- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
(Foto) 60 Tahun Konferensi Asia Afrika (Asian African Conference Commemoration 2015)


TS
GustoSign
(Foto) 60 Tahun Konferensi Asia Afrika (Asian African Conference Commemoration 2015)
Spoiler for Ini Alasan Bung Karno Pilih Bandung untuk Konferensi Asia Afrika:
Jakarta - Presiden Sukarno memilih Bandung sebagai tempat diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika pada 18 hingga 24 April tahun 1955 lalu. Bukan tanpa musabab ketika Bung Karno memilih si 'Kota Kembang' menjadi tempat berkumpulnya 5 kepala negara dan 24 perwakilan negara di Asia dan Afrika.
Dalam buku '50 tahun Indonesia dan Konferensi Asia Afrika' yang diterbitkan Departemen Luar Negeri (kini Kemenlu) disebutkan bahwa Bandung dipilih sendiri oleh Presiden Sukarno waktu itu.
“Beliau (Sukarno) ingin menegaskan kepada dunia bahwa dari Bandung-lah awal gerakan kemerdekaan yang dipimpinnya memulai perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme,” demikian yang tertuang di buku '50 tahun Indonesia dan Konferensi Asia Afrika' seperti dikutip detikcom, Senin (13/4/2015).
Sejarah pergerakan kemerdekaan yang didengungkan oleh Sukarno memang banyak dilakukan di Bandung. Pada tahun 1926, Sukarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung yang merupakan hasil inspirasi dari Indonesische Studie Club oleh Dr. Soetomo. Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927.
Pada Desember 1930 di hadapan peradilan Landraad Bandung, Bung Karno membacakan pledoi berjudul, 'Indonesia Menggugat'. Pledoi yang mengupas kehidupan rakyat Indonesia di bawah penjajah ini disusun sendiri oleh Sukarno dari balik penjara. Pledoi 'Indonesia Menggugat' ini kemudian menjadi cikal bakal politik melawan kolonialisme dan imperialisme.
Di Bumi Parahiyangan pula Bung Karno pada 30 Maret 1933 menyusun risalah, 'Mencapai Indonesia Merdeka' yang berisi visi dan misi kemerdekaan Indonesia.
Tiga aktivitas pergerakan Bung Karno itulah yang antara lain menjadi alasan dipilihnya Bandung sebagai tempat digelarnya Konferensi Asia Afrika. Pertimbangan lainnya adalah saat itu Bandung menjadi satu-satunya kota dengan hotel yang baik serta memiliki kelengkapan untuk pertemuan bertaraf internasional. Maka dipilihlah Gedung Merdeka di pusat kota Bandung sebagai tempat digelarnya Konferensi Asia Afrika.
Konferensi Asia Afrika kemudian diperingati setiap 10 tahun sekali. Pekan depan, 18-24 April 2015 genap 60 tahun KAA digelar. Lokasi di sekitar gedung Merdeka pun mulai dipercantik. Tukang-tukang dikerahkan siang dan malam untuk 'memoles' sejumlah pekerjaan seperti; memasang lampu hias, mengecet trotoar, menghias taman, dan memasang bangku taman.
Sumber: http://news.detik.com/read/2015/04/1...si-asia-afrika
Dalam buku '50 tahun Indonesia dan Konferensi Asia Afrika' yang diterbitkan Departemen Luar Negeri (kini Kemenlu) disebutkan bahwa Bandung dipilih sendiri oleh Presiden Sukarno waktu itu.
“Beliau (Sukarno) ingin menegaskan kepada dunia bahwa dari Bandung-lah awal gerakan kemerdekaan yang dipimpinnya memulai perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme,” demikian yang tertuang di buku '50 tahun Indonesia dan Konferensi Asia Afrika' seperti dikutip detikcom, Senin (13/4/2015).
Sejarah pergerakan kemerdekaan yang didengungkan oleh Sukarno memang banyak dilakukan di Bandung. Pada tahun 1926, Sukarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung yang merupakan hasil inspirasi dari Indonesische Studie Club oleh Dr. Soetomo. Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927.
Pada Desember 1930 di hadapan peradilan Landraad Bandung, Bung Karno membacakan pledoi berjudul, 'Indonesia Menggugat'. Pledoi yang mengupas kehidupan rakyat Indonesia di bawah penjajah ini disusun sendiri oleh Sukarno dari balik penjara. Pledoi 'Indonesia Menggugat' ini kemudian menjadi cikal bakal politik melawan kolonialisme dan imperialisme.
Di Bumi Parahiyangan pula Bung Karno pada 30 Maret 1933 menyusun risalah, 'Mencapai Indonesia Merdeka' yang berisi visi dan misi kemerdekaan Indonesia.
Tiga aktivitas pergerakan Bung Karno itulah yang antara lain menjadi alasan dipilihnya Bandung sebagai tempat digelarnya Konferensi Asia Afrika. Pertimbangan lainnya adalah saat itu Bandung menjadi satu-satunya kota dengan hotel yang baik serta memiliki kelengkapan untuk pertemuan bertaraf internasional. Maka dipilihlah Gedung Merdeka di pusat kota Bandung sebagai tempat digelarnya Konferensi Asia Afrika.
Konferensi Asia Afrika kemudian diperingati setiap 10 tahun sekali. Pekan depan, 18-24 April 2015 genap 60 tahun KAA digelar. Lokasi di sekitar gedung Merdeka pun mulai dipercantik. Tukang-tukang dikerahkan siang dan malam untuk 'memoles' sejumlah pekerjaan seperti; memasang lampu hias, mengecet trotoar, menghias taman, dan memasang bangku taman.
Sumber: http://news.detik.com/read/2015/04/1...si-asia-afrika
Spoiler for Ayo ke Bandung, Sabtu 25 April 2015, ada Festival Budaya Asia Afrika:
TEMPO.CO, Bandung - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengimbau wisatawan lokal agar menghindari Bandung akhir pekan depan. Musababnya, sejumlah ruas jalan di Bandung akan diblokade pada Peringatan ke-16 Konferensi Asia Afrika (KAA) yang berlangsung, Jumat, 24 April 2015, sehingga dapat membuat kemacetan yang panjang.
"Wisatawan lokal, khususnya warga Jakarta jangan dulu ke Bandung. Saya minta sehari saja hindari wisata ke Bandung," ujar dia, saat ditemui di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukencana, Bandung, Ahad, 19 April 2015. Kota Bandung, kata Emil-sapaan akrab Ridwan, kerap diserbu wisatawan asal Jakarta setiap akhir pekan.
Emil melanjutkan, sebaiknya wisatawan lokal datang ke Bandung sehari setelah Peringatan ke-60 KAA berlangsung di Bandung, Sabtu, 25 April 2015. Sebab pada hari itu Kota Bandung akan dimeriahkan festival budaya Asia Afrika.
Hingga saat ini sudah terdapat 69 peserta yang menunjukkan kesiapannya untuk ikut dalam karnaval budaya itu. Jumlah itu terdiri dari budaya asing, dan dalam negeri. Negara yang akan menampilkan budayanya antara lain Malaysia, Filipina, Myanmar, dan Yordania.
Sejumlah negara pembantu yang telah mengkonfirmasi kehadirannya di antaranya Argentina, Amerika, dan Italia. Tak hanya itu, karnaval di Bandung juga akan dihadiri oleh sejumlah perwakilan daerah seperti Pekalongan dan Yogyakarta.
Sebelumnya, Kepala Bidang Operasional Dinas Perhubungan Kota Bandung I.W. Ginting menjelaskan rute yang akan dilalui para kepala negara Konferensi Asia Afrika ke-60 di Bandung. Para kepala negara itu berada di Bandung sejak pagi hingga siang hari pada 24 April 2015 mendatang.
Para kepala negara akan sampai di Bandara Husein Sastranegara, Bandung, pada pagi hari, 24 April 2015. Setelah itu, mereka akan diantar menuju Hotel Savoy Homan di Jalan Asia Afrika dengan menggunakan bus melalui Jalan Padjadjaran, Cihampelas bagian bawah, Jalan Wastukencana, Jalan Merdeka, Jalan Lembong, dan berakhir di Jalan Asia Afrika.
Di Savoy Homann, para kepala negara itu akan beristirahat sejenak, lalu melanjutkan kegiatan mereka dengan mendengarkan pidato presiden di Gedung Merdeka, Bandung.
Setelah kegiatan itu, kepala negara muslim akan menjalani salat Jumat di Masjid Agung Bandung. Sementara kepala negara nonmuslim akan dijamu dengan acara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung di Gedung Merdeka. Adapun perjalanan kepala negara dari Gedung Merdeka ke Masjid Agung Bandung sepanjang 500 meter akan menggunakan bus Sekretariat Negara.
Selanjutnya mereka akan makan siang di Gedung Pakuan, Bandung. Mereka akan kembali menggunakan bus menuju rumah dinas Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan yang terletak di Jalan Cicendo itu. Dari Gedung Merdeka, mereka akan menuju barat melintasi Jalan Gardu Jati, Tjokroaminoto, Otto Iskandardinata (Otista), Padjadjaran, dan Cicendo. Untuk menuju Gedung Pakuan, Dinas Perhubungan akan melawan arus. Sebab, Jalan Otista biasanya digunakan untuk satu arus saja.
Makan siang mereka, kata Ginting, tak akan berlangsung lama. Setelah menyantap jamuan Ahmad Heryawan, mereka akan pulang dengan kembali menggunakan pesawat di Bandara Husein Sastranegara. Untuk menuju ke Bandara, para kepala negara akan melintasi Jalan Kebon Kawung, Tjokroaminoto, dan Padjadjaran.
http://www.tempo.co/read/news/2015/0...njungi-Bandung
Spoiler for Inen Rusnan, sang Perekam Sejarah Konferensi Asia Afrika:
BANDUNG - Pria berkemeja batik biru itu dengan ramah menyambut Okezone ketika mendatangi kediamannya di kawasan Cipaganti, Kota Bandung. Inen Rusnan, demikian nama pria berusia 78 tahun tersebut.
"Silakan, masuk," tutur Inen dengan ramah kemudian mempersilakan Okezone duduk di sofa.
Ketika obrolan seputar pengalamannya dimulai, Inen dengan semangat menceritakan kisahnya sebagai saksi hidup Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 1955. Saat itu Inen bertugas di bagian dokumentasi sebagai fotografer. Usianya ketika itu baru sekira 17 tahun.
"Mungkin saya fotografer termuda yang ada di Konferensi Asia Afrika. Apalagi saat itu belum banyak orang yang bisa mengoperasikan kamera," kata Inen.
Meski berusia muda, Inen tidak canggung menjalankan tugas. Sebab, ia sudah terbiasa menjadi fotografer lepas dan mengirim karyanya ke sejumlah media massa di Jawa Barat.
Karena pengalaman itulah Inen didaulat panitia menjadi fotografer pengabadi momen KAA. Panitia tak ragu karena Inen punya pengalaman memotret berbagai kegiatan penting yang melibatkan pejabat.
Bermodalkan kamera Leica F3, ia mengabadikan berbagai momen penting kegiatan KAA. Ada banyak keasyikan yang dirasakan. Ia pun bangga karena tidak banyak orang yang punya kesempatan emas seperti dirinya berada di antara para delegasi berbagai negara.
"Momen yang paling saya suka pas motret itu adalah saat para kepala negara sedang asyik ngobrol. Itu momen langka," ungkap pria kelahiran Sumedang, 2 Agustus 1937, tersebut.
Perlu keahlian memotret mumpuni saat itu, mengingat kamera yang dipakai tidak secanggih saat ini. Apalagi, jumlah film yang dibawa terbatas jumlahnya, yaitu sekira 20 roll.
Perlu kejelian dan keahlian untuk menangkap momen. Hasilnya pun harus memuaskan agar tidak mengecewakan panitia dan para delegasi berbagai negara.
Hasil foto Inen kini mejeng di Museum Konferensi Asia Afrika. Bahkan, banyak dari para delegasi yang membawa hasil foto Inen ke negaranya masing-masing untuk kenang-kenangan.
Tetapi, koleksi foto yang ada di rumah Inen tinggal beberapa. Salah satu yang tersisa adalah foto ketika ada rombongan penyambut tamu menunggu kedatangan para delegasi.
"Sisanya kebanyakan rusak karena rumah bapak pernah kebakaran beberapa tahun lalu. Yang ada sekarang tinggal sisanya," tutur dia.
Selain foto KAA, masih ada sejumlah dokumentasi yang tersisa yaitu foto-foto saat Inen meliput di zaman dahulu. Ada juga beberapa foto Inen dengan sejumlah pejabat, salah satunya Presiden Soekarno.
Foto-foto itu dipajang di dinding rumahnya yang sederhana. Foto tersebut menjadi kenangan perjalanan Inen sebagai fotografer sekaligus perekam sejarah.
Inen sendiri lebih banyak belajar foto secara autodidak. Selain itu, ia mendapat bimbingan dari ayah angkatnya yang merupakan fotografer.
Sepanjang hidupnya, Inen terus berkutat dengan dunia foto. Ia tak bisa lepas dari profesinya karena memiliki kecintaan tersendiri pada dunia foto. "Buat saya mah kamera itu seperti istri pertama," tandas Inen.
Spoiler for KAA 1955 dan Kisah Nehru Minum Air Kobokan:
BANDUNG, KOMPAS.com — Rumah Makan Madrawi di Jalan Dalam Kaum Bandung sangat dekat dalam keseharian Presiden pertama Indonesia, Soekarno, Ali Sastroamidjojo, dan Ruslan Abdulgani. Mereka bertiga kerap makan di rumah makan ini karena rasa makanannya yang dinilai sangat lezat.
"Soekarno sejak mahasiswa sering makan di sini. Ia memiliki kesukaan sepiring nasi dengan sate ayam, gulai kambing, es teh manis, dan pisang ambon. Kalau lagi punya duit, dia bayar. Kalau enggak, besok baru datang lagi sambil bayar yang kemarin," ujar pemilik Rumah Makan (RM) Madrawi, Padlie Badjuri, dalam buku bertajuk Warna-Warni KAA 1955 yang akan dibagikan kepada para delegasi.
Pertemanannya dengan Soekarno pun terus berlanjut. Bahkan saat KAA 1955, Soekarno-lah yang menyarankan sate dan gulai RM Madrawi jadi menu sajian bagi delegasi KAA. Sate ayam dan kambing yang disajikan tidak menggunakan tusuk sate bambu, tetapi stainless agar kehangatannya tetap terjaga. Makanan tersebut dikirim sehari dua kali ke Gedung Pakuan.
Selain untuk keperluan di Pakuan, banyak delegasi KAA yang makan di RM Madrawi. Suatu hari, sempat terjadi kejadian unik saat Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru datang ke RM Madrawi. Saat itu, ia bersama beberapa orang lainnya memesan sate kambing dan nasi rames.
Sebelum pesanan datang, para pelayan seperti biasa meletakkan kobokan untuk mencuci tangan. Tanpa disangka, kobokan cuci tangan tersebut diminum oleh Nehru.
"Untung baru sedikit. Saya langsung cegah," ujarnya.
Nehru sendiri menyambut kejadian tersebut dengan tertawa. Namun, setelah peristiwa tersebut, Padlie mengawasi kegiatan di meja itu karena khawatir kejadian konyol tersebut terulang.
Kejadian unik lainnya adalah saat Madrawi didatangi delegasi negara lain. Begitu sate datang, mereka tidak langsung menyantapnya. Mereka memegang tusuk sate, mengacungkannya, dan memperhatikan dengan detail. Setelah itu, mereka saling melempar senyum.
"Mungkin baru kali ini mereka makan sate," imbuhnya.
Selama KAA berlangsung, Padlie memberikan pelayanan terbaik, walaupun saat itu ia tidak menerima uang muka. Waktu itu, ia mendapat pesanan khusus dari Ali Sastroamidjojo selaku panitia KAA.
Dalam pertemuan tersebut, Ali meminta Padlie memberikan pelayanan terbaiknya dan mencatat semua yang dimakan para delegasi.
"Ternyata memang benar, Ali sendiri yang datang untuk melunasi biaya makan dan minum semua delegasi KAA," tutupnya.
RM Madrawi yang berjaya pada tahun 1955 tidak beroperasi lagi sejak tahun 1987. Dulu, rumah makan tersebut terletak di dekat Masjid Agung Bandung. Lokasi tersebut kini terdapat Kantor Satpol PP Kota Bandung.
"Soekarno sejak mahasiswa sering makan di sini. Ia memiliki kesukaan sepiring nasi dengan sate ayam, gulai kambing, es teh manis, dan pisang ambon. Kalau lagi punya duit, dia bayar. Kalau enggak, besok baru datang lagi sambil bayar yang kemarin," ujar pemilik Rumah Makan (RM) Madrawi, Padlie Badjuri, dalam buku bertajuk Warna-Warni KAA 1955 yang akan dibagikan kepada para delegasi.
Pertemanannya dengan Soekarno pun terus berlanjut. Bahkan saat KAA 1955, Soekarno-lah yang menyarankan sate dan gulai RM Madrawi jadi menu sajian bagi delegasi KAA. Sate ayam dan kambing yang disajikan tidak menggunakan tusuk sate bambu, tetapi stainless agar kehangatannya tetap terjaga. Makanan tersebut dikirim sehari dua kali ke Gedung Pakuan.
Selain untuk keperluan di Pakuan, banyak delegasi KAA yang makan di RM Madrawi. Suatu hari, sempat terjadi kejadian unik saat Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru datang ke RM Madrawi. Saat itu, ia bersama beberapa orang lainnya memesan sate kambing dan nasi rames.
Sebelum pesanan datang, para pelayan seperti biasa meletakkan kobokan untuk mencuci tangan. Tanpa disangka, kobokan cuci tangan tersebut diminum oleh Nehru.
"Untung baru sedikit. Saya langsung cegah," ujarnya.
Nehru sendiri menyambut kejadian tersebut dengan tertawa. Namun, setelah peristiwa tersebut, Padlie mengawasi kegiatan di meja itu karena khawatir kejadian konyol tersebut terulang.
Kejadian unik lainnya adalah saat Madrawi didatangi delegasi negara lain. Begitu sate datang, mereka tidak langsung menyantapnya. Mereka memegang tusuk sate, mengacungkannya, dan memperhatikan dengan detail. Setelah itu, mereka saling melempar senyum.
"Mungkin baru kali ini mereka makan sate," imbuhnya.
Selama KAA berlangsung, Padlie memberikan pelayanan terbaik, walaupun saat itu ia tidak menerima uang muka. Waktu itu, ia mendapat pesanan khusus dari Ali Sastroamidjojo selaku panitia KAA.
Dalam pertemuan tersebut, Ali meminta Padlie memberikan pelayanan terbaiknya dan mencatat semua yang dimakan para delegasi.
"Ternyata memang benar, Ali sendiri yang datang untuk melunasi biaya makan dan minum semua delegasi KAA," tutupnya.
RM Madrawi yang berjaya pada tahun 1955 tidak beroperasi lagi sejak tahun 1987. Dulu, rumah makan tersebut terletak di dekat Masjid Agung Bandung. Lokasi tersebut kini terdapat Kantor Satpol PP Kota Bandung.
Spoiler for Selasa, 32 Pemimpin Negara Asia-Afrika Mulai Berdatangan:
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan Luhut Panjaitan mengatakan para pemimpin negara-negara yang akan menghadiri Peringatan ke-60 Konferensi Asia-Afrika (KAA) akan berdatangan pada Selasa, 21 April mendatang. Informasi yang diterima hingga hari ini, 19 April 2015, sebanyak 32 pemimpin negara dipastikan menghadiri peringatan KAA.
"Saya rasa baru sampai di Jakarta tanggal 21 malam atau 22 pagi," kata Luhut seusai menghadiri pembukaan pameran kerja sama Selatan-Selatan dalam rangka KAA di Jakarta Convention Center, Minggu, 19 April 2015.
Seluruh kepala negara tersebut akan menginap di Jakarta dan menuju Bandung untuk menghadiri Peringatan 60 Tahun KAA pada Jumat, 24 April 2015. Kepala negara terdiri dari presiden, perdana menteri, atau raja. Sebanyak 18 dari 32 pemimpin negara yang hadir, dijadwalkan akan menghadiri pertemuan bilateral dengan presiden Joko Widodo.
Luhut mengatakan seluruh pertemuan bilateral akan diadakan di Jakarta. "Nanti diselenggarakan di Jakarta Convention Center. Ada ruangan di bawah, semua bilateral dipusatkan di situ," katanya.
Pertemuan bilateral, kata Luhut, rencananya akan dilakukan pada tanggal 21, 22, dan 23 April. Luhut mengatakan pertemuan bilateral diajukan oleh negara-negara peserta Asia-Afrika.
Rangkaian Peringatan ke-60 KAA dimulai hari ini. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan acara rangkaian KAA dimulai dengan senior officer meeting yang akan membahas tiga isu prioritas yaitu Bandung Conference, New Asia-Africa Strategic Partnership, dan Declaration of Palestine.
"Saya rasa baru sampai di Jakarta tanggal 21 malam atau 22 pagi," kata Luhut seusai menghadiri pembukaan pameran kerja sama Selatan-Selatan dalam rangka KAA di Jakarta Convention Center, Minggu, 19 April 2015.
Seluruh kepala negara tersebut akan menginap di Jakarta dan menuju Bandung untuk menghadiri Peringatan 60 Tahun KAA pada Jumat, 24 April 2015. Kepala negara terdiri dari presiden, perdana menteri, atau raja. Sebanyak 18 dari 32 pemimpin negara yang hadir, dijadwalkan akan menghadiri pertemuan bilateral dengan presiden Joko Widodo.
Luhut mengatakan seluruh pertemuan bilateral akan diadakan di Jakarta. "Nanti diselenggarakan di Jakarta Convention Center. Ada ruangan di bawah, semua bilateral dipusatkan di situ," katanya.
Pertemuan bilateral, kata Luhut, rencananya akan dilakukan pada tanggal 21, 22, dan 23 April. Luhut mengatakan pertemuan bilateral diajukan oleh negara-negara peserta Asia-Afrika.
Rangkaian Peringatan ke-60 KAA dimulai hari ini. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan acara rangkaian KAA dimulai dengan senior officer meeting yang akan membahas tiga isu prioritas yaitu Bandung Conference, New Asia-Africa Strategic Partnership, dan Declaration of Palestine.
Spoiler for Inilah Rekayasa Lalu-Lintas di Sekitaran Lokasi Kegiatan Peringatan KAA ke-60 di Kota Bandung:
Menjelang puncak peringatan ke-60 Konferensi Asia Afrika (KAA) 2015, beberapa titik arus lalu lintas di Kota Bandung akan diterapkan rekayasa lalu lintas, terutama rute yang akan dilalui para kepala negara peserta KAA. Satu di antaranya dilakukan di Jalan Asia Afrika yang menjadi lokasi utama acara bertaraf internasional tersebut. Kepala Bidang Operasional Dinas Perhubungan Kota Bandung IW Ginting mengatakan pengalihan lalu lintas dilakukan mulai 23 April 2015. Sebab pada keesokan harinya, acara puncak KAA digelar. Lebih seratus kepala negara pun berdatangan menghadiri acara tersebut.
Rute yang telah diuji coba untuk rekayasa lalu lintas yaitu dari Bandara Hussen Sastranegara – Jalan Pajajaran – Jalan Cihampelas – Jalan Wastukencana – Jalan R.E Martadinata – Jalan Merdeka – Jalan Lembong – Jalan Tamblong Dalam – Jalan Asia Afrika. Dari rute yang telah diujicoba, tidak ada penutupan secara total, umumnya semua rute jalan akan mengalami buka tutup. Adapun jalan yang akan mengalami penutupan agak lama yakni Jalan Tamblong dan Jalan Asia Afrika. Ada juga beberapa titik yang jika diperlukan mengalami penutupan, seperti di Simpang Lima.
Penutupan Ruas Jalan
♦ Penutupan jalan diberlakukan di Jalan Braga mulai (17 April 2015) malam hingga (21 April 2015). Sementara Jalan Cikapundung Timur akan ditutup mulai (17 April 2015).
♦ (18 April 2015), Jalan Asia Afrika akan ditutup mulai pukul 08.00 WIB hingga 12.00 WIB, karena ada parade kavaleri.
♦ Lalu Jalan Naripan dari arah Jalan Tamblong menuju Jalan Cikapundung Timur menjadi satu arah mulai (20 April 2015) hingga (21 April 2015) dan Jalan Braga Panjang dari Jalan Naripan serta Jalan Wastukancana pada Minggu (21 April 2015) mulai pukul 05.00 WIB hingga 10.00 WIB.
♦ Sedangkan untuk lokasi parkir, parkir motor dan mobil dapat menggunakan lokasi parkir Bank OCBC NISP pada (20 April 2015)
Rute yang telah diuji coba untuk rekayasa lalu lintas yaitu dari Bandara Hussen Sastranegara – Jalan Pajajaran – Jalan Cihampelas – Jalan Wastukencana – Jalan R.E Martadinata – Jalan Merdeka – Jalan Lembong – Jalan Tamblong Dalam – Jalan Asia Afrika. Dari rute yang telah diujicoba, tidak ada penutupan secara total, umumnya semua rute jalan akan mengalami buka tutup. Adapun jalan yang akan mengalami penutupan agak lama yakni Jalan Tamblong dan Jalan Asia Afrika. Ada juga beberapa titik yang jika diperlukan mengalami penutupan, seperti di Simpang Lima.
Penutupan Ruas Jalan
♦ Penutupan jalan diberlakukan di Jalan Braga mulai (17 April 2015) malam hingga (21 April 2015). Sementara Jalan Cikapundung Timur akan ditutup mulai (17 April 2015).
♦ (18 April 2015), Jalan Asia Afrika akan ditutup mulai pukul 08.00 WIB hingga 12.00 WIB, karena ada parade kavaleri.
♦ Lalu Jalan Naripan dari arah Jalan Tamblong menuju Jalan Cikapundung Timur menjadi satu arah mulai (20 April 2015) hingga (21 April 2015) dan Jalan Braga Panjang dari Jalan Naripan serta Jalan Wastukancana pada Minggu (21 April 2015) mulai pukul 05.00 WIB hingga 10.00 WIB.
♦ Sedangkan untuk lokasi parkir, parkir motor dan mobil dapat menggunakan lokasi parkir Bank OCBC NISP pada (20 April 2015)
Foto-foto menjelang Konferensi Asia Afrika 1955 hingga acara selesai























Spoiler for Foto-foto Resepsi:


Premier Zhou Enlai and Vice-Premier Chen Yi (six from left in front) with Burmese Prime Minister U Nu (first from left in front), Indian Prime Minister Jawaharlal Nehru (second from left in front), Indonesian Prime Minister Ali Sastroamidjojo (fourth from right in front) and Egyptian Prime Minister Gamal Abdel Nasser (second from right in front) at a reception hosted by Indonesian President Sukarno during the Asian-African Conference

In April 1955, on the margins of the Asian-African Conference held in Bandung, Indonesia, the non-aligned leaders (from left to right) — Colonel Gamal A. Nasser, the Burmese Prime Minister, U Nu, the Indian Prime Minister, Jawaharlal Nehru, and Nasser’s adjutant, Major Salah Salem — celebrate the Burmese New Year in traditional costume.
Spoiler for Penampakan Gedung Merdeka Kini:


Diubah oleh GustoSign 20-04-2015 05:12
0
88.9K
Kutip
534
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan