- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
AGAN - AGAN NGERASAIN MAKIN HARI MAKIN PANAS GK SIH????


TS
Hendi Duandana
AGAN - AGAN NGERASAIN MAKIN HARI MAKIN PANAS GK SIH????




Quote:
Intro :
Agan2 dan Aganwati akhir-akhir ini merasakan udara yg sangat panas tidak sih?
Sangat terasa suhu panas “ekstrem” bahkan oleh saya sendiri yang berdomisili di Batam. Kalau udah siang, apalagi di atas jam 12, bahkan dalam rumah pun terasa panasnya. Ya, ini sedang musim kemarau. Tapi rasa-rasanya lebih dari musim-musim kemarau biasanya. Kalau dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya, mungkin memang lebih tinggi suhunya karena mencapai 39-40 derajat celcius. Itu sudah “wow” sekali. Karena kalau di suhu nyaman kita atau suhu kamar yaitu 28 derajat celcius, sudah sangat jauh sekali.
Agan2 dan Aganwati akhir-akhir ini merasakan udara yg sangat panas tidak sih?

Sangat terasa suhu panas “ekstrem” bahkan oleh saya sendiri yang berdomisili di Batam. Kalau udah siang, apalagi di atas jam 12, bahkan dalam rumah pun terasa panasnya. Ya, ini sedang musim kemarau. Tapi rasa-rasanya lebih dari musim-musim kemarau biasanya. Kalau dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya, mungkin memang lebih tinggi suhunya karena mencapai 39-40 derajat celcius. Itu sudah “wow” sekali. Karena kalau di suhu nyaman kita atau suhu kamar yaitu 28 derajat celcius, sudah sangat jauh sekali.
Quote:
Jangan ketakutan atau panik karena suhu semakin tinggi, karena ini merupakan fenomena tahunan yang sebenarnya sudah tiap tahun kita alami. Lalu apa penyebabnya?
Para ilmuan mulai menyelidiki Pemanasan Global yang terjadi saat ini sejak akhir abad ke 18. Sebagian besar ahli berkesimpulan bahwa manusialah yang menjadi penyebab utama dari meningkatnya suhu rata-rata global Bumi.
Isu “Pemanasan Global” atau “Global Warming” yang terjadi saat ini sedang mengancam kehidupan di dunia. Sejumlah bukti memperlihatkan peningkatan suhu rata-rata global sebagian besar terjadi dalam kurun 60 tahun terakhir atau dimulai pada pertengahan abad ke 20, disebabkan oleh tangan manusia
. Disinyalir, peningkatan jumlah Gas Rumah Kaca (GRK) di Atsmosfer Bumi secara berlebihan oleh tangan manusia merupakan “pemicunya”.
Para ilmuan mulai menyelidiki Pemanasan Global yang terjadi saat ini sejak akhir abad ke 18. Sebagian besar ahli berkesimpulan bahwa manusialah yang menjadi penyebab utama dari meningkatnya suhu rata-rata global Bumi.
Isu “Pemanasan Global” atau “Global Warming” yang terjadi saat ini sedang mengancam kehidupan di dunia. Sejumlah bukti memperlihatkan peningkatan suhu rata-rata global sebagian besar terjadi dalam kurun 60 tahun terakhir atau dimulai pada pertengahan abad ke 20, disebabkan oleh tangan manusia

Quote:
Gas Rumah Kaca (GRK)
Sebenarnya keberadaan Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer kita berfungsi untuk menstabilkan suhu permukaan Bumi pada kondisi yang kita rasakan sekarang, yang memerangkap panas dari cahaya Matahari.
Tampa adanya GRK ini, suhu rata-rata permukaan Bumi akan 33 derajat lebih dingin. Anda bisa mati beku seketika itu juga.
Komposisi dari GRK itu sendiri berupa, Karbon dioksida (CO2) Metan (CH4), Nitrous Oksida (N2O), Hidrokarbon (HFCs), Perfluorocarbons (PFCs) dan Sulphur hexafluoride (SF6).
GRK ini dihasilkan dari siklus hidup makhluk di Bumi seperti, bernafas atau respirasi (melepaskan gas CO2), mengeluarkan feces (melepaskan metana) dan oleh faktor-faktor lainnya terkait dengan “siklus” Bumi.
Perkembangan zaman, teknologi, industri dan kebutuhan energi untuk memenuhi kebutuhan aktifitas manusia modern saat ini, menyebabkan sumber pelepasan GRK ke atmosfer semakin beragam dan GRK yang dilepaskan berjumlah masif.
Sementara penurunan jumlah kawasan hutan telah menyebabkan berkurangnya kemampuan planet Bumi untuk menghasilkan Oksigen (O2) yang berfungsi menopang kehidupan di Bumi dan menyerap atau mengurangi jumlah Karbon dioksida (CO2) di udara.
Berubahnya komposisi Atmosfer Bumi, yaitu meningkatnya konsentrasi GRK secara global menyebabkan panas sinar matahari yang dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa, sebagian besar terperangkap di Bumi akibat terhambat oleh GRK.
Penggunaan energi fosil (minyak bumi, batubara, gas alam) melalui proses pembakaran pada industri, pabrik, pembangkit energi, kenderaan bermotor, dan pembakaran lahan serta kebakaran hutan telah mengakibatkan kadar gas karbon (CO2) di udara semakin meningkat.
Termasuk peternakan modern dalam skala besar yang ada di negara-negera maju, juga berperan meningkatkan kadar gas metan (CH4) di udara, dan berbagai hal lainnya.
Ini merupakan faktor yang berpengaruh meningkatnya jumlah gas buangan GRK di atmosfer dalam beberapa dekade terakhir. Pada akhirnya merupakan penyebab terjadinya meningkatnya suhu rata-rata permukaan Bumi atau “Pemanasan Global”.
Sebenarnya keberadaan Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer kita berfungsi untuk menstabilkan suhu permukaan Bumi pada kondisi yang kita rasakan sekarang, yang memerangkap panas dari cahaya Matahari.
Tampa adanya GRK ini, suhu rata-rata permukaan Bumi akan 33 derajat lebih dingin. Anda bisa mati beku seketika itu juga.
Komposisi dari GRK itu sendiri berupa, Karbon dioksida (CO2) Metan (CH4), Nitrous Oksida (N2O), Hidrokarbon (HFCs), Perfluorocarbons (PFCs) dan Sulphur hexafluoride (SF6).
GRK ini dihasilkan dari siklus hidup makhluk di Bumi seperti, bernafas atau respirasi (melepaskan gas CO2), mengeluarkan feces (melepaskan metana) dan oleh faktor-faktor lainnya terkait dengan “siklus” Bumi.
Perkembangan zaman, teknologi, industri dan kebutuhan energi untuk memenuhi kebutuhan aktifitas manusia modern saat ini, menyebabkan sumber pelepasan GRK ke atmosfer semakin beragam dan GRK yang dilepaskan berjumlah masif.
Sementara penurunan jumlah kawasan hutan telah menyebabkan berkurangnya kemampuan planet Bumi untuk menghasilkan Oksigen (O2) yang berfungsi menopang kehidupan di Bumi dan menyerap atau mengurangi jumlah Karbon dioksida (CO2) di udara.
Berubahnya komposisi Atmosfer Bumi, yaitu meningkatnya konsentrasi GRK secara global menyebabkan panas sinar matahari yang dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa, sebagian besar terperangkap di Bumi akibat terhambat oleh GRK.
Penggunaan energi fosil (minyak bumi, batubara, gas alam) melalui proses pembakaran pada industri, pabrik, pembangkit energi, kenderaan bermotor, dan pembakaran lahan serta kebakaran hutan telah mengakibatkan kadar gas karbon (CO2) di udara semakin meningkat.
Termasuk peternakan modern dalam skala besar yang ada di negara-negera maju, juga berperan meningkatkan kadar gas metan (CH4) di udara, dan berbagai hal lainnya.
Ini merupakan faktor yang berpengaruh meningkatnya jumlah gas buangan GRK di atmosfer dalam beberapa dekade terakhir. Pada akhirnya merupakan penyebab terjadinya meningkatnya suhu rata-rata permukaan Bumi atau “Pemanasan Global”.
Quote:
Temperatur Bumi
Selama seratus tahun terakhir, temperatur rata-rata permukaan Bumi telah meningkat sebesar 0.74 ± 0.18 °Celcius.
Menurut para ilmuwan dunia, pada tahun 2040 mendatang lapisan es tebal di kedua kutub Bumi akan habis mencair, jika peningkatan suhu terus berlanjut.
Salah satu dampak dari Pemanasan Global adalah meningkatnya suhu permukaan Bumi di masa akan datang yang akan mengakibatkan lapisan es di pegunungan tinggi Amerika latin juga akan mencair.
Skenario menakutkannya adalah, es yang mencair ini akan membuat permukaan air laut naik sehingga menenggelamkan pulau-pulau di Bumi, termasuk Pulau Jawa.
serem gaaaaannnn
Selama seratus tahun terakhir, temperatur rata-rata permukaan Bumi telah meningkat sebesar 0.74 ± 0.18 °Celcius.
Menurut para ilmuwan dunia, pada tahun 2040 mendatang lapisan es tebal di kedua kutub Bumi akan habis mencair, jika peningkatan suhu terus berlanjut.
Salah satu dampak dari Pemanasan Global adalah meningkatnya suhu permukaan Bumi di masa akan datang yang akan mengakibatkan lapisan es di pegunungan tinggi Amerika latin juga akan mencair.
Skenario menakutkannya adalah, es yang mencair ini akan membuat permukaan air laut naik sehingga menenggelamkan pulau-pulau di Bumi, termasuk Pulau Jawa.

Quote:
Pengaruh Pemanasan Global terhadap Kesehatan
1.Pemanasan global tak hanya berdampak serius pada lingkungan manusia di bumi namun juga terhadap kesehatan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam pertemuan tahunan di Genewa mengatakan bahwa berbagai penyakit infeksi yang timbul diidentifikasi terkait dengan perubahan lingkungan hidup yang drastis. Kerusakan hutan, perluasan kota, pembukaan lahan untuk pertanian, pertambangan, serta kerusakan ekosistem di kawasan pesisir memicu munculnya patogen lama maupun baru. Berbagai penyakit yang ditimbulkan parasit juga meningkat terutama di wilayah yang sering mengalami kekeringan dan banjir.
Malnutrisi mengakibatkan kematian 3,7 juta jiwa per tahun, diare mengakibatkan kematian 1,9 juta jiwa, dan malaria mengakibatkan kematian 0,9 juta jiwa.
Suhu yang lebih panas juga berpengaruh pada produksi makanan, ketersediaan air dan penyebaran vektor penyakit. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa pemanasan global (global warming) akan banyak berdampak bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Perubahan temperatur dan curah hujan yang ditimbulkan memberikan kesempatan berbagai macam virus dan bakteri penyakit tumbuh lebih luas. WHO mengatakan, selain virus dan bakteri penyakit berkembang pesat, secara tidak langsung pemanasan global juga dapat menimbulkan kekeringan maupun banjir.
Kekeringan mengakibatkan penurunan status gizi masyarakat karena panen yang terganggu, Banjir menyebabkan meluasnya penyakit diare serta Leptospirosis.
Kebakaran hutan, dapat mengusik ekosistem bumi, menghasilkan gas-gas rumah kaca yang menimbulkan pemanasan global. Sedangkan asap hitamnya menganggu secara langsung kehidupan manusia, Asap yang mengandung debu halus dan berbagai oksida karbon itu menyebabkan gangguan pernapasan dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), mulai asma, bronkhitis hingga penyakit paru obstruktif kronis (COPD). Asap tersebut juga membawa racun dioksin yang bisa menimbulkan kanker paru dan gangguan kehamilan serta kemandulan pada wanita.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climate change)yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang / kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
Dampak pemanasan global juga mempengaruhi penipisan ozone antara lain meningkatnya intensitas sinar ultra violet yang mencapai permukaan bumi menyebabkan gangguan terhadap kesehatan, seperti kanker kulit, katarak, penurunan daya tahan tubuh, dan pertumbuhan mutasi genetik., memperburuk penyakit-penyakit umum Asma dan alergi Meningkatkan kasus-kasus kardiovaskular, kematian yang disebabkan penyakit jantung dan stroke serta gangguan jantung dan pembuluh darah
2. Pemanasan global juga menyebabkan musim penyerbukan berlangsung lebih lama sehingga meningkatkan resiko munculnya penyakit yang ditimbulkan oleh kutu di wilayah Eropa Utara. Peyakit lain yang teridentifikasi adalah lyme, yang disebabkan oleh semacam bakteri di Amerika Utara, Eropa, dan Asia. Gejalanya berupa sakit kepala, kejang, dan nyeri sendi. Penyakit itu berpindah melalui gigitan sejenis kutu rusa yang yang telah terinfeksi lyme. Bakteri yang sama juga benyek ditemukan pada tikus. Dampak lain yang terasa adalah nyamuk-nyamuk semakin berkembang biak erutama di Afrika dan Asia. Dua penyakit serius akibat gigitan nyamuk, yaitu malaria dan demam berdarah dengue, sangat sensitif terhadap perubahan iklim. Di Indonesia kita sudah merasakannya langsung, yakni tingginya angka korban yang menderita demam berdarah.
Pemanasan global mengakibatkan siklus perkimpoian dan pertumbuhan nyamuk dari telur menjadi larva dan nyamuk dewasa akan dipersingkat, sehingga jumlah populasi akan cepat sekali naik. Tentang keterkaitan pemanasan global dengan peningkatan vektor demam berdarah ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Udara panas dan lembab itu paling cocok buat nyamuk malaria (Anopheles), dan nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti). Dulu, jenis kedua nyamuk penebar maut ini lebih sering muncul di musim pancaroba, transisi antara musim hujan dan kemarau.
Kini rentang waktu serangan kedua serangga itu hampir di sepanjang tahun. Udara panas dan lembab berlangsung sepanjang tahun, ditambah dengan sanitasi buruk yang selalu menyediakan genangan air bening untuk mereka bertelur. Maka, kini virus malaria yang dibawa Anopheles dan virus dengue yang dibawa nyamuk Aedes aegypti dapat menyerang sewaktu-waktu secara ganas.
Akibat pemanasan global, siklus inkubasi ekstrinsik virus penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD) di tubuh nyamuk Aedes aegyti dan siklus inkubasi ekstrinsik virus penyebab Malaria di tubuh nyamuk Anopheles menjadi lebih pendek dan Masa inkubasi kuman lebih singkat. Populasi mereka lebih mudah meledak. Akibatnya, kasus demam berdarah lebih mudah meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Karena itu, upaya pencegahan penyakit harus dilakukan secara menyeluruh. Tidak hanya menangani penyakitnya saja, tetapi “Faktor lingkungan fisik dan biologis harus pula dikendalikan dengan cara memodifikasi lingkungan agar vektor malaria dan demam berdarah tak bisa berkembang biak,“
3. WHO juga menyebutkan ancaman lain dari meningkatnya suhu rata-rata global, yakni penyakit yang menyerang saluran pernapasan. “Gelombang panas menyebabkan jumlah materi dan debu di udara meningkat,” kata Bettina Menne, anggota WHO divisi Eropa. Suhu udara yang semakin hangat juga membawa penyakit alergi. Kenaikan permukaan air laut akan mengakibatkan banjir dan erosi, terutama di kawasan pesisir, dan mencemari sumber-sumber air bersih. Akibatnya adalah wabah kolera dan malaria di negara miskin. Wilayah di Asia selatan, terutama Bangladesh disebut sebagai wilayah yang paling rawan karena berada di dataran rendah dan sering mengalami banjir. Mencairnya puncak es Himalaya, luasnya daerah gurun pasir dan wilayah pesisir pantai yang tercemar merupakan sarana penularan penyakit, hal ini juga menyebabkan angka kekurangan gizi pada anak-anak. (Article source : Reuters).
4. Ada 35 jenis penyakit infeksi baru yang timbul akibat perubahan iklim, diantaranya ebola, flu burung, dll penyakit hewan yang dapat menular kepada manusia. Penyakit yang paling rentan terjadi di Indonesia, menurut adalah penyakit degeneratif dan penyakit menular. Hal ini dapat dengan cepat berkembang pada masyarakat yang kondisi gizi kurang baik dan kondisi kesehatan lingkungan yang kurang memadai. (Dr. Wan Alkadri, Msc.)
Beberapa informasi diatas diharapkan dapat menjadi pembelajaran kita bersama.Minimal kita mengetahui kondisi sebenarnya dari bumi yang kita tampati ini. Kita dapat memulai beberapa kegiatan kecil untuk menyelamatkan bumi. Dengan masalah utama pada penggunaan bebeapa bahan bakar yang dapat menyebabkan atau sebagai pencetus efek rumah kasa, maka kegiatan kecil kita dapat kita mulai dari sini.
Referensi : Agoes, Ridad., 1998, Pemanasan Global dan Antisipasi Dampaknya Pada Perubahan Pola Sebar Penyakit Menular., Manusia, Kesehatan dan Lingkungan.
1.Pemanasan global tak hanya berdampak serius pada lingkungan manusia di bumi namun juga terhadap kesehatan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam pertemuan tahunan di Genewa mengatakan bahwa berbagai penyakit infeksi yang timbul diidentifikasi terkait dengan perubahan lingkungan hidup yang drastis. Kerusakan hutan, perluasan kota, pembukaan lahan untuk pertanian, pertambangan, serta kerusakan ekosistem di kawasan pesisir memicu munculnya patogen lama maupun baru. Berbagai penyakit yang ditimbulkan parasit juga meningkat terutama di wilayah yang sering mengalami kekeringan dan banjir.
Malnutrisi mengakibatkan kematian 3,7 juta jiwa per tahun, diare mengakibatkan kematian 1,9 juta jiwa, dan malaria mengakibatkan kematian 0,9 juta jiwa.
Suhu yang lebih panas juga berpengaruh pada produksi makanan, ketersediaan air dan penyebaran vektor penyakit. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa pemanasan global (global warming) akan banyak berdampak bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Perubahan temperatur dan curah hujan yang ditimbulkan memberikan kesempatan berbagai macam virus dan bakteri penyakit tumbuh lebih luas. WHO mengatakan, selain virus dan bakteri penyakit berkembang pesat, secara tidak langsung pemanasan global juga dapat menimbulkan kekeringan maupun banjir.
Kekeringan mengakibatkan penurunan status gizi masyarakat karena panen yang terganggu, Banjir menyebabkan meluasnya penyakit diare serta Leptospirosis.
Kebakaran hutan, dapat mengusik ekosistem bumi, menghasilkan gas-gas rumah kaca yang menimbulkan pemanasan global. Sedangkan asap hitamnya menganggu secara langsung kehidupan manusia, Asap yang mengandung debu halus dan berbagai oksida karbon itu menyebabkan gangguan pernapasan dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), mulai asma, bronkhitis hingga penyakit paru obstruktif kronis (COPD). Asap tersebut juga membawa racun dioksin yang bisa menimbulkan kanker paru dan gangguan kehamilan serta kemandulan pada wanita.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climate change)yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang / kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
Dampak pemanasan global juga mempengaruhi penipisan ozone antara lain meningkatnya intensitas sinar ultra violet yang mencapai permukaan bumi menyebabkan gangguan terhadap kesehatan, seperti kanker kulit, katarak, penurunan daya tahan tubuh, dan pertumbuhan mutasi genetik., memperburuk penyakit-penyakit umum Asma dan alergi Meningkatkan kasus-kasus kardiovaskular, kematian yang disebabkan penyakit jantung dan stroke serta gangguan jantung dan pembuluh darah
2. Pemanasan global juga menyebabkan musim penyerbukan berlangsung lebih lama sehingga meningkatkan resiko munculnya penyakit yang ditimbulkan oleh kutu di wilayah Eropa Utara. Peyakit lain yang teridentifikasi adalah lyme, yang disebabkan oleh semacam bakteri di Amerika Utara, Eropa, dan Asia. Gejalanya berupa sakit kepala, kejang, dan nyeri sendi. Penyakit itu berpindah melalui gigitan sejenis kutu rusa yang yang telah terinfeksi lyme. Bakteri yang sama juga benyek ditemukan pada tikus. Dampak lain yang terasa adalah nyamuk-nyamuk semakin berkembang biak erutama di Afrika dan Asia. Dua penyakit serius akibat gigitan nyamuk, yaitu malaria dan demam berdarah dengue, sangat sensitif terhadap perubahan iklim. Di Indonesia kita sudah merasakannya langsung, yakni tingginya angka korban yang menderita demam berdarah.
Pemanasan global mengakibatkan siklus perkimpoian dan pertumbuhan nyamuk dari telur menjadi larva dan nyamuk dewasa akan dipersingkat, sehingga jumlah populasi akan cepat sekali naik. Tentang keterkaitan pemanasan global dengan peningkatan vektor demam berdarah ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Udara panas dan lembab itu paling cocok buat nyamuk malaria (Anopheles), dan nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti). Dulu, jenis kedua nyamuk penebar maut ini lebih sering muncul di musim pancaroba, transisi antara musim hujan dan kemarau.
Kini rentang waktu serangan kedua serangga itu hampir di sepanjang tahun. Udara panas dan lembab berlangsung sepanjang tahun, ditambah dengan sanitasi buruk yang selalu menyediakan genangan air bening untuk mereka bertelur. Maka, kini virus malaria yang dibawa Anopheles dan virus dengue yang dibawa nyamuk Aedes aegypti dapat menyerang sewaktu-waktu secara ganas.
Akibat pemanasan global, siklus inkubasi ekstrinsik virus penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD) di tubuh nyamuk Aedes aegyti dan siklus inkubasi ekstrinsik virus penyebab Malaria di tubuh nyamuk Anopheles menjadi lebih pendek dan Masa inkubasi kuman lebih singkat. Populasi mereka lebih mudah meledak. Akibatnya, kasus demam berdarah lebih mudah meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Karena itu, upaya pencegahan penyakit harus dilakukan secara menyeluruh. Tidak hanya menangani penyakitnya saja, tetapi “Faktor lingkungan fisik dan biologis harus pula dikendalikan dengan cara memodifikasi lingkungan agar vektor malaria dan demam berdarah tak bisa berkembang biak,“
3. WHO juga menyebutkan ancaman lain dari meningkatnya suhu rata-rata global, yakni penyakit yang menyerang saluran pernapasan. “Gelombang panas menyebabkan jumlah materi dan debu di udara meningkat,” kata Bettina Menne, anggota WHO divisi Eropa. Suhu udara yang semakin hangat juga membawa penyakit alergi. Kenaikan permukaan air laut akan mengakibatkan banjir dan erosi, terutama di kawasan pesisir, dan mencemari sumber-sumber air bersih. Akibatnya adalah wabah kolera dan malaria di negara miskin. Wilayah di Asia selatan, terutama Bangladesh disebut sebagai wilayah yang paling rawan karena berada di dataran rendah dan sering mengalami banjir. Mencairnya puncak es Himalaya, luasnya daerah gurun pasir dan wilayah pesisir pantai yang tercemar merupakan sarana penularan penyakit, hal ini juga menyebabkan angka kekurangan gizi pada anak-anak. (Article source : Reuters).
4. Ada 35 jenis penyakit infeksi baru yang timbul akibat perubahan iklim, diantaranya ebola, flu burung, dll penyakit hewan yang dapat menular kepada manusia. Penyakit yang paling rentan terjadi di Indonesia, menurut adalah penyakit degeneratif dan penyakit menular. Hal ini dapat dengan cepat berkembang pada masyarakat yang kondisi gizi kurang baik dan kondisi kesehatan lingkungan yang kurang memadai. (Dr. Wan Alkadri, Msc.)
Beberapa informasi diatas diharapkan dapat menjadi pembelajaran kita bersama.Minimal kita mengetahui kondisi sebenarnya dari bumi yang kita tampati ini. Kita dapat memulai beberapa kegiatan kecil untuk menyelamatkan bumi. Dengan masalah utama pada penggunaan bebeapa bahan bakar yang dapat menyebabkan atau sebagai pencetus efek rumah kasa, maka kegiatan kecil kita dapat kita mulai dari sini.
Referensi : Agoes, Ridad., 1998, Pemanasan Global dan Antisipasi Dampaknya Pada Perubahan Pola Sebar Penyakit Menular., Manusia, Kesehatan dan Lingkungan.
Quote:
Perubahan tutupan lahan
Perubahan tutupan lahan dari tumbuh-tumbuhan menjadi aspal dan bangunan-bangunan bisa menjadi salah satu penyebab bertambahnya suhu udara. Bangunan-bangunan dan aspal itu memiliki albedo tinggi atau benda/permukaan tersebut memiliki kemampuan memantulkan bahang itu kembali. Wajarlah, kalau panas yang sudah ada diperparah dengan perubahan tutupan lahan ini.
Semakin sedikitnya pepohonan pun membuat tidak adanya simpanan air dalam tanah dan dapat mempercepat proses kekeringan dari kekeringan meteorologi menjadi kekeringan kelembaban tanah/pertanian. (baca proses kekeringan hidrologi). Jangan kaget kalau kemarau baru berjalan beberapa bulan, dampaknya bisa sangat besar. Gas rumah kaca/polusi juga memperparah dengan menahan bahang dalam bumi, sehingga menimbulkan efek rumah kaca.
Perubahan tutupan lahan dari tumbuh-tumbuhan menjadi aspal dan bangunan-bangunan bisa menjadi salah satu penyebab bertambahnya suhu udara. Bangunan-bangunan dan aspal itu memiliki albedo tinggi atau benda/permukaan tersebut memiliki kemampuan memantulkan bahang itu kembali. Wajarlah, kalau panas yang sudah ada diperparah dengan perubahan tutupan lahan ini.
Semakin sedikitnya pepohonan pun membuat tidak adanya simpanan air dalam tanah dan dapat mempercepat proses kekeringan dari kekeringan meteorologi menjadi kekeringan kelembaban tanah/pertanian. (baca proses kekeringan hidrologi). Jangan kaget kalau kemarau baru berjalan beberapa bulan, dampaknya bisa sangat besar. Gas rumah kaca/polusi juga memperparah dengan menahan bahang dalam bumi, sehingga menimbulkan efek rumah kaca.
Quote:
YANG BISA KITA LAKUKAN GAN ?
Rentetan kabar buruk mengerikan yang akan terjadi di masa depan tersebut memunculkan pertanyaan. Adakah solusi untuk menghidarinya?
Kabar baiknya, ada beberapa solusi untuk menghentikan laju pemanasan global dan menghindari efek yang ditimbulkan tersebut. Umat manusia masih mempunyai kesempatan untuk melakukannya.
Pada dasarnya yang harus dilakukan adalah mengurangi semaksimal mungkin segala aktifitas yang menghasilkan Gas Rumah Kaca atau GRK. Tidak terlalu sering mengendarai kendaraan pribadi misalnya atau bersepeda gan biar lebih sehat atau pun jalan kaki untuk cakupan yg dekat itung2 olah raga juga kan gan
Bila memungkinkan, gunakan energi alternatif yang tidak menghasilkan gas Karbon dioksida (CO2). Menanam pohon adalah pekerjaan yang mulia, pepohonan menyerap gas Karbon dioksida (CO2) dari atsmosfer dan menyimpannya kedalam jaringannya.
Serta gunakan alat transportasi alternatif yang mengurangi buangan gas Karbon dioksida, seperti menggunakan sepeda ketika berangkat kerja, jika itu memungkinkan, selain itu bersepeda juga menyehatkan.
Bagi yang sudah terlalu makmur (kaya dari segi materi) dan kelebihan gizi dan lemak tubuh, beralihlah atau kurangi mengkonsumsi makan daging. biar sehat gan heheheeh
Serta, dengan menggunakan produk daur ulang, maka kita akan menghemat energi dari pemrosesan yang dapat melepaskan gas Karbon dioksida ke udara.
Bukan hanya itu saja yang dapat kita lakukan, masih banyak hal lainnya yang terbilang besar dan kecil untuk menghindari Pemanasan Global.
Namun pada prinsipnya memberikan dorongan, informasi, kampanye secara masif, dan tekanan kepada para pengambil kebijakan di dunia yang bisa menyelamatkan keberlangsungan kehidupan manusia di Bumi.
Rentetan kabar buruk mengerikan yang akan terjadi di masa depan tersebut memunculkan pertanyaan. Adakah solusi untuk menghidarinya?
Kabar baiknya, ada beberapa solusi untuk menghentikan laju pemanasan global dan menghindari efek yang ditimbulkan tersebut. Umat manusia masih mempunyai kesempatan untuk melakukannya.
Pada dasarnya yang harus dilakukan adalah mengurangi semaksimal mungkin segala aktifitas yang menghasilkan Gas Rumah Kaca atau GRK. Tidak terlalu sering mengendarai kendaraan pribadi misalnya atau bersepeda gan biar lebih sehat atau pun jalan kaki untuk cakupan yg dekat itung2 olah raga juga kan gan

Bila memungkinkan, gunakan energi alternatif yang tidak menghasilkan gas Karbon dioksida (CO2). Menanam pohon adalah pekerjaan yang mulia, pepohonan menyerap gas Karbon dioksida (CO2) dari atsmosfer dan menyimpannya kedalam jaringannya.
Serta gunakan alat transportasi alternatif yang mengurangi buangan gas Karbon dioksida, seperti menggunakan sepeda ketika berangkat kerja, jika itu memungkinkan, selain itu bersepeda juga menyehatkan.

Bagi yang sudah terlalu makmur (kaya dari segi materi) dan kelebihan gizi dan lemak tubuh, beralihlah atau kurangi mengkonsumsi makan daging. biar sehat gan heheheeh

Serta, dengan menggunakan produk daur ulang, maka kita akan menghemat energi dari pemrosesan yang dapat melepaskan gas Karbon dioksida ke udara.
Bukan hanya itu saja yang dapat kita lakukan, masih banyak hal lainnya yang terbilang besar dan kecil untuk menghindari Pemanasan Global.
Namun pada prinsipnya memberikan dorongan, informasi, kampanye secara masif, dan tekanan kepada para pengambil kebijakan di dunia yang bisa menyelamatkan keberlangsungan kehidupan manusia di Bumi.
Quote:
Mulai penghijauan

saya percaya, kalau fenomena alam tidak akan membuat kita begitu menderita karena sebenarnya tuhan telah memberikan solusinya dengan kondisi alam yang telah diberikan. namun manusia mengubah kondisi alam (tutupan lahan) terlalu ekstem dan tanpa sadar memperparah fenomena alam tersebut. Ayo kita sadari ini. think globally, act locally. Lakukan penghijauan di sekitar anda untuk masa depan nanti. Perlalkukan sampah dengan benar. Seleksi dulu 3R:
1. Reuse: apakah barang ini bisa digunakan kembali
2. Reduce: kurangi penggunaanya
3. Recycle: daur ulang sampahnya menjadi barang yang berguna dan dapat dipakai lagi.

saya percaya, kalau fenomena alam tidak akan membuat kita begitu menderita karena sebenarnya tuhan telah memberikan solusinya dengan kondisi alam yang telah diberikan. namun manusia mengubah kondisi alam (tutupan lahan) terlalu ekstem dan tanpa sadar memperparah fenomena alam tersebut. Ayo kita sadari ini. think globally, act locally. Lakukan penghijauan di sekitar anda untuk masa depan nanti. Perlalkukan sampah dengan benar. Seleksi dulu 3R:
1. Reuse: apakah barang ini bisa digunakan kembali
2. Reduce: kurangi penggunaanya
3. Recycle: daur ulang sampahnya menjadi barang yang berguna dan dapat dipakai lagi.
Pada intinya, panasnya suhu Bumi belakangan ini disebabkan oleh manusia itu sendiri yang telah mencemari atmosfer dengan GRK. Mari sadar dan berhenti mengeluh!
Quote:


Diubah oleh Hendi Duandana 21-04-2015 08:43
0
6.9K
Kutip
127
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan