Menteri Perhubungan Ignasius Jonanseusai mengikuti rapat koordinasi dua kementerian di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Selasa (28/10/2014).
Quote:
JAKARTA, KOMPAS.com— Konsultan asal Jepang, Japan Internasional Corporation Agency (JICA), sudah menyelesaikan tahap 1 studi kelayakan rencana pembangunan kereta supercepat atau di Jepang disebut "Shinkansen"untuk rute Jakarta-Bandung.
Namun, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan bahwa studi kelayakan tersebut bukanlah permintaan Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
"Yang suruh bikin (kereta supercepat) siapa? (Pemerintah) enggak (nyuruh). Itu inisiatif mereka," kata Jonan di Kantor Kemenhub, Jakarta, Senin (20/4/2015).
Jonan menjelaskan, dirinya tak akan memberikan sepeser rupiah pun dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk proyek kereta supercepat tersebut. Sebab, saat ini prioritas pembangunan kereta tertuju untuk daerah-daerah yang tertinggal.
"Pokoknya, APBN lima tahun ini enggak boleh untuk kereta cepat. Silakan kalau BUMN mau, atau untuk komersial saja," kata dia.
Jonan mengatakan bahwa kereta supercepat bukanlah prioritas pemerintahan Jokowi-JK. Bahkan, kata dia, apabila tak disubsidi, maka tiket kereta supercepat itu pasti akan lebih mahal ketimbang pesawat terbang.
Oleh karena itu, menurut Jonan,
Kemenhub tak pernah menyuruh perusahaan dari negara mana pun untuk melakukan studi kelayakan rencana pembangunan kereta supercepat tersebut.
Selain Jepang, pembangunan kereta supercepat untuk Indonesia juga diminati oleh Tiongkok. Rencananya, konsultan asal Negeri Tirai Bambu akan melakukan studi kelayakan dalam waktu dekat.
Quote:
Quote:
Belum waktunya ...
Quote: