- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mengenal tradisi Qingming atau Cheng beng di indonesia


TS
hendry159357
Mengenal tradisi Qingming atau Cheng beng di indonesia

Quote:
selamat datang di tread sederhana saya kali ini saya mau berbagi pengetahuan tentang tradisi kaum cina yaitu qingming atau juga cheng beng yuk kita simak
Quote:
Cheng beng hari penghormatan kubur leluhur tionghoa

Setiap tanggal 5 April, menurut tradisi Tionghoa, adalah hari Cheng Beng (Mandarin: Qingming). Di mana menurut tradisi Tionghoa, orang akan beramai-ramai pergi ke tempat pemakaman orang tua atau para leluhurnya untuk melakukan upacara penghormatan. Biasanya upacara penghormatan ini dilakukan dengan berbagai jenis, misalnya saja membersihkan kuburan, menebarkan kertas sampai dengan membakar kertas yang sering dikenal dengan Gincua (mandarin:Yinzhi=kertas perak).

Setiap tanggal 5 April, menurut tradisi Tionghoa, adalah hari Cheng Beng (Mandarin: Qingming). Di mana menurut tradisi Tionghoa, orang akan beramai-ramai pergi ke tempat pemakaman orang tua atau para leluhurnya untuk melakukan upacara penghormatan. Biasanya upacara penghormatan ini dilakukan dengan berbagai jenis, misalnya saja membersihkan kuburan, menebarkan kertas sampai dengan membakar kertas yang sering dikenal dengan Gincua (mandarin:Yinzhi=kertas perak).
Spoiler for Asal mula Cheng beng:
Sejarah Cheng beng dimulai sejak dulu kala dan sulit dilacak kapan dimulainya. Pada dinasti Zhou, awalnya tradisi ini merupakan suatu upacara yang berhubungan dengan musim dan pertanian serta pertanda berakhirnya hawa dingin (bukan cuaca) dan dimulainya hawa panas.
Ada sebuah syair yang menggambarkan bagaimana cheng beng itu yaitu:
“Sehari sebelum cheng beng tidak ada api” atau yang sering disebut Hanshijie (han: dingin, shi:makanan, jie: perayaan/festival).Hanshijie adalah hari untuk memperingati Jie Zitui yang tewas terbakar di gunung Mianshan. Jin Wengong (raja muda negara Jin pada periode Chunqiu akhir dinasti Zhou) memerintahkan rakyat untuk tidak menyalakan api pada hari tewasnya Jie Zitui. Semua makanan dimakan dalam kondisi dingin, sehingga disebut perayaan makanan dingin.
Chengbeng lebih tepat jika dikatakan terjadi pada tengah musim semi. Pertengahan musim semi (Chunfen) sendiri jatuh pada tanggal 21 Maret, sedangkan awal musim panas (Lixia) jatuh pada tanggal 6 Mei. Sejak jaman dahulu hari cheng beng ini adalah hari untuk menghormati leluhur.
Pada dinasti Tang, hari cheng beng ditetapkan sebagai hari wajib untuk para pejabat untuk menghormati para leluhur yang telah meninggal, dengan mengimplementasikannya berupa membersihkan kuburan para leluhur, sembahyang dan lain-lain.
Di dinasti Tang ini, implementasi hari cheng beng hampir sama dengan kegiatan sekarang, misalnya seperti membakar uang-uangan, menggantung lembaran kertas pada pohon Liu, sembayang dan membersihkan kuburan.Yang hilang adalah menggantung lembaran kertas, yang sebagai gantinya lembaran kertas itu ditaruh di atas kuburan. Kebiasaan lainnya adalah bermain layang-layang, makan telur, melukis telur dan mengukir kulit telur. Permainan layang-layang dilakukan pada saat Chengbeng karena selain cuaca yang cerah dan langit yang terang,kondisi angin sangat ideal untuk bermain layang-layang. Sedangkan pohon Liu dihubungkan dengan Jie Zitui, karena Jie Zitui tewas terbakar di bawah pohon liu.
Pada dinasti Song (960-1279) dimulai kebiasaan menggantungkan gambar burung walet yang terbuat tepung dan buah pohon liu di depan pintu. Gambar ini disebut burung walet Zitui. Kebiasaan orang-orang Tionghoa yang menaruh untaian kertas panjang di kuburan dan menaruh kertas di atas batu nisan itu dimulai sejak dinasti Ming.
Menurut cerita rakyat yang beredar, kebiasaan seperti itu atas suruhan Zhu Yuanzhang, kaisar pendiri dinasti Ming,untuk mencari kuburan ayahnya. Dikarenakan tidak tahu letaknya, ia menyuruh seluruh rakyat untuk menaruh kertas di batu nisan leluhurnya. Rakyatpun mematuhi perintah tersebut, lalu ia mencari kuburan ayahnya yang batu nisannya tidak ada kertas dan ia menemukannya.
Quote:
Acara bersih2 makam leluhur

(kubur dibersihkan dan dihiasi dengan kertas-kertas berwarna-warni melambangkan kesetiaan anak-anak, cucu-cicit kepada simati)
Perayaan Ching Ming boleh diamalkan sepuluh hari sebelum April 4 dan sepuluh hari selepas April 4. Ini bermakna kaum Cina ada dua puluh hari untuk menunaikan tanggungjawab mereka. Tanggung jawab apa? Tanggung jawab memberi kerhormatan dan peringatan kepada nenek-moyang, ibu-bapa dan ahli-ahli tersayang yang telah meninggal dunia

(kubur dibersihkan dan dihiasi dengan kertas-kertas berwarna-warni melambangkan kesetiaan anak-anak, cucu-cicit kepada simati)
Perayaan Ching Ming boleh diamalkan sepuluh hari sebelum April 4 dan sepuluh hari selepas April 4. Ini bermakna kaum Cina ada dua puluh hari untuk menunaikan tanggungjawab mereka. Tanggung jawab apa? Tanggung jawab memberi kerhormatan dan peringatan kepada nenek-moyang, ibu-bapa dan ahli-ahli tersayang yang telah meninggal dunia
Quote:
Kenapa pada hari cheng beng itu harus membersihkan kuburan?

Itu berkaitan dengan tumbuhnya semak belukar yang dikawatirkan akar-akarnya akan merusak tanah kuburan tersebut. Juga binatang-binatang akan bersarang di semak tersebut sehingga dapat merusak kuburan itu juga.Dikarenakan saat itu cuaca mulai menghangat, maka hari itu dianggap hari yang cocok untuk membersihkan kuburan. Selain cerita di atas, ada pula tradisi dimana jika orang yang merantau itu ketika pulang pada saat cheng beng, orang itu akan mengambil tanah tempat lahirnya dan menaruh di kantong merah. Ketika orang tersebut tiba lagi di tanah tempat ia merantau, ia akan menorehkan tanah tersebut ke alas kakinya sebagai perlambang bahwa ia tetap menginjak tanah leluhurnya.
Dhamma, antara tradisi dan ajaran Sejak lahirnya apa yang disebut ‘agama Buddha’ dari ribuan tahun yang lalu sampai sekarang, sudah berkembang dan bercampur dengan tradisi setempat,sehingga sulit dikatakan mana yang ‘benar-benar’ ajaran Sang Buddha dan mana yang bukan.
Banyak orang Tionghoa masih melakukan tradisi secara turun menurun seperti Cheng Beng. Dengan menyadari hal ini, kita dituntut kebijaksanaan kita agar dapat membedakan mana yang sebenarnya tradisi dan mana yang Ajaran Buddha. Tetapi juga tidak salah kita tetap menjalankan tradisi, yang penting kita harus tahu dan memilah-milah antara tradisi dan agama Buddha. Sang Buddha sendiri tidak menolak bila kita mempertahankan tradisi yang sudah ada sejak turun menurun, yang penting kita jalankan adalah untuk kebaikan satu dan banyak orang.
Di dalam Sigalovada Sutta juga, Buddha sudah menjelaskan tentang kewajiban orang tua. Namun disamping itu,dijelaskan pula tentang kewajiban dari anak.Salah satu cara menghormati leluhur adalah dengan cara menjaga nama baik keluarga bahkan kalau bisa semakin mengharumkan nama keluarga dan juga mengatur pelimpahan jasa kepada sanak keluarga yang telah meninggal

Itu berkaitan dengan tumbuhnya semak belukar yang dikawatirkan akar-akarnya akan merusak tanah kuburan tersebut. Juga binatang-binatang akan bersarang di semak tersebut sehingga dapat merusak kuburan itu juga.Dikarenakan saat itu cuaca mulai menghangat, maka hari itu dianggap hari yang cocok untuk membersihkan kuburan. Selain cerita di atas, ada pula tradisi dimana jika orang yang merantau itu ketika pulang pada saat cheng beng, orang itu akan mengambil tanah tempat lahirnya dan menaruh di kantong merah. Ketika orang tersebut tiba lagi di tanah tempat ia merantau, ia akan menorehkan tanah tersebut ke alas kakinya sebagai perlambang bahwa ia tetap menginjak tanah leluhurnya.
Dhamma, antara tradisi dan ajaran Sejak lahirnya apa yang disebut ‘agama Buddha’ dari ribuan tahun yang lalu sampai sekarang, sudah berkembang dan bercampur dengan tradisi setempat,sehingga sulit dikatakan mana yang ‘benar-benar’ ajaran Sang Buddha dan mana yang bukan.
Banyak orang Tionghoa masih melakukan tradisi secara turun menurun seperti Cheng Beng. Dengan menyadari hal ini, kita dituntut kebijaksanaan kita agar dapat membedakan mana yang sebenarnya tradisi dan mana yang Ajaran Buddha. Tetapi juga tidak salah kita tetap menjalankan tradisi, yang penting kita harus tahu dan memilah-milah antara tradisi dan agama Buddha. Sang Buddha sendiri tidak menolak bila kita mempertahankan tradisi yang sudah ada sejak turun menurun, yang penting kita jalankan adalah untuk kebaikan satu dan banyak orang.
Di dalam Sigalovada Sutta juga, Buddha sudah menjelaskan tentang kewajiban orang tua. Namun disamping itu,dijelaskan pula tentang kewajiban dari anak.Salah satu cara menghormati leluhur adalah dengan cara menjaga nama baik keluarga bahkan kalau bisa semakin mengharumkan nama keluarga dan juga mengatur pelimpahan jasa kepada sanak keluarga yang telah meninggal
Quote:
Tradisi membawa makanan

(minuman dan makanan kegemaran leluhur dibawa dan disembahkan)
Tidak semua kaum Cina mengamalkan kepercayaan sebegini. Kaum Cina yang beragama Kristian (Katolik) biasanya mempunyai hari All Souls Day (hari roh?) yang jatuh pada 2hb November di mana mereka juga pergi ke kubur untuk membersihkannya dan memberi peringatan. Jadi kaum Cina yang beragama Kristian mungkin juga pergi ke kubur ibu-bapa/moyang mereka yang bukan beragama Kristian dan memberi hormat dengan membawa sejambak bunga.

(minuman dan makanan kegemaran leluhur dibawa dan disembahkan)
Tidak semua kaum Cina mengamalkan kepercayaan sebegini. Kaum Cina yang beragama Kristian (Katolik) biasanya mempunyai hari All Souls Day (hari roh?) yang jatuh pada 2hb November di mana mereka juga pergi ke kubur untuk membersihkannya dan memberi peringatan. Jadi kaum Cina yang beragama Kristian mungkin juga pergi ke kubur ibu-bapa/moyang mereka yang bukan beragama Kristian dan memberi hormat dengan membawa sejambak bunga.
Quote:
Membakar rumah2an atau mobil2an atau uang2 kertas

Kaum Cina yang bergama Buddha juga tidak mengamalkan kepercayaan membakar rumah kertas, wang kertas dan menyembah makanan dan kueh-mueh.
Kaum Cina beragama Kristian percaya roh-roh mereka yang telah meninggal dunia telah di tempatkan di syurga atau neraka. Kaum Buddah pulak percaya roh-roh itu telah di surga
Tetapi kaum Cina yang beragama campuran Taoist dan Buddha, mempunyai kepercayaan bahawa hidup atau mati, mereka terus bertanggungjawab menjaga makan-minum ahli keluarga yang telah mati. Ini adalah sebagai tanda sayang kepada yang telah mati dan bukannya kepercayaan hantu.
Tidak dinafikan bahawa memang ada sesetengah pihak yang menyembah hantu dan roh-roh dengan niat mendapat kekayaan. Tetapi mayoritas kaum Cina yang menyembah kubur ini adalah dengan niat murni untuk terus mengingati ahli keluarga yang telah mati.

Kaum Cina yang bergama Buddha juga tidak mengamalkan kepercayaan membakar rumah kertas, wang kertas dan menyembah makanan dan kueh-mueh.
Kaum Cina beragama Kristian percaya roh-roh mereka yang telah meninggal dunia telah di tempatkan di syurga atau neraka. Kaum Buddah pulak percaya roh-roh itu telah di surga
Tetapi kaum Cina yang beragama campuran Taoist dan Buddha, mempunyai kepercayaan bahawa hidup atau mati, mereka terus bertanggungjawab menjaga makan-minum ahli keluarga yang telah mati. Ini adalah sebagai tanda sayang kepada yang telah mati dan bukannya kepercayaan hantu.
Tidak dinafikan bahawa memang ada sesetengah pihak yang menyembah hantu dan roh-roh dengan niat mendapat kekayaan. Tetapi mayoritas kaum Cina yang menyembah kubur ini adalah dengan niat murni untuk terus mengingati ahli keluarga yang telah mati.
Quote:
Mempererat tali persaudaraan keluarga

Pendekatan, tujuan utama Ching Ming adalah untuk ahli keluarga semua berkumpul dan mengeratkan tali persaudaraan mereka sambil mengingati nenek atau datuk mereka.
Pendekatan, tujuan utama Ching Ming adalah untuk ahli keluarga semua berkumpul dan mengeratkan tali persaudaraan mereka sambil mengingati nenek atau datuk mereka.
Quote:
Setelah selesai acara dilanjut yaitu makan2 bersama seluruh saudara dan keluarga 

nah ini yg ditunggu2 acara makan bersama seluruh keluarga besar disene semua berkumpul bercanda bersama deh

nah ini yg ditunggu2 acara makan bersama seluruh keluarga besar disene semua berkumpul bercanda bersama deh

Quote:
Nah, itu semua kembali tergantung kepada diri kita sendiri bagaimana kita menjalankannya.
“Sampah menjadi Emas, Emas menjadi Cinta Kasih”
“Orang yang mempunyai kedua tangan tetapi malas, mabuk-mabukan, merugikan orang lain tidak lebih baik dari orang yang tidak mempunyai tangan”
“Untuk menghapus malapetaka di dunia, harus dimulai dari memperbaiki kondisi hati manusia.”
“Sampah menjadi Emas, Emas menjadi Cinta Kasih”
“Orang yang mempunyai kedua tangan tetapi malas, mabuk-mabukan, merugikan orang lain tidak lebih baik dari orang yang tidak mempunyai tangan”
“Untuk menghapus malapetaka di dunia, harus dimulai dari memperbaiki kondisi hati manusia.”
Spoiler for Foto2 acara cheng beng:
.jpg)
mendoakan leluhur
gotong royong besih2 makam leluhur
makanan untuk leluhur
Quote:
yah itulah tradisi cheng beng di indonesia bila ada kata2 yg kurang berkenan saya mohon maaf jangan lupa rate ya gan klo suka dan bag cendol juga 

see you next tread



0
5.5K
Kutip
3
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan