemas, marah, bangga, ceria. Berikut beberapa hal yang bisa diakibatkan stres ibu hamil terhadap janinnya yaitu :
1. Meningkatkan risiko bayi mengalami alergi kelak.
2. Meningkatkan resiko keguguran.
3. Sistem kekebalan tubuh bayi akan berkurang.
Hal ini didukung dengan pendapat Dr. Rosalind Wright dari Harvard Medical School di Boston, beliau mengemukakan bahwa stres pada ibu, baik karena masalah finansial atau hubungan dapat berpengaruh pada pembangunan sistem kekebalan anak. Anak yang ibunya mengalami stres selama hamil, akan mudah terkena alergi dan asma.
Banyakjuga kasus persalinan prematur dan bayi dengan berat badan kurang, disebabkan oleh tingkat stres tinggi yang dialami ibunya. Stres juga bisa memicu gangguan otak janin, sebab saat stres tubuh ibu mengeluarkan hormon kortisol yang bila terlalu banyak diproduksi akan sulit dikendalikan tubuh, bisa menembus plasenta dan mengganggu perkembangan otak janin.
Oleh karena itu, bagi ibu hamil disarankan dapat mengelola suasana hatinya agar tidak berkembang menjadi stres. Beberapa gejala fisik yang menunjukkan ibu hamil stres adalah meningkatnya detak jantung, pernapasan, tekanan darah, kelelahan, sakit kepala, otot tegang di bagian leher, pundak dan punggung atas, gangguan tidur, tidak selera makan, kaki dingin dan tangan berkeringat. Sementara gejala emosional yang tampak dari luar; ibu marah, khawatir, ketakutan, merasa tidak aman, mudah menangis dan tidak bisa mengatasi masalah.Keluarga dan orang terdekatlah yang dapat memberikan dukungan pada kondisi seperti ini.
http://m.kompasiana.com/post/read/638658/3/pengaruh-stres-ibu-hamil-terhadap-perkembangan-otak-janin.html
Quote:
Pengaruh Emosi Ibu terhadap Bayi yang Dikandungnya
Bayi yang belum lahir merasakan dunia melalui sang ibu. Seorang bayi merasakan tak hanya apa yang terjadi di luar kandungan, tapi juga perasaan ibu. Ia bisa melakukan hal ini karena emosi ibu memicu pelepasan zat kimia ke dalam darah yang mengalir di tubuhnya—kemarahan melepaskan adrenalin, ketakutan melepasakan kolamin, stres melepaskan kortisol, dan perasaan senang melepaskan endorphin. Zat kimia ini diteruskan melalui plasenta dan kepada bayi dalam hitungan detik dari saat ibu merasakan emosi tersebut.
Bayi tidak suka jika ibunya mempunyai perasaan negatif seperti marah, khawatir, atau takut dalam jangka waktu lama. Namun, semburan emosi yang pendek dari, misalnya, rasa marah atau takut (yang mungkin diakibatkan karena kepanikan atau bertengkar dengan suami) tidak memiliki pengaruh berkelanjutan pada bayi yang dikandung. Ini malah mungkin bisa menjadi hal baik baginya, karena bisa membantunya mulai belajar cara mengatasi situasi penuh tekanan di masa depan.
Di sisi lain, riset menunjukkan rasa marah atau resah yang berkepanjangan, seperti jika ibu mempunyai masalah dalam hubungan atau suami yang tidak pedulian, atau bila ibu hidup dalam kondisi yang sulit, bisa membahayakan bayi. Efek dari perasaan tersebut bisa menyebabkan kelahiran yang bermasalah, berat badan bayi rendah, kolik pada bayi, dan masalah belajar di kemudian hari. Untungnya, banyak studi yang menunjukkan bahwa jika ibu secara umum merasa bahagia dan positif mengenai kehamilannya dan tidak menutup diri dari bayinya, efek dari emosi negatif pun cenderung berkurang. So, be happy moms!
http://www.esensi.co.id/family/pregnancy/780-pengaruh-emosi-ibu-terhadap-bayi-yang-dikandungnya.html