Halo gans, ini first thread ane, mohon maaf ya gan apabila thread nya belum begitu rapih dan menarik. Semoga Gak Repsol
Baiklah Agan dan Sista yang ganteng dan cantik, hari ini ane akan membahas tentang derita dan lika liku kehidupan seorang hotelier (yaelah bahasanya)
Walapun ane sebenarnya seorang hotelier yang bukan berlatar pendidikan perhotelan, tapi ane rasa ini bener2 terjadi sama hotelier gan.
ayuk cekibrottttttt gan
Anak kuliahan itu identik dengan anak muda yang sedang berjuang menggali ilmu untuk bertarung di dunia kerja besok. tetapi di samping itu anak kuliah adalah mereka dengan kebebasan, karena sudah 18+, sudah menentukan kedepannya hidup itu seperti apa, sudah menjadi sosok manusia dewasa yang bisa mempertanggungjawabkan setiap tawa dan tangis di perjalanan hidupnya.
Anak yang kuliah di perhotelan juga sama. mereka merasakan hal yang sama. Tetapi dibalik kesamaan itu, kami memiliki beberapa rasa yang harus kami lewati untuk menjadi orang yang bisa membuat orang tua berlinang air mata kebahagiaan. Inilah kami anak perhotelan, inilah beberapa yang kami rasakan, diluar yang lain lihat.
Spoiler for "1. KULIAH PERHOTELAN ITU UNTUK APA?":
Ini adalah pertanyaan yang paling sering mampir ke telinga anak yang kuliah perhotelan, “Kamu kuliah perhotelan itu untuk apa sih?”. Mulai dari teman, saudara, sampai ke orang tua mungkin juga menanyakan hal yang sama. Sepertinya mereka khawatir dengan masa depan, ketika mengambil jurusan kuliah yang bernama, PERHOTELAN
Spoiler for "2. STPB: Sekolah Tinggi Pembantu Bersertifikat":
Selanjutnya ada yang ngoceh “kuliah susah susah, mahal mahal, ujung ujungnya jadi babu juga kan?” | Heh, orang seperti ini sepertinya jaringan otaknya tercipta untuk di pakai di abad ke 15, gak cocok di pakai di era milenium ini. Presidenpun adalah pelayan juga, pelayan bagi masyarakat, Polisi adalah pelayan, para hakim juga memberi pelayanan, sama seperti anak perhotelan, memberikan pelayanan. Babu itu untuk mereka yang bekerja menggunakan otak saja, tidak menggunakan otak dan hati. anak perhotelan belajar susah tentang psikologi pelayanan, komunikasi, sampai bahasa untuk bisa memberikan pelayanan terbaik, dan itu menggunakan otak dan hati. So, please be smart dulu kalau mau berasumsi.
Spoiler for "3. Hotel? pasti mengurus sesuatu yang negatif":
Ini juga nih, pemikiran yang teramat sangat sempit, menganggap perhotelan adalah sesuatu yang berhubungan dengan yang negatif. Kalau otak anda negatif, gak usah di bawa bawa ke pekerjaan orang dong. Orang kalau mau negatif, kerja di Departemen agama juga bisa, bisa korupsi di kementian agama juga ada kan? Kalau kami mau jadi baik, kerja di hotel itu selalu bisa menjadi penyalur berkat bagi hidup. Karena bukan kerjaan yang membuat orang jadi negatif, tetapi pola fikir. Pariwisata itu dikelola dengan profesional, kuliahnya saja gak gampang.
Spoiler for "4. Pasti jago masak nih kalau anak perhotelan, lulusnya jadi chef":
Kebanyakan nonton sinetron ya seperti ini, gampang banget menyimpulkan, otaknya tidak terlatih untuk kritis. Hotel itu, minimal ada tujuh departemen, dan anak perhotelan di beberapa kampus akan memilih konsentrasi, spesialisasi, atau penjurusan sesuai minat kami, ada Front Office, House Keeping, F&B Product, F&B Service, Marketing, Acounting, HRD, sampai ingkin ke departmen loundry. Nah, anak yang bisa masak itu ambil spesialisasi F&B product, itu saja di bagi lagi, bisa ke Hot and Cold Kitchen, atau Pastry anda Bakery, ribet deh. So, kalau anak perhotelan itu disimpulkan bisa masak dan jadi cheef semua, pesannya, jangan sering sering nonton sinetron atau FTV.
Spoiler for "5. Kuliahnya belajar membereskan tempat tidur aja gak sih?":
Ini sama aja seperti nomor empat, penyimpulan yang membabibuta. DI era sekarang hotel tidak selamanya hanya menjual kamar saja, hotel bisa menjual F&B sebagai kekuatan hotelnya, ruang meeting untuk kegiatan MICE, atau hiburan lain. So, hotel tidak identik dengan kamar dan tempat tidur, memang ia anak perhotelan belajar tentang itu, khususnya anak House Keeping tetapi tidak selamanya anak hotel ngurusin kamar.
Spoiler for "6. Kayaknya kuliahnya gampang deh, cuma gitu gitu aja sepertinya":
Kuliah kog gampang, gampang itu tidur tiduran di rumah. Selama masih kuliah, mau jurusan apa aja itu, pasti ada sisi susahnya, sama denga kuliah perhotelan. Belajar Ilmu Komunikasi, psikologi pelayanan, belajar manajemen perhotelan juga, belajar hitung hitungan untuk anak acounting, belajar marketing, belajar beberapa bahasa, anak Food and Beverage akan belajar di dapur, mulai dari tehnik Knifing, atau menggunakan pisau, jenis jenis rempah, bumbu dan terminologinya, seni merasik makanan, mati aja deh di dapur, bisa kebakar hidup hidup kalau salah sedikit, belum lagi anak pastry and bakery, sekali bantet rotinya, ngulang lagi deh, sampai bego deh. Intinya belajar di perhotelan itu tidak segampang yang anda fikirkan.
Spoiler for "7. Wah, kuliahnya mahal. Tapi kerjanya jadi babu di hotel saja":
Mahal? anda kira ketika kami praktek di dapur motong daging ayam atau sapi itu terbuat dari karet? atau praktek membersihkan kamar itu pakai komputer biar seperti main game? belajar memberikan pelayanan terbaik itu di ruang kelas? NO NO NO, Kampus perhotelan pasti punya laboratoriun Kitchen dan itu tidak murah, Laboratorium Pastry, Laboratorium Restoran yang harus seperti restoran pada umumnya, lengkap dengan peralatan mulai dari segala macam jenis piring, pisau, fork, goblet dan semuanya, Laboratorium House Keeping, laundry dan semua yang ada di hotel. Itu butuh modal yang besar bung, jadi wajarlah kalau sekolah perhotelan itu bukan kuliah yang murah.
Setelah lulus anak perhotelan tidak selamanya akan bergelut di dunia itu, kerjaan lain selain di hotel juga banyak, dan tak selamanya akan jadi pekerja, anak perhotelan bisa buat hotel sendiri atau restoran minimal.
Spoiler for "8.Kemampuan berkomunikasi dan berbahasa asingnya pasti maut.":
Mhhh, sedikit banyak pastinya ia, tetapi di hotel ada yang kerjanya di depan, bertemu dengan guest atau tamu, dan ada yang di belakang layar. Kalau masalah komunikasi sepertinya hampir semua kerjaan membutuhkan, tetapi kemampuan bahasa memang harus dimiliki oleh yang job desknya selalu berinteraksi dengan tamu, untuk mereka yang bekerja jarang atau tidak pernah berinteraksi dengan tamu juga banyak yang kemampuan bahasanya memprihatinkan, mungkin seperti di acounting, ada store atau purchasing, human resource departmen, yang memang job desknya tidak berhubungan dengan tamu, ya walau ada beberapa hotel besar dan yang chains internasional harus dan mewajibkan semua lini karyawannya harus jago bahasa asing, minimal Inggris.
Spoiler for "9. Kerjanya dalam gedung keren, di ruangan ber AC, pakai jas, keren banget kayaknya":
Ini orang jarang jarang main ke hotel sepertinya, kalau seringpun mungkin hanya kalau ada undangan ke hotel, jadi lihatnya yang enak enaknya saja. Itu yang terlihat bung, berjas, atau pakaian yang super duper keren, kayak di film film, di ruangan ber AC, gedungnya mewah, dibalik semuanya, ada beberapa sisi “keberantakan” hotel yang memang akan bisa terlihat kalau kamu jadi orang dalam dulu, atau bekerja di hotel. Karena tidak mungkin hotel akan menampilkan sesuatu yang tidak enak, baik, atau pantas ke para tamunya atau pihak eksternal. Semua punya sisi jeleknya juga.
Spoiler for "10. Anak perhotelan itu mereka yang siap memeras keringat menjadi rupiah.":
Mau di departemen apa di suatu hotel, nyaris tidak ada pekerjaan yang enteng-enteng atau bisa dikerjakan dengan baca komik, anak perhotelan adalah mereka yang selalu memeras keringat, bekerja keras untuk menjadikannya lembaran rupiah. di Front Office, dituntut selalu segar, tersenyum, menjawab setiap pertanyaan tamu, keinginan tamu yang aneh aneh, yang tidak ada diajarkan ketika kuliah, apalagi GRO, atau Guest Relation Officer, udah deh, gak bakal nyantai kalau hotel ramai. Anak marketing, harus kejar target penjualan kamar dan F&B, anak kitchen harus bekerja dengan konsentrasi tinggi, anak house keeping harus bisa kejar kejarang dengan waktu. Sekali lagi tidak ada di hotel yang kerjanya santai, anak perhotelan adalah pekerja keras.
Spoiler for "11. Merokok di sela sela jeda kerja adalah surga kecil bagi anak Food Product dan Service.":
Ini lebih banyak dinikmati anak food product dan anak service. Dua devisi ini adalah yang selalu perang urat syaraf ketika bekerja, Service salah menulis pesan tamu untuk makanan tertentu, anak kitchen yang salah karena harus buat lagi, harus perfect, harus harus dan harus, melelahkan. tetapi ketika jeda merokok di belakang hotel, syurga baru datang menghampiri, seakan lupa semua yang telah terjadi, nikmatnya bisa lupa kalau sedang bekerja.
Spoiler for "12. Bagi yang cewek, digodain om om mungkin sedikit ujian kesabaran.":
Kalau bagian yang ini mungkin sering didapatkan kaum hawa, walaupun kaum adam mungkin juga ada sedikit. Ini efek orang yang otaknya negatif tadi, lagian kebanyakan yang kerja di hotel pasti memiliki fisik yang baik, jadi digodain adalah sebagian dari ujian kesabaran bagi anak perhotelan, khususnya cewek.
Spoiler for "13. Bermain dengan waktu yang cepat adalah makanan kami sehari hari.":
Ketika high season, atau musim ramai tamu, bernafas seperti biasa jarang dirasakan anak hotel. Anak FO atau font office tidak pernah berhenti berkata, tamu yang satu ke tamu yang lain, belum lagi terima telfon dari tamu lainnya, berkoordinasi dengan House Keeping untuk kamar yang harus dibersihkan dan yang sudah bisa dijual, yang di dapur harus kerja cepat menyediakan breakfast untuk 200 guest. Manajemen waktu itu harus ngerti, miss komunikasi sedikit, kacau deh semua. kejar kejaran ama waktu itu mainan anak hotel.
Spoiler for "14. Training di hotel dengan seragam hitam putih itu adalah langkah kecil yang harus kami lalui menuju sukses":
Yah, ini bagian tersulit sekaligus mengenangkan dari fase metamorfosis anak perhotelan. Harus menjalani masa training kerja, job orientasi, atau magang kerja ke hotel. Walau tidak semua hotel mengharuskan si anak magang pakai baju hitam putih itu, tetapi setelan ini menjadi lompatan anak perhotelan untuk meraih bintang. Awal training masih canggung, gak tau mau kerja apa, kemudian hari berjalan, bulan terlewati, dan akhirnya tidak mau pergi dari hotel tempat magang karena sudah nyaman, tipikal orang gagal move on.
Spoiler for "15. Di bully jajaran mereka yang merasa senior di suatu hotel itu harus diterima dengan lapang dada":
Tidak semua hotel sih, tetapi perasaan ketika masuk ke lingkungan kerja yang baru dengan status newbetol alias newbe tolol atau fresh graduate tentunya akan menjadi tantangan tersendiri. Menjadi orang baru di lingkungan baru yang tidak tahu apa apa, di suruh suruh masih mau mau saja, itu adalah sasaran empuk bagi senior senior “nakalmu” untuk mengambil peluang, dengan memberikan pekerjaan yang sedikit banyak dengan alasan agar anak perhotelan cepat belajarnya, akhirnya membuat anak newbetol selalu overtime. Tami meraka suka koq.
Spoiler for "16. Guest Complain itu bagian dari keseharian kami.":
Dengerin tamu pakai bahasa Rusia marah marah, tamu dari jepang menggerutu dengan bahasa planetnya, Orang Manado yang protes kenapa air panas untuk mandi dikamarnya tidak berfungsi, belum lagi komplen tamu tentang makanan yang kepedasan, terlalu asin, kurang pedas, hambar, dan segala alasan “sang raja” lainnya, adalah keseharian anak perhotelan. MUlai dari alasan yang kecil sampai alasan yang tidak masuk akal seperti tamu ingin pindah kamar karena dikamarnya ada dinosaurus juga ada, yah itulah anak perhotelan.
Spoiler for "17. Anak Food Product paling rentan dengan resiko gagal diet":
“Yah, coklatnya eman eman, dimakan aja. | Yah, cherrynya sayang kalau dibuang, dimakan saja. | Yah, koq “remukan” steak ada sih? makan aja ahh…”
Seperti itulah nasib mereka, bahagia dengan makanan yang ada. Itu bukan sisa sisa loh, bukan bekas juga, pokoknya makan aja deh, enak juga. Secara, kualitas makanan di hotel pasti yang terbaiklah.
Spoiler for "18. Anak perhotelan terlihat sempurna dibalik kemeja elegan, tetapi kadang rapuh di dalamnya":
Dengan berjas, dasi, pantofel, gaya klimis, bahasa tertata rapi, sudah sedikit mengasumsikan kalau anak perhotelan sukses dibidangnya. *narik nafas* itu yang terlihat, terbiasa tersenyum, walau hatinya terluka. yaps, tak bisa dipngkiri, anak perhotelan manusia juga, kadang lemah, down, gagal, galau, gagal move on dan segala penyakit era modern ini. Tetapi prinsipnya, be profesional, be personal, dibalik kesusahan kamu, tak usah diragukan lagi, akan tetap selalu ada senyum terbaik dari anak perhotelan untuk tamunya yang terbaik.
Spoiler for "19. Anak perhotelan itu adalah mereka yang tidak pelit membagi senyuman terbaik":
Seperti pepatah tiongkok, “orang susah tersenyum dilarang buka toko” ya sama dengan anak perhotelan, DILARANG KERJA DI DUNIA PERHOTELAN KALAU TIDAK BISA TERSENYUM. Anak perhotelan akan hidup di land of hospitality, kerajaan penuh dengan keramah tamahan, yang mengaruskan selalu memancarkan aura positif, dengan indikator paling sederhana dan wajib adalah, tersenyum
Spoiler for "20. Ketika yang lain liburan tanggal merah, Anak Hotel tetap masuk kerja":
Ini yang paling menyedihkan dan menyesakkan hati terdalam. Di saat teman teman upload foto main main di pantai, naik ke gunung, maen ke kota lain, touring, kemping, nyobain kuliner dan gila gilaan bersama, atau melakukan kegiatan lain, anak perhotelan harus tetap masuk kerja dan berkubang dengan banyaknya tamu. Tetapi, kalau bisa menikmati kerjaan tersebut, aslinya setiap hari adalah liburan, karena ketemu dengan orang liburan, kecuali kerjanya di bisnis hotel.
Spoiler for "21. Anak perhotelan adalah barisan para pekerja keras yang mencintai pekerjaan kami sepenuh hati. Kebayang kan berjodoh dengan anak perhotelan?":
Tidak diragukan lagi, dari segala proses yang anak perhotelan dapatkan, dari diragukan hidupnya ketika memilih jurusan perhotelan, dicibir teman teman dengan predikat babu bersertifikat, melalui proses kuliah yang berat, magang kerja yang kadang membosankan, dan kerja dengan tensi yang tinggi, bisa mensejajarkan anak perhotelan dangan para pejuang kerja keras lainnya di luar sana. Dengan apa yang beranai dilakukan, berbahagialah kamu yang bisa menarik hati anak perhotelan, mereka sudah teruji oleh kerasnya dunia, jadi kerasnya denganmu, pasti terlewati dengan indah.
Jadi ya gitu gan, mungkin bisa jadi bahan pertimbangan bagi agan / sista yang ingin mengecap atau membangun karir di perhotelan. Bagi ane pribadi, lebih banyak suka daripada duka menjadi seorang hotelier.
Sejak berkarir di perhotelan, ane benar benar merasa seperti seorang pelayan yang harus siap memenuhi kebutuhan dan permintaan tamu. Mungkin tidak jauh bedanya dengan seorang banker, dimana nasabah adalah seperti Tuan dan Raja bagi kami.
Demikianlah thread ini saya sampaikan, mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan nama / gelar. Lah!!!!
Segitu aja gan, sorry buat long post nya gan. Ini hadiah buat agan
Spoiler for "HADIAH":
KENTANG REBUS SPESIAL
semoga bermanfaat buat agan dan sista, ane gak minta muluk2 gan. Cuma rate dan cendol aja