Menghadapi Atasan yang Sulit

Beranda
Komunitas
News
Lowongan Kerja
Menghadapi Atasan yang Sulit

karir.com

02-04-2015 04:10

Quote:

Sebagai seorang professional, saya – seperti professional lainnya – tentu memiliki beragam atasan dengan beragam etnis, kewarganegaraan dan budaya.
Ketika di Ericsson, bos saya seorang Swedia, di L’Oreal kewarganegaraan Inggeris turunan Perancis. Di BMW, Jerman tentunya. Tapi, ternyata Jerman pun bermacam-macam. Karakter Jerman dari Hamburg dengan Jerman dari Munich ternyata berbeda sekali.

Kali ini saya mencoba membawakan topik bagaimana caranya menghadapi atasan yang sulit. Setelah menghadapi beragam bos tadi, penting untuk dipahami ini dulu:

Quote:

Jika memang sudah memilih menjadi pekerja atau professional, maka harus siap berhadapan dengan atasan. Jika tidak punya mental ini, ya jangan jadi pekerja. Kita yang tinggal serumah dengan saudara saja pasti ada silang pendapat. Apalagi dengan orang yang benar-benar berbeda?

Kalau sudah siap dengan mental ini, setidaknya Anda sudah punya ‘bekal’ awal untuk menghadapi atasan yang sulit.

Spoiler for Leader is..:

gambar diambil dari melrosetroop68.org

Menjadi atasan yang baik berarti harus memiliki kemampuan leadership yang baik juga. Sayangnya, waktu kuliah gak ada Mata Kuliah Leadership, maka ilmu ini bisa didapat dari pengalaman, value dari keluarga, dan training yang disediakan oleh perusahaan. Karena ilmu leadership ini bukan ilmu yang mudah, maka banyak atasan akhirnya hanya menjadi atasan karena title saja, dan bukanPEMIMPIN yang layak dihormati.
So far, saya bener gak?

gambar diambil dari bintangpunberpendar.files.wordpress.com

Capek memang berhadapan dengan atasan yang sulit.
Tanda-tandanya gampang dibaca; tidak mengerti arahan perusahaan, perintahnya berganti-ganti, moody, gampang marah, gampang tersinggung, dan yang paling obvious sebenarnya adalah INSECURE. Perhatiin deh, atasan yang sulit umumnya adalah orang-orang yang tidak merasa secure dengan posisi dan pekerjaannya.
Artinya dia selalu khawatir kalau dia akan digantikan.

Apakah Anda salah satu ‘korban’atasan yang sulit?

Quote:

Saya sering memberikan wejangan ke para karyawan seperti ini,

Quote:

“Anda ini kalau dihitung jam kerja, sadar atau tidak Anda menghabiskan waktu lebih banyak dengan teman kerja daripada dengan keluarga. Setiap hari berangkat pagi, kerja dari jam 8 sampai jam 5. Sampai rumah tinggal capek dan tidur. Jadi, kalau sampai tidak bisa akur dengan rekan kerja, sungguh disayangkan, karena hidup Anda isinya akan hanya stress saja. Dan kasihan keluarga di rumah yang menampung semua stress itu.”

Jadi, jika Anda memiliki atasan yang sulit, tetaplah selalu berusaha akur dan menjaga harmonisasi kerja.
Berikut tips dari saya :

1. Selalu Disiplin Mencatat Perintah dan Aktifitas Anda di kantor

gambar diambil dari practitionerchronicles.files.wordpress.com

Maksudnya gini ; Atasan yang sulit, seperti yang saya sebutkan di atas, seringkali tidak paham arahan yang jelas dari perusahaan sehingga perintah sering berubah-ubah. Pagi bilang A, siang bilang B, sore bilang C.

Nah, untuk mengatasi ini, penting bagi Anda untuk selalu mencatat atau mendokumentasikan perintah dan aktifitas dari atasan Anda. Jika perintah diberikan lisan, maka penting bagi Anda untuk mengirimkan email konfirmasi kepada atasan Anda.
Ini diperlukan bukan untuk melindungi diri Anda, tapi saya akan lakukan untuk memberikan laporan yang jelas kepada atasan saya tersebut.

Intinya, saya tetap ingin akur dengan atasan saya, seberapa sulitnya sekalipun. Laporan detail bukan saya buat untuk melaporkan atasan saya dengan pihak HR (Human Resources), tapi lebih untuk membantu ‘membuka’ mata atasan saya, dan apa yang bisa saya bantu agar beliau bisa dapat memberikan arahan yang lebih baik. Kadang atasan kita juga mengalami problem yang sama dengan atasannya lagi. Jadi, kadang dia sendiri juga tidak sadar kalau dia menjadi pribadi yang menyebalkan. Semoga dengan disiplin catatan Anda dan pendekatan persuasive, bisa membantu membuka mata boss Anda.

Quote:

Di Ilmu HR, yang harus diimplementasi adalah SHARED OBJECTIVES, dimana setiap elemen di dalam organisasi memiliki dan yang lebih penting, memahami objectives mereka bagi perusahaan.

Ingat ya, jangan keburu ambil keputusan untuk berhenti. Rugi.

2. Meminta saran dari rekan kerja dan pendekatan kultur.

gambar diambil dari management-mentors.com

Jika, atasan Anda yang sulit pernah bekerja dengan team lain, tidak ada salahnya mendapatkan masukkan dari team lain tersebut. Dapatkan tips-tips berharga dari mereka bagaimana caranya menghadapi atasan.

Pendekatan kultur juga sangat membantu di pengalaman saya.
Saya pernah memiliki boss yang sulit, dan dengan memahami kultur boss saya itu, saya bisa berkomunikasi lebih baik dengannya dan eventually mendapatkan harmonisasi kerja

3. Bagaimana jika semua usaha sudah dilakukan tapi atasan Anda tetap sulit dihadapi?
]

gambar diambil dari ichthuspublications.com

Coba cek dengan rekan kerja yang lain. Lakukan Audit. Apakah rekan kerja yang lain juga mengalami frustrasi yang sama? Jika ya, ada beberapa banyak? Jika memang jumlahnya cukup signifikan, maka Anda bersama rekan kerja yang bernasib sama ini bisa melaporkan ke atasan dari atasan Anda.
Intinya, Anda menunjukkan tingat destruksi yang disebabkan oleh atasan yang sulit.

Kalau masih sami mawon, barulah Anda bisa menghadap HR dengan membawa bukti – bukti yang akurat.
Bukannya kenapa, di mata saya, atasan yang sulit itu kategorinya office bullying juga.
Jadi, enaknya ngadu kemana?

Quote:

Nah…
Sebagai penutup,
resign adalah jalan terakhir yang bener-bener harus Anda pikirkan baik-baik dan secara matang.
Rugi, kalau Anda resign hanya karena boss yang tidak kompeten.
Anda bekerja buat perusahaan, dan bukan atasan Anda.

Semoga memberi catatan positif bagi Anda.

Salam,

Dino Martin
CEO karir.com

Diubah oleh karir.com 02-04-2015 04:16

4.4K

Kutip

Balasan

Komentar yang asik ya

Urutan

Terbaru

Terlama

Komentar yang asik ya

Komunitas Pilihan