Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

comANDREAvatar border
TS
comANDRE
Anies: Ini untuk Memulihkan Kejujuran dalam Dunia Pendidikan


Metrotvnews.com, Jakarta: Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah, Anies Baswedan, menyatakan bahwa sistem Ujian Nasional berbasis komputer adalah upaya pemerintah meningkatkan kejujuran para siswa. Ukurannya, adalah skor indeks integritas yang bakal dirilis pemerintah berbarengan dengan pengumuman hasil UN.

Dari sini, pemerintah berharap agar sekolah tidak lagi membanggakan kelulusan seratus persen, tapi skor integritas kejujurannya seratus. Untuk menyimak penjelasan lebih lengkapnya, berikut petikan pernyataan Anies saat repoter Metrotvnews Hardiat Dani Satria mewawancarai pria 45 tahun yang pernah menjabat Rektor Universitas Paramadina tersebut di rumahnya di kawasan Jakarta Selatan, Sabtu pagi 11 April 2015.

Sebenarnya pengertian sistem Ujian Nasional (UN) berbasis komputer ini seperti apa? Kenapa tidak bisa disebut sistem online?

Ini adalah salah satu metode ujian yang menggunakan komputer. Soal-soalnya di-download lalu di dalam server diolah, pada hari H-nya soal itu baru dapat dibuka. Tentu dengan teknologi, password. Soal ini dimasukkan dalam server mereka, lalu anak-anak bekerja, setelah selesai bekerja anak-anak menjawab, keudian datanya di-upload lagi oleh server sekolah ke Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik). Jadi anak tidak mengerjakan secara online. Anak mengerjakan di dalam komputer sesudah download bahan-bahannya. Bahan-bahannya di dalam server. Jadi, ini bukan online, ini adalah computer based test (CBT).

Keunggulannya apa?

Dengan CBT ini, maka penyelenggaraan UN, tidak harus diselenggaran satu hari bersama. Sekarang ini kenapa UN satu hari serentak? Karena pakai kertas. Kalau kertas itu, selesai ujian maka soalnya dibawa keluar. Kalau ini di komputer, setelah selesai dikerjakan maka soal itu enggak muncul lagi. Selesai di-submit, diotak-akik enggak bisa. Antara satu komputer satu dengan lainnya, isi soalnya itu bisa berbeda-beda. Meski beda-beda tapi bobotnya sama. Ini pun variasinya banyak sekali. Misalnya, soalnya sama tapi nomornya lain.

Berarti dengan ini pendistribusian soal UN sekarang bisa lebih mudah, karena tinggal mengunduh dari link-nya saja ya?

Iya. Link-nya pun beda-beda.

Berapa sekolah yang menyelenggarakan UN berbasis komputer ini?

Kami mencoba merintis tahun ini diselenggarakan di 585 sekolah. Ini adalah sekolah sekolah yang menginginkan ujian menggunakan komputer. Jadi, bukan rujukan dari Jakarta, tapi kita tawarkan. Ada yang mengajukan lebih dari 720 sekolah. Lalu kami kirim tim untuk meninjau, dari hasil review itu kami lihat mana yang siap dan mana yang belum siap.

Persiapannya di sekolah-sekolah itu seperti apa?

Sudah. Minggu lalu sudah try out, sudah dicoba di lapangan, dan potensi-potensi kendala itu sudah dievaluasi satu persatu. Mereka sudah mengalami apa yang terjadi jika listrik mati, apa yang terjadi jika komputernya hang, itu semua kan bisa terjadi di luar kontrol kita. Nah, itu sudah diantisipasi. Misalnya ada 100 soal, baru mengerjakan 30 soal ternyata listriknya mati. Sistemnya sudah dibuat menyimpan yang 30 itu tadi. Jadi, ketika listrik menyala lagi, bisa mulai lagi mengerjakan ke nomor 31.

Waktunya, menggunakan waktu yang tersisa sampai detiknya. Kalau dia masih tersisa 75 menit 43 detik, berarti nanti keluarnya 75 menit 43 detik. Bahkan waktunya lebih akurat dari ujian yang pakai kertas. Jadi, kalau mereka mau permisi sebentar ke belakang, waktunya bisa di-pause. Dia keluar, menitnya enggak berputar. Kalau ujian biasa, dia keluar atau enggak keluar tetap sama waktunya kan.

Temuan saat try out kemarin, anak-anak menyelesaikan ujian ini lebih cepat 30 menit dibandingkan yang pakai kertas. Salah satu penyebabnya tidak perlu melingkari satu-satu. Lalu khawatir jawabannya terbaca atau enggak oleh scanner. Kalau ini kan jawaban langsung masuk sistem.

Kapan penerapan UN berbasis komputer ini bisa diselenggarakan secara menyeluruh di Indonesia?

Kami tidak merencanakan ini serentak. Kami hanya merencanakan ini berjalan di semua tempat yang memungkinkan. Jadi, ujian berbasis komputer ini bukan tujuan, itu adalah alat. Di tempat yang memungkinan ya kita menggunakan computer. Tapi di tempat yang tidak memungkinkan, ya tidak dipaksakan.

Tidak dimungkinkan itu maksudnya sinyal belum ada, listrik belum ada. Tapi kami tetap antisipasi, kadang-kadang ada listrik juga kadang kadang ada sinyal. Kami bergerak ke sana. Untuk tahun depan insya Allah lebih banyak, dari hasil tahun ini akan kami perluas.

Mereka yang mengikuti UN menggunakan komputer, akan kami mendengar pengalamannya. Anak-anak yang menggunakan komputer itu jauh lebih simpel secara teknis, mereka bisa langsung tahu hasilnya pada saat itu juga. Tapi, kami tidak mau menginformasikan saat itu juga biar semuanya sama dengan teman-teman yang UN menggunakan kertas. Kalau secara teknis, anda tentu juga tahu bahwa ketika di-submit, saat itu anda tahu skornya.

Bisakah dikatakan UN berbasis komputer ini meringkas proses persiapan, pelaksanaan, dan penilaian?

Lebih sederhana. Guru-guru tidak usah menyiapkan kertas-kertas, tidak perlu membagi-bagi kertas ke ruangan. Lalu saat mengumpulkan, tidak perlu lagi mengumpulkan barang-barang dari sekolah, ke dinas, ke perguruan tinggi. Karena memang datanya langsung di-upload.

Kalau dilaksanakan, itu penghematan di sisi logistik. Bayangkan, peserta UN ada 7,3 juta, jumlah cetakannya itu 35 juta eksemplar. Mendistribusikannya juga ke seluruh Indonesia. Ada yang pakai kapal, ada yang pakai kuda, dan sebagainya. Kalau kita menggunakan komputer, maka datanya bisa bisa di-download dan di-download di mana saja, yang penting ada server.

Kenapa kami enggak mau ini online? Karena kalau online berisiko putus di tengah jalan. Tetapi, kalau upload dan download kan tidak. Kalau sudah di download kan datanya sudah ada di situ. Jadi, penghematan dari sisi energi, dari sisi biaya, dari sisi waktu, itu luar biasa.

Tapi sebagaimana perubahan apapun, tentu tidak diselenggarakan dengan cara mendadak. Satu tahun ini kan sudah berjalan di sejumlah sekolah dan nanti akan bertahap ke lainnya. Itupun hanya sekolah-sekolah yang siap. Kami tidak mau melaksanakan di sekolah yang belum siap.

Ukuran siap atau tidaknya apa?

Pertama, siap itu adalah rasio siswa dengan komputer itu baik, yaitu satu banding tiga. Idealnya satu banding dua.

Kedua, jaringannya pun baik. Ketiga, operator-operator yang mengelola network di sekolah itu mumpuni, tahu persis apa yang harus dikerjakan. Keempat, jaringan untuk berkomunikasi itu baik.

Kalau semuas itu dipenuhi, dicek dilapangan pun oke, Go!.

Tidak adakah kekhawatiran terkait keamanan data dalam pelaksanaan sistem UN berbasis komputer ini?

Harus selalu kita tingkatkan security di dalam jaringan kita. Kalau kita selenggarakan secara online, itu bisa di tengah jalan bobol. Kalau ini tidak. Ini soal diambil, lalu dikerjakan secara offline, jadi tidak dimasuki juga kerjanya.

Kemudian ada back-up, jika sampai ada permasalahan, ada cadangan soal. Andai soal bocor bisa kita dapatkan soal pengganti, sangat mudah.

Kalau kertas soal sudah bocor, kita mau mendatangkan cadangannya dari mana? Kalau pakai kertas, andai soal bocor anda harus mencetak dulu, membagi dulu, mengirim.

Kalau ini, ada stok ribuan soal bisa dipakai disitu. Memang selalu harus ada pengamanan, tapi di ruang kelas itu sendiri, kejujuran bisa ditegakkan. Karena satu sama lain soalnya berbeda. Mau bagi-bagi juga tidak ada artinya.

Jadi, saya menegaskan, kalau dulu laporan-laporan kepala sekolah itu adalah “alhamdulillah sekolah kami seratus persen lulus UN”, saya ingin ke depan sekolah-sekolah laporannya “alhamdulilah serratus persen sekolah kami jujur UN”. Nah, seratus persen jujur UN itu yang membanggakan.

Kami juga mengeluarkan indeks baru, namanya indeks integritas.

Bisa dijelaskan apa itu indeks integritas?

Indeks integritas itu adalah sebuah indeks yang mengukur persentase pola kecurangan di sebuah sekolah. Jadi, bila indeks integritasnya 80, maka 80 persen anak melaksanakan ujian tanpa contek mencontek. Tetapi 20 persen, mengerjakan dengan pola contek mencontek. Itu bisa diukur.

Maka besok, setelah ujian nasional ini, akan ada skor integritas di tiap sekolah-sekolah. Kami akan berikan itu kepada dinasnya dan akan kami berikan juga kepada Perguruan Tinggi Negeri. Karena itu, jangan contek-mencontek. Kasihan anak-anaknya kalau nilainya tinggi tetapi indeks integritasnya rendah. Nanti di situ akan dibuka, jadi jaga indeks itu tadi.

Kenapa menghadirkan indeks integritas ini?

Tujuannya ini untuk mengembalikan karakter di dalam dunia pendidikan. Semua sudah tahu kejujuran itu penting. Kejujuran ini yang menjadi masalah selama ini, karena UN menimbulkan banyak sekali praktik kecurangan. Problemnya adalah banyaknya orang jahat sementara orang baik diam dan mendiamkan. Kita diam dan mendiamkan dalam melihat praktik itu. Mulai sekarang, kami buat indeks itu, biar nanti orang tua kalau memilih sekolah melihat angka indeks integritas juga. Jadi, mau kirim anak ke sekolah dengan indeks integritas rendah atau kirim ke sekolah dengan indeks integritas tinggi.

Hal lain yang ingin saya tambahkan disini, saya bersyukur kalau tahun ini, kita semua fokus kepada bagaimana penggunaan komputer, bagaimana persiapan pelaksanaan. Kita tidak fokus pada bagaimana anak-anak ke kuburan, bagaimana anak-anak minta wangsit sana-sini. Berdoa enggak masalah, justru anak-anak harus berdoa bersama, tapi tidak ada yang aneh-aneh lagi.

Karena kita sudah mulai mengubah proses ini menjadi rasional. Dulu-dulu kita selalu melihat masalah UN. Nah, kita dorong ini bagaimana kalau ingin berjalan baik, teknisnya dijalankan, komputernya disiapkan. Kan tujuan kita ingin berjalan dengan baik.

Ada enggak masalahnya? Bukan bagaimana “Pak, bagaimana ini anak-anak yang pingsan di kuburan?” Kan enggak ke situ lagi masalahnya. Kita sudah mulai menggeser kebiasaan, republik ini harus berubah lebih rasional. Ujian adalah bagian dari pembelajaran. Ini yang terus kita dorong. Belum tentu semua menyadari, tapi setelah UN ini lewat, mari kita tengok lagi. Misalnya, bandingkan tahun lalu dan tahun ini yang menyangkut UN, apa yang diberitakan? Dari situ kita bisa melihat sebenarnya republik ini sudah berubah. Sering kita tidak sadar kalau republik ini sudah berubah, sampai ada yang datang memberitahu. Coba ditengok, saya sendiri sudah merasa syukur alhamdulillah, kita sudah lebih sehat dalam melihat ujian.

sumber
=======

mantab betul ! emoticon-Recommended Seller
0
2.1K
26
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan