Seikhlasnya sama ya gaan

Tumben, acara TV sedang bagus-bagusnya malam ini. Film box office bertebaran di berbagai stasiun televisi nasional. Aku nonton juga salah satu darinya, Inception. Lagi asik-asiknya aku nonton, tiba-tiba rasa mules menghampiri aku. Aku berkeringat dingin, konsentrasi terpecah antara melihat baku tembak di film inception sekaligus menahan ee agar tidak sampai jebol. Otot-otot pinggulku sekuat tenaga menahan tekanan yang teramat tinggi. Aku coba tahan, karena filmnya lagi seru-serunya. Kucoba mengkustomisasi bukaan lubang pantatku. Pantatku dengan sangat teliti membuka tutupan kerangan, dengan harapan angin dalam perut bisa dikeluarkan dengan ee tetap di dalam. Itu dilakukan agar meringankan beban yang teramat sangat besar ditahan oleh sistem pencernaan tubuhku. Jika bukaan lubang terlalu besar, celakalah jika ee itu berhasil keluar dari tempat persemediannya.

Duuuuuuuuttt!!! Beuh! Baunya sangat laknat seperti telor busuk yang sudah busuk. Alarm darurat pun berbunyi keras kembali. Duuuuuuuuuttttt dut dut. Tekanan di dalam perut semakin besar, otot-otot pantat sudah tak mampu lagi menahan ee yang sedari tadi kebelet untuk bertemu sanak saudaranya di lembah septic tank. Tak tertahankan lagi !! aku berganti posisi bagaimana caranya agar aku tetap bisa menonton tv, tapi rasa mules ini dapat ditahankan. Aku coba membuka kerangan pantat ini, dengan harapan agar angin yang terjebak di dalam kerumunan feses bisa terbuang. Aku sedikit mengejan, dut dut dut.

Perutku cooldown. Aroma kemenangan tecium dalam hidungku. Kemudian aku semakin meningkatkan intensitas ejanan aku, berharap semakin banyak angin kentut yang bisa terbebaskan, sambil menonton dilm yang sedang berada di titik klimaks ceritanya. Dut dut dut. Lega rasanya. Rasa mules ini telah jauh berkurang dibandingkan awal tadi. Mendingan lah. Aku kemudian rebahan dalam kasur. Dan aku merasakan lagi mules itu. semakin kuat dan kuat dan kuat lagi tekanan itu. Inilah panggilan alam yang sangat menyudutkanku untuk segera hijrah ke tempat penghakiman, yang paling aku tidak suka dari bagian ini: KLOSET DUDUK.

Aaahhhh! Aku benci bagian ini, bagian dimana aku harus boker di tempat seperti itu. menurutku, boker sambil duduk itu sendiri menyalahkan fitrah sebagai umat manusia, dimana boker itu yaa lebih nikmat kalo jongkok!
Aku tak habis pikir, kenapa mau boker harus sambil duduk. Siapa sih yang menciptakan konsep eek sambil duduk? Aku juga heran dengan orang-orang barat yang eek sambil duduk. Selain beresiko ee tak bisa keluar secara optimal- yang harusnya lancar malah kejepit diantara pantat, itu juga menghilangkan seni dari buang air itu sendiri! Aku tetap pada pendirianku, yaitu tetap tidak boker sampai aku keluar dari hotel ini. tiga hari lagi, tak apalah.

Perutku masih cukup lowong untuk menahan ee yang terus saja memberontak. Tapi kurasa ujung ee ini sudah tiba di bagian rektum, saluran ee yang sedikit melengkung itu loh, tau kan?. Aku coba membuka kembali kerangan, agar angin bisa keluar lagi. Kucoba buka kerangan sedikit demi sedikit dengan teramat hati-hati berakurasi tingkat tinggi. DAMN!! Aku salah perhitungan! Aku kacipirit! Ee itu sudah keluar dari tempat pengucilannnya. Dan tepat menyentuh sempakku. Dalam saat yang sama mules pun semakin menjadi. Aku keringat dingin.

Aku berlari membungkuk menuju kamar mandi dengan kedua tanganku memegang pantat dan perut, dengan harapan sedikit memberi waktu kepadaku untuk meraih tempat penghakiman panggilan sang alam. Kubuka celana, belum sempat ku duduk … BROTT BROTT brittttt.t…t.t.t. terlambat sudah. Ee berterbangan tak terkendali. Alam tak menghendaki ee ini diterima oleh habitat yang semestinya, di tempat peristirahatan terakhirnya. Ee itu malah tertumpuk lembut dengan cantik di atas tutupan kloset duduk. Sial! Aku lupa membuka tutup klosetnya. Ee pun menempel di pantatku pula. Aah. Pengalaman yang tak terperikan untuk dikenang. Sambil menatap ee yang udah ga kece lagi buat dipandang, saat itu adalah saat-saat dimana aku amat rindu. Teramat rindu akan kehadiran kloset jongkok dalam hidupku.

sumber

sumber

sumber

Thomas Crapper

wiki

Jakarta, Tak sekadar gaya, posisi duduk saat menggunakan toilet rupanya juga turut mempengaruhi kesehatan tubuh penggunanya lho. Nah, di antara dua jenis toilet, yaitu toilet duduk dan toilet jongkok, mana yang lebih dianjurkan oleh dokter?

"Sejujurnya kita itu lebih baik menggunakan toilet jongkok. Kenapa? Karena posisi anatomi tubuh manusia akan lebih baik jika kita menggunakan toilet jongkok. Walaupun begitu bukan berarti toilet duduk itu buruk," ujar dr Ayu Yuni Andini, dokter umum Klinik Cempaka Putih, Jakarta Pusat, saat berbincang dengan detikHealth dan ditulis pada Rabu (19/2/2014).

Dilansir Asia One, pernyataan dr Ayu juga diamini oleh beberapa ahli yang menyebutkan bahwa jongkok merupakan posisi yang paling tepat dan direkomendasikan untuk buang air besar.

"Posisi ideal untuk buang air besar adalah jongkok dengan paha tertekuk pada perut. Dengan cara ini kapasitas rongga perut sangat berkurang dan tekanan intra-abdomen meningkat, sehingga akan lebih mendorong pengeluaran feses," ungkap Henry L. Bockus, seperti dikutip dari jurnal Gastroenterology.

Ketika Anda buang air besar, otot puborectalis mengendurkan tekanannya di rektum untuk memungkinkan feses keluar. Dalam posisi duduk, tekanan yang ada hanya mengendur sebagian. Sementara dalam posisi jongkok, tekanannya mengendur dan rileks dengan sempurna sehingga memudahkan proses pengeluaran feses.

Posisi duduk, apalagi jika duduk dengan posisi biasa dan tegak lurus 90 derajat, justru membuat proses buang air besar menjadi lebih sulit untuk dilakukan dan tenaga yang dibutuhkan juga menjadi lebih besar.

Selain itu, menurut jurnal Digestive Diseases and Sciences, dibutuhkan waktu lebih lama untuk buang air besar dengan toilet duduk sebab tubuh butuh proses untuk mendorong feses melalui sudut rectoanal. Pada posisi jongkok tidak butuh waktu lama karena sudut rectoanal telah terbentuk dengan sendirinya dan feses pun terdorong.

Mengapa hal tersebut penting untuk diketahui? Sebab posisi saat menggunakan toilet dianggap memainkan peran besar sebagai faktor risiko beberapa penyakit seperti sembelit, wasir dan radang usus buntu.

Hal ini didukung ini oleh pengamatan bahwa di negara-negara terbelakang yang masih terbiasa jongkok untuk buang air besar prevalensinya untuk penyakit-penyakit tersebut rendah. Sebaliknya, negara-negara maju yang terbiasa menggunakan toilet duduk justru prevalensinya terus meningkat.
sumber