- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
5 Kisah Lansia yang Memotivasi


TS
jrsantonius
5 Kisah Lansia yang Memotivasi

Quote:
Kebanyakan orang menunggu masa terakhir hidupnya pada saat lansia. Bahkan sakit-sakitan pada saat lansia .Tapi juga banyak lansia yang mencoba untuk terus bekerja dan berusaha menghidupi dirinya. Berikut kisahnya:
1.Nenek Pengangkut Giok
Spoiler for Cekidot:

Nenek perkasa ini ikut bergabung dengan penduduk desa lainnya di dekat hutan lindung di Nagan Raya, Aceh. Mereka mengerumuni akik 20 ton yang tengah ramai diperbincangkan.
Nenek berusia 60 tahun lebih ini ikut bekerja, mengangkut bongkahan batu dari lokasi hutan lindung ke rumah dinas Ketua DPRD Nagan Raya.
"Sehari nenek itu mampu angkat 40 Kg. Sekali jalan 20 Kg, kemudian balik lagi ambil 20 Kg," terang seorang warga Khairul Sondakh yang sempat mengambil gambar sang nenek di lokasi dan mengirimkannya ke pasangmata.com akhir pekan lalu.
Uang yang dibayarkan untuk si nenek, 1 Kg Rp 10 ribu. Jadi dalam sehari nenek mendapatkan uang Rp 400 ribu.
"Jalan dari lokasi ke rumah Ketua DPRD 1 jam, itu jalannya naik turun medannya berat juga," terang Khairul.
Tak hanya si nenek, warga lainnya juga ikut meraup rezeki dari bongkahan batu itu. Ada puluhan warga yang sudah ikut terjun menjadi pengangkut batu.
"Dalam sehari, kabarnya pihak Pemkab keluar uang Rp 35 juta untuk biaya pengangkutan," tegas Khairul.
2.Nenek Penjual Ketupat
Spoiler for Cekidot:

Meski sudah berusia senja, Mbah Hadi (80) tetap bekerja semampunya. Dia tidak mau berpangku tangan, meski anak-anak dan cucunya mampu mencukupinya.
Dia setiap hari berjualan ketupat di Pasar Kotagede Yogyakarta. Laku atau tidak adalah hal lain, karena rezeki itu adalah urusan Tuhan. Yang penting bekerja sekuat tenaga atau semampunya.
Dia berjualan di lorong/gang di tengah pasar. Dengan membawa tenggok/bakul dan tampah terbuat dari bambu untuk menggelar dagangan. Dia pun duduk bersandarkan tembok milik pedagang yang berada di los pasar.
"Tiap hari jualan kupat di sini Mas," kata Mbah Hadi kepada detikcom di lorong Pasar Kotagede, Rabu (4/3/2015).
Dia kemudian menceritakan setiap hari berjualan ketupat sekitar 10-15 ikat. Satu ikat berisi 10 ketupat yang dijual dengan harga Rp 8.000/ikat. Langganannya adalah warga sekitar Kotagede dan para pedagang makanan atau warung makan kupat tahu, gado-gado atau lotek. Para penjual makanan biasanya membeli 2-3 ikat. Sedangkan kalau dimakan sendiri paling banyak satu ikat.
"Menawi bakul lotek utawi gado-gado biasanipun mendhet wanci enjang. (kalau penjual lotek atau gado-gado biasanya mengambil waktu pagi - red),," katanya.
Ketupat yang dibuat Mbah Hadi juga enak, awet dan tidak cepat basi. Sampai sore hari tanpa dipanasi lagi, ketupat buatannya tidak basi karena berasnya tidak terlalu lembek. Namun kalau terlalu kering atau agak keras, ketupat juga terlalu enak.Setiap hari dia berjualan mulai pukul 07.00 hingga pukul 12.00 WIB. Setelah itu pulang ke rumah dan menyiapkan membuat ketupat untuk dijual keesokan harinya. Saat membuat ketupat dia juga dibantu oleh anggota keluarga yang lain. Meski anak-anak dan cucunya sudah mentas semua, dia mengaku tidak ingin berhenti bekerja atau hanya berdiam diri di rumah. Dia lebih senang tetap berjualan di pasar. Baginya berdagang mulai berdagang sayuran dan lain-lain sudah dilakukan sejak lama, puluhan tahun.
Mbah Hadi berangkat dari rumahnya di daerah Ngipik, Banguntapan atau sekitar 1,5 kilometer dari Pasar Kotagede diantar salah satu cucunya. Namun kadang-kadang naik becak. Dulu sebelum ada ringroad timur di sebelah timur Kotagede, dia cukup berjalan kaki. Namun karena jalan sudah ramai dengan kendaraan, Mbah Hadi mengaku tidak berani.
"Celak, namun sak meniko rame engast dalanipun. (Sebenarnya dekat tapi sekarang jalannya ramai sekali-red)," katanya.
Meski ada pedagang ketupat lainnya di Pasar Kotagede, dia pun tidak merasa tersaingi. Sebab semua pedagang juga sudah punya langganan sendiri-sendiri.
"Menawi mboten panjeng nggih mboten menapa-napa," (Kalau tidak laku, tidak apa-apa-red)," pungkas dia.
3.Kakek Pembuat Miniatur Kapal
Spoiler for Cekidot:

Terus semangat tanpa mengeluh menjadi prinsip Sukardi (69) atau akrab disapa Kakek Wadi pedagang miniatur kapal pinisi, yang berjualan menggunakan kursi roda. Dengan berbekal kesabaran dan ketekunan, ia telah membuat kapal pinisi sejak tahun 1980.
Sosoknya yang tidak lagi muda, serta tangan dan wajahnya yang kini tampak keriput tetap menampakkan keuletannya dalam bekerja. Banyak warga, mahasiswa dan prajurit TNI AL yang membeli miniatur kapal pinisi buatan kakek mengaku tetangga artis Iis Dahlia ini di kampung halamannya di Indramayu.
Selama ini, Kakek Wadi hanya menjual dua jenis kapal pinisi berukuran besar dan kecil. Yang besar berukuran 85cm x 30 cm, kemudian yang kecil berukuran 65cm x 30 cm.
"Yang besar harganya Rp 200 ribu dan yang kecil Rp 150 ribu," ujar Kakek Wadi di kontrakannya jalan Rawa Binangun 1, Rawa Badak Utara, Koja, Jakarta Utara, Selasa (3/3/2015).
Adapun, Kakek beranak lima ini mengaku memperbolehkan pembeli untuk menawar. Menurutnya, tidak masalah asalkan harga yang ditawar pembeli masih normal.
"Ya sampai saat ini banyak pembeli yang menawar. Kalau bisa membuat senang orang lain kan ibadah juga, jadi kalau bahasa sekarang boleh nego," ucapnya sambil menunjukkan kapal pinisi buatannya.
"Saya nggak selalu punya stok miniatur kapal. Jadi kalau pengen ya pesan aja lewat nomor anak saya mas Dani di nomor 083874527690. Tapi maaf kalau saya nggak bisa cepat bikinnya, kan saya buatnya sendirian," tambahnya.
4.Kakek Pemanggul Belerang
Spoiler for Cekidot:

Banyak orang di sekitar kita yang pantang meminta-minta. Mereka rela menerjang bahaya, bahkan sampai berjalan jauh untuk menjajakan barang dagangannya.
Seperti bapak-bapak di kawasan Lumajang, Jawa Timur, ini. Meski usianya sudah tak lagi muda, mereka menjajakan bambu di sepanjang jalan. Menurut salah seorang kontributor pasangmata.com, Anam Junaidi, mereka bisa berjalan puluhan kilometer sampai ratusan kilometer untuk menjual bambu.
"Saya sempat ngobrol sama mereka ketika lagi jualan. Intinya ya karena faktor ekonomi dan latar belakang pendidikan yang rendah. Tapi hebatnya mereka masih mau berusaha," kata Anam saat berbincang dengan detikcom, Rabu (4/3/2015).
Ketiga orang itu membeli bambu dari pemilik kebun. Lalu, mereka berjalan menjual bambu-bambu tadi di sepanjang jalan raya Lumajang. Bila dagangan sudah habis terjual, biasanya mereka menumpang truk untuk pulang.
"Memang begitu kerjaannya setiap hari. Salut," tambahnya.
Susiana Djati lewat pasangmata.com juga melaporkan tentang para bapak tua yang masih bekerja menantang bahaya di kawah Ijen, Sumatera Barat. Mereka mengambil belerang dari kawah tersebut lalu membawanya untuk dijual ke kota.
"Dari belerang inilah keluarga saya bisa hidup. Walaupun tidak seberapa penghasilannya tapi saya dan keluarga saya merasa nyaman," kata bapak itu kepada Susiana.
5.Kakek Penjual Balon
Spoiler for Cekidot:

Menyerah bukan pilihan bagi bapak-bapak tua ini. Meski sudah berusia renta, bahkan fisiknya tak sempurna, mereka tetap bekerja dan berusaha mengais rezeki. Tak pernah terbersit dalam pikiran para pejuang itu, untuk meminta-minta.Risnandar, memotret seorang kakek yang masih semangat berjualan balon di Binjai, Sumatera Utara. Foto itu diambilnya sekitar bulan Mei 2014. Dia sering melihat sang kakek di pasar kaget Binjai, namun akhirnya bisa memotret ketika siang hari.
"Dia dan balonnya walaupun sudah tua, semangat hidup tetap tinggi, terbang seperti balon yang menemaninya," tulis Risnandar .
"Foto itu saya ambil ketika ada acara di Binjai. Saya salut dengan semangatnya, walau udah tua, tetap bisa mandiri, dan nggak minta-minta," kesan Risnandar.
Quote:
Intinya
Hidup jangan malas-malasan,apalagi selagi muda harus bisa 'aktif' untuk masa depan kita nanti

Quote:


Hargai TS dengan


Spoiler for Bukti No Repost:

Spoiler for Sumber ::
0
3.1K
Kutip
13
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan