- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mengenang 2 Abad Meletusnya Gunung Tambora (1815-2015)


TS
kyeesoer
Mengenang 2 Abad Meletusnya Gunung Tambora (1815-2015)

Spoiler for Intro:

Keindahan Gunung Tambora, ternyata menyimpan sejarah kelam yang merenggut ribuan umat manusia
Assalamualaikum, tak terasa 11 April merupakan hari bersejarah bagi masyarakat NTB dan khususnya masyarakat di sekitar Gunung Tambora. Ya, hari dimana Gunung Tambora meletus dengan dahsyatnya sampai membunuh ribuan orang pada waktu itu. 11 April 2015 merupakan peringatan 2 Abad atau 200 tahun meletusnya Tambora. Check This Out!
Spoiler for Kronologi:
Quote:
Kronologi Meletusnya Gunung Tambora

Sebaran letusan Gunung Tambora, melibatkan seluruh Jawa dan pulau-pulau sekitarnya
Gunung Tambora mengalami ketidakaktifan selama beberapa abad sebelum tahun 1815, dikenal dengan nama gunung berapi "tidur", yang merupakan hasil dari pendinginan hydrous magma di dalam dapur magma yang tertutup. Di dalam dapur magma dalam kedalaman sekitar 1,5-4,5 km, larutan padat dari cairan magma bertekanan tinggi terbentuk pada saat pendinginan dan kristalisasi magma. Tekanan di kamar makma sekitar 4-5 kbar muncul dan temperatur sebesar 700 °C-850 °C.
Pada tahun 1812, kaldera gunung Tambora mulai bergemuruh dan menghasilkan awan hitam.[2] Pada tanggal 5 April 1815, letusan terjadi, diikuti dengan suara guruh yang terdengar di Makassar, Sulawesi (380 km dari gunung Tambora), Batavia (kini Jakarta) di pulau Jawa (1.260 km dari gunung Tambora), dan Ternate di Maluku (1400 km dari gunung Tambora). Suara guruh ini terdengar sampai ke pulau Sumatera pada tanggal 10-11 April 1815 (lebih dari 2.600 km dari gunung Tambora) yang awalnya dianggap sebagai suara tembakan senapan. Pada pagi hari tanggal 6 April 1815, abu vulkanik mulai jatuh di Jawa Timur dengan suara guruh terdengar sampai tanggal 10 April 1815.
Pada pukul 7:00 malam tanggal 10 April, letusan gunung ini semakin kuat. Tiga lajur api terpancar dan bergabung. Seluruh pegunungan berubah menjadi aliran besar api. Batuan apung dengan diameter 20 cm mulai menghujani pada pukul 8:00 malam, diikuti dengan abu pada pukul 9:00-10:00 malam. Aliran piroklastik panas mengalir turun menuju laut di seluruh sisi semenanjung, memusnahkan desa Tambora. Ledakan besar terdengar sampai sore tanggal 11 April. Abu menyebar sampai Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Bau "nitrat" tercium di Batavia dan hujan besar yang disertai dengan abu tefrit jatuh, akhirnya reda antara tangal 11 dan 17 April 1815.
Letusan tersebut masuk dalam skala tujuh pada skala Volcanic Explosivity Index. Letusan ini empat kali lebih kuat daripada letusan gunung Krakatau tahun 1883. Diperkirakan 100 km³ piroklastik trakiandesit dikeluarkan, dengan perkiraan massa 1,4×1014 kg. Hal ini meninggalkan kaldera dengan ukuran 6–7 km dan kedalaman 600–700 m. Massa jenis abu yang jatuh di Makassar sebesar 636 kg/m². Sebelum letusan, gunung Tambora memiliki ketinggian kira-kira 4.300 m, salah satu puncak tertinggi di Indonesia. Setelah letusan, tinggi gunung ini hanya setinggi 2.851 m.
Letusan Tambora tahun 1815 adalah letusan terbesar dalam sejarah. Letusan gunung ini terdengar sejauh 2.600 km, dan abu jatuh setidaknya sejauh 1.300 km. Kegelapan terlihat sejauh 600 km dari puncak gunung selama lebih dari dua hari. Aliran piroklastik menyebar setidaknya 20 km dari puncak.
Quote:
"Letusan pertama terdengar di pulau ini pada sore hari tanggal 5 April, mereka menyadarinya setiap seperempat jam, dan terus berlanjut dengan jarak waktu sampai hari selanjutnya. Suaranya, pada contoh pertama, hampir dianggap suara meriam; sangat banyak sehingga sebuah detasemen tentara bergerak dari Djocjocarta, dengan perkiraan bahwa pos terdekat diserang, dan sepanjang pesisir, perahu-perahu dikirimkan pada dua kesempatan dalam pencarian sebuah kapal yang semestinya berada dalam keadaan darurat."
— Laporan Thomas Stamford Raffles.
Sumber: Wikipedia
Spoiler for Akibat:
Quote:
Akibat Letusan Gunung Tambora
Semua tumbuh-tumbuhan di pulau hancur. Pohon yang tumbang bercampur dengan abu batu apung masuk ke laut dan membentuk rakit dengan jarak lintas melebihi 5 km. Rakit batu apung lainnya ditemukan di Samudra Hindia, di dekat Kolkata pada tanggal 1 dan 3 Oktober 1815. Awan dengan abu tebal masih menyelimuti puncak pada tanggal 23 April. Ledakan berhenti pada tanggal 15 Juli, walaupun emisi asap masih terlihat pada tanggal 23 Agustus. Api dan gempa susulan dilaporkan terjadi pada bulan Agustus tahun 1819, empat tahun setelah letusan.
Tsunami besar menyerang pantai beberapa pulau di Indonesia pada tanggal 10 April, dengan ketinggian di atas 4 m di Sanggar pada pukul 10:00 malam. Tsunami setinggi 1–2 m dilaporkan terjadi di Besuki, Jawa Timur sebelum tengah malam dan tsunami setinggi 2 m terjadi di Maluku.
Tinggi asap letusan mencapai stratosfer, dengan ketinggian lebih dari 43 km. Partikel abu jatuh 1 sampai 2 minggu setelah letusan, tetapi terdapat partikel abu yang tetap berada di atmosfer bumi selama beberapa bulan sampai beberapa tahun pada ketinggian 10–30 km. Angin bujur menyebarkan partikel tersebut di sekeliling dunia, membuat terjadinya fenomena. Matahari terbenam yang berwarna dan senja terlihat di London, Inggris antara tanggal 28 Juni dan 2 Juli 1815 dan 3 September dan 7 Oktober 1815. Pancaran cahaya langit senja muncul berwarna orange atau merah di dekat ufuk langit dan ungu atau merah muda di atas.
Perkiraan kematian bervariasi, tergantung dari sumber yang ada. Zollinger (1855) memperkirakan 10.000 orang meninggal karena aliran piroklastik. Di pulau Sumbawa, terdapat 38.000 kematian karena kelaparan, dan 10.000 lainnya karena penyakit dan kelaparan di pulau Lombok. Petroeschevsky (1949) memperkirakan sekitar 48.000 dan 44.000 orang terbunuh di Sumbawa dan Lombok. Beberapa pengarang menggunakan figur Petroeschevsky, seperti Stothers (1984), yang menyatakan jumlah kematian sebesar 88.000 jiwa. Tanguy (1998) mengklaim figur Petroeschevsky tidak dapat ditemukan dan berdasarkan referensi yang tidak dapat dilacak. Tanguy merevisi jumlah kematian berdasarkan dua sumber, sumber dari Zollinger, yang menghabiskan beberapa bulan di Sumbawa setelah letusan dan catatan Raffles. Tanguy menunjukan bahwa terdapat banyak korban di Bali dan Jawa Timur karena penyakit dan kelaparan. Diperkirakan 11.000 meninggal karena pengaruh gunung berapi langsung dan 49.000 oleh penyakit epidemi dan kelaparan setelah letusan. Oppenheimer (2003) menyatakan jumlah kematian lebih dari 71.000 jiwa.
Quote:
Dalam perjalananku menuju bagian barat pulau, aku hampir melewati seluruh Dompo dan banyak bagian dari Bima. Kesengsaraan besar-besaran terhadap penduduk yang berkurang memberikan pukulan hebat terhadap penglihatan. Masih terdapat mayat di jalan dan tanda banyak lainnya telah terkubur: desa hampir sepenuhnya ditinggalkan dan rumah-rumah roboh, penduduk yang selamat kesulitan mencari makanan.
...
Semenjak letusan, diare menyerang warga di Bima, Dompo, dan Sang’ir, yang menyerang jumlah penduduk yang besar. Diduga penduduk minum air yang terkontaminasi abu, dan kuda juga meninggal, dalam jumlah yang besar untuk masalah yang sama.
—Letnan Philips diperintahkan Sir Stamford Raffles untuk pergi ke Sumbawa.
Sumber: Wikipedia
Spoiler for Kisah-kisah:
Quote:
Kisah-kisah Dibalik Letusan Gunung Tambora
Akibat Erupsi Dahsyat Tambora, Orang Eropa Terpaksa Makan Kucing

Ilustrasi Suasana Eropa saat Gunung Tambora Meletus
Liputan6.com, Jakarta - Hari ini, 200 tahun yang lalu, sesaat sebelum Matahari terbenam, Gunung Tambora di Sumbawa meletus dahsyat. Kekuatannya mencapai level 7 Volcanic Explosivity Index (VEI).
Kekuatan letusan Tambora pada 10-12 April 1815 adalah yang terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah. Empat kali lipat dari amuk Krakatau pada 1883, dan 10 kali lipat dari erupsi Gunung Pinatubo di Filipina pada 1991.
Erupsi diiringi halilintar sambung-menyambung, bunyinya menggelegar bagaikan ledakan bom atom, terdengar hingga ratusan kilometer. Sir Stamford Raffles, pendiri Singapura modern, mengira bunyi cumiakan telinga itu berasal dari meriam.
Vulkanolog dari Cambridge University, Clive Oppenheimer dalam bukunya “Eruptions that Shook the World” memperkirakan, 60.000-120.000 nyawa terenggut, baik secara langsung -- oleh awan panas, tsunami -- maupun tak langsung, akibat kelaparan dan wabah penyakit yang berjangkit berbulan-bulan kemudian.
Kabar pertama meletusnya Tambora mencapai Inggris pada November 1815. Media The Times mempublikasikan secarik surat dari seorang pedagang di Hindia Belanda. "Kita baru mengalami letusan paling luar biasa yang mungkin belum pernah terjadi di manapun di muka Bumi," tulis dia, seperti dimuat situs sains, NewScientist.
Lautan sejauh mata memandang dipenuhi batang pohon, batu yang mengapung, juga jasad manusia gembung, yang menghalangi laju kapal.
Dua hari setelah letusan dahsyat, Sumbawa gelap gulita. "Tanaman padi sama sekali rusak, tak ada yang tersisa. Manusia dalam jumlah besar tewas seketika, lainnya meregang nyawa setiap harinya."
Erupsi Tambora juga berdampak global. Abu dan panas sulfur dioksida menyembur melubangi atmosfer, suhu rata-rata global merosot 2 derajat Celcius atau sekitar 3 derajat Fahrenheit.
Di belahan dunia lain, efek Tambora juga merenggut ribuan nyawa. Bukan karena letusannya, melainkan akibat epidemi tifus dan kelaparan merata di wilayah Eropa. Rusuh tak terelakkan, rumah-rumah dan toko dibakar dan dijarah.
Badai salju melanda New England Juli tahun itu, panen gagal. Eropa pun mengalami kondisi yang sama parahnya. "Bahan makanan berkurang, orang-orang terpaksa makan kucing dan tikus. Warga Eropa dan sisi timur Amerika Utara mengalami kesulitan tak terbayangkan," kata Stephen Self, profesor ilmu bumi dan planet di University of California, Berkeley, seperti dimuat situs Imperial Valley News.
Demikian pula di Yunan, Daratan Tiongkok, orang-orang terpaksa memakan tanah liat, karena cuaca yang buruk menggagalkan panen padi.
Penyair Li Yuyang dalam puisinya mengisahkan tentang rumah-rumah yang tersapu banjir. Para orangtua terpaksa menjual anak-anak mereka, ditukar dengan sekantung gandum. Suami menyaksikan istri dan buah hatinya mati perlahan akibat kelaparan.
Tambora bahkan mengubah peta sejarah, 18 Juni 1815, cuaca buruk yang diakibatkan Tambora konon ikut membuat Napoleon Bonaparte kalah perang di Waterloo. Hari terpedih dalam sejarah gilang-gemilang Sang Kaisar Prancis.
Kegelapan yang menyelimuti Bumi menginspirasi novel-novel misteri legendaris misalnya, 'Darkness' atau 'Kegelapan' karya Lord Byron, 'The Vampir' atau 'Vampir' karya Dr John Palidori dan novel 'Frankenstein' karya Mary Shelley.
Pada tahun 2004, para ilmuwan menemukan sisa-sisa peradaban kuno dan kerangka dua orang dewasa yang terkubur abu Tambora di kedalaman 3 meter. Diduga, itu adalah sisa-sisa Kerajaan Tambora yang tragisnya 'diawetkan' oleh dampak letusan dahsyat itu.
Penemuan situs itu membuat Tambora punya kesamaan dengan letusan Gunung Vesuvius di abad ke-79 Masehi. Peradaban di Tambora lantas sebagai "Pompeii di Timur."
Sumber: Liputan Enam
3 'Berkah' Letusan Dahsyat Tambora 200 Tahun Lalu
Liputan6.com, Jakarta - Musim panas 1816 tak berlangsung seperti biasa. Salju turun di New England, hujan rajin mengguyur. Dingin, badai, dan gelap. Suasana serba muram. Pada tahun itu Eropa dan Amerika Utara mengalami 'The Year Without a Summer'.
Penyebabnya ada di belahan Bumi yang lain. Pada 5 April 1815, 200 tahun lalu, Gunung Tambora di Sumbawa, Indonesia mulai menunjukkan tanda-tanda aneh. Ia mulai 'batuk' dan bergemuruh, 5 hari kemudian ia meletus dahsyat.
Tambora menyemburkan abu panas dan gas ke atmosfer, menggelapkan langit, Mahatari pun menghilang dari pandangan. Lebih dari 90 ribu jiwa tewas, akibat aliran piroklastik, tsunami, dan debu yang menyesakkan jalan nafas. Juga akibat kelaparan dan wabah yang terjadi selama beberapa bulan kemudian.
Di Eropa dan Amerika Utara, tanaman pangan mati karena beku maupun kekurangan sinar matahari. Makanan jadi barang langka. Di tengah segala petaka yang ditimbulkan letusan Tambora, ada berkah yang muncul. Berikut 3 di antaranya:
Penemuan Sepeda
Panen yang gagal membuat kelaparan merajalela. Para pemilik kuda tak mampu memberi pakan gandum. Hewan-hewan itu bahkan disembelih untuk dimakan manusia.
Kalaupun nekat menggunakan kuda, niscaya biayanya makin mahal.
Baron Karl von Drais, bangsawan asal Jerman, butuh cara untuk memeriksa tanamannya yang masih tersisa. Tanpa kuda. Ia pun menemukan inovasi dengan menempatkan 2 roda sejajar dalam bingkai kayu yang menyeimbangkan laju roda dengan dynamic steering.
Temuannya tersebut menjadi cikal bakal kendaraan yang populer hingga saat ini: sepeda.
"Untuk orang modern, menyeimbangkan 2 roda terlihat mudah dan gampang dibayangkan," kata sejarawan Hans-Erhard Lessing seperti dikutip dari The New Scientist.
"Namun, saat itu masyarakat menganggap hal normal adalah melihat orang berjalan kaki, naik kuda, atau menumpang kereta kuda."
Frankenstein
Kala itu, seorang perempuan 18 tahun bernama Mary Shelley sedang berlibur di kawasan Danau Jenewa, Swiss. Bersama Bysshe Shelley, suaminya di masa depan, mereka terjebak hujan deras di rumah Lord Bryon. Suasana gelap kala itu.
Untuk mengalihkan perhatian dari cuaca buruk, tuan rumah mengadakan kompetisi menulis cerita horor. Shelley menghasilkan sebuah novel spektakuler yang tenar sepanjang massa, "Frankenstein".
Masa itu, seperti dimuat situs sains, Discovery.com, mereka juga sempat melakukan eksperimen, menggunakan gelimbang listrik pada hewan yang mati -- yang melatarbelakangi ide membangkitkan jasad yang tak bernyawa. Kelompok itu juga bergiliran membaca kisah horor Jerman.
Sementara, Lord Bryon menghasilkan puisi berjudul "Darkness". "Cahaya matahari padam," demikian tulis Bryon dalam puisi yang ia tulis.
Penduduk AS Menyebar
Di Amerika Serikat bagian timur laut, cuaca di pertengahan Mei 1816 tak seperti biasanya. Cuaca dingin dan beku melanda New England hingga Virginia. Hujan salju turun pada Juni.
"Pada 4 Juli air di bak air membeku, salju turun lagi. Perayaan Hari Kemerdekaan dirayakan di dalam gereja, di mana hati yang bergelora sedikit memberi kehangatan," tulis Thomas Jefferson, yang baru saja pensiun dari masa jabatan kedua sebagai Presiden AS. Tanaman jagungnya gagal panen tahun itu, sehingga ia terpaksa memohon pinjaman US$ 1.000.
Gagal panen dan kenaikan harga pada 1815 dan 1816 mengancam para petani di AS. Akibatnya, ribuan orang meninggalkan New England, mencari lokasi yang cuacanya lebih ramah, ke barat Sungai Ohio.
Dampak dari migrasi semacam itu, Indiana menjadi negara bagian pada 1816, dan Illinois pada 1818.
Sumber: Liputan Enam
Spoiler for Peresmian Taman Nasional:
Quote:
Jokowi Resmikan Taman Nasional Gunung Tambora, NTB
Taman Nasional Gunung Tambora baru saja diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. Peresmian dilakukan dalam puncak acara Peringatan 200 Tahun Meletusnya Gunung Tambora di Dompu, NTB.
"Pagi hari ini dengan mengucap bismillah, saya juga meresmikan Gunung Tambora sebagai Taman Nasional Gunung Tambora," ujar Presiden Indonesia Joko Widodo dalam puncak acara Peringatan 200 Tahun Meletusnya Gunung Tambora di Doro Ncanga, Dompu, NTB, Sabtu (11/4/2015).
Dalam kesempatan ini, Jokowi juga mengajak masyarakat untuk tetap ikut melestarikan kawasan Gunung Tambora. Gunung harus tetap dijaga dan terjaga kelestariannya.
"Saya minta Gunung Tambora ini jangan dirusak," kata Jokowi.
Peresmian Taman Nasional Gunung Tambora ditandai dengan pemukulan lesung yang dilakukan oleh Presiden Jokowi bersama Menteri Kehutanan & Lingkungan Hidup serta Menteri Pariwisata. Lesung ini sebagai simbol dari masyarakat lokal dan juga untuk mengenang tragedi meletusnya Gunung Tambora 200 tahun lalu.
"Lesung itu sebagai simbol, pertanda. Untuk mengenang Tambora juga. Daripada menggunakan sirine, lebih baik menggunakan kearifan lokal," ujar mantan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB Lalu Gita Ariadi.
Menpar pun punya rencana sendiri untuk memajukan pariwisata setelah Gunung Tambora jadi Taman Wisata. Di mana ia akan mengembangkan eko wisata dengan beragam jenis.
Sumber: Detik
Spoiler for Outro:
Terimakasih telah membaca dan menyimak Thread saya, jangan lupa 
kepada Thread ini sbg tanda kontribusi terhadap kami. Jangan lupa
kepada si empunya Thread. Wassalamualaikum




Spoiler for Rekomen HT:
Diubah oleh kyeesoer 12-04-2015 08:28
0
3.3K
Kutip
31
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan