- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- Gosip Nyok!
Modus Penipuan Berkedok Kehabisan Ongkos?


TS
dikaferdy777
Modus Penipuan Berkedok Kehabisan Ongkos?
Sebelum & sesudahnya ane ngucapin beribu-ribu maaf kalau ternyata ane salah atau salah besar dengan sikap ane mewawancarai mereka cukup lama dan sikap akhir ane yang tega.
Kronologisnya begini:
Siang itu (maaf tanggalnya kalau gak salah 24 atau 31 Maret 2015) agak mendung sekitar jam 2 siang ane lagi jalan kaki di tepian jalan Margonda tepatnya dari arah BNI menuju ITC Depok. Begitu lewat depan kantor Walikota Depok yang saat itu suasananya tidak begitu ramai pejalan kaki saya lihat ada 3 perempuan yakni 1 ibu umur sekitar 55-60 tahun (selanjutnya ane sebut 'Ibu tua'), 1 ibu umur sekitar 35-40 tahun (selanjutnya ane sebut 'Ibu muda') & 1 anak perempuan umur sekitar 8 tahun. Tiba-tiba saya ditanya,
Ibu tua: "Dek, numpang tanya ya, di sini gak ada bis yang langsung ke Tangerang ya?"
Ane: "[pikir sebentar]... Gak ada, Bu. Kalau mau ikut Deborah ke Kalideres dulu ntar nyambung angkot ke Tangerang."
Ibu tua: "Iya ada Deborah, lima belas ribu. Masalahnya kita keabisan ongkos. Tadi mau ke rumah saudara di belakang terminal, orangnya nggak ada."
Ane: "Maksudnya lagi pergi atau gimana, bu?"
Ibu tua: "Udah pindah... Gak tahu pindahnya ke mana. Nah, salahnya kita nggak punya nomer teleponnya... Makanya kita bingung ini mau balik lagi ke Tangerang duit tinggal lima belas ribu... Maaf ya [sambil nepuk halus punggung ane], ibu minta ridhonya aja... bantu nambahin ongkos..."
Dalam hati ane, nekat bener nih mereka. Pertama, nekat pergi ke rumah saudara tanpa konfirmasi atau perjanjian dulu. Kedua, nekat dengan ongkos pas-pasan pergi bertiga dari Serpong ke Depok. Sampai sini ane masih positif thinking aja. Bahkan ane iba begitu lihat si ibu muda perutnya agak 'cembung' sedikit (seperti hamil). Semoga saja itu bukan bantal.
Ane: "Oh ya, ibu Tangerangnya mana?"
Ibu tua: "Serpong... BSD..."
Ane: "Oh, naik kereta aja bu" [tiba2 ane dipotong]
Ibu tua: "Dek... masalahnya kereta yang ke Serpong lagi ada gangguan..." [nadanya mulai tidak halus]
Dengar kalimat si ibu tua, dalam kondisi mereka yang sedang 'SOS' seperti itu ane gak mungkin kalau harus telpon ke call center KCJ/KAI atau cek Twitter CommuterLine Jabodetabek... Akhirnya,
Ane: "Persisnya di mana bu Serpongnya? Giant? WTC?"
Ibu tua: "Alam Sutera"
Ane: "Sama (rumah sakit) Shobirin? Atau di bunderannya?"
Ibu tua: "(dengan nada lirih seperti kena skak) ya, di situ."
Ane: "Ntar dari bunderan masih jauh?"
Ibu tua: "Ya.. ngangkot sih, paling tiga ribu... (dengan nada pelan)"
Di sini ane mikir dalam hati, angkot nomer berapa yang rutenya dari bunderan Alam Sutera arah jalan Boulevardnya... Ah, mungkin ane kurang wawasan/update.
Ane: "Gini bu, ibu nak kereta nggak yang ke Serpongnya, tapi yang ke arah Tangerangnya, turun di (stasiun) Batu Ceper. Ntar nyambung angkot yang warna ijo.
Ibu tua: "(dengan nada pelan) Bisa sih... [lanjut nadanya agak naik] Gini aja lah, kita mau naik bis aja, e... naik Agra Mas, bisa..."
Ane: "Agra Mas sekarang berapa bu dari Pasar Rebo (dekat terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur) ke BSD?"
Ibu tua: "Lima belas ribu."
Ane: "Ya udah, bu. Ayo kita ke terminal ntar naik angkot yang di sana yang langsung berangkat. Ntar kalo naik dari sini bisa-bisa ngetem lama di terminal. Saya ongkosin."
Akhirnya mereka bertiga ikut saya jalan kaki ke arah terminal yang jaraknya sekitar 100 meter. Baru jalan kurang lebih 15 langkah, mereka menyetop ane dan,
Ibu tua: "Gini aja lah, kita mau naik dari sini aja. Itu banyak yang lewat kok. Tuh kan ujan." [mulai gerimis ceritanya...]
Ibu muda: "Iya mas kita mau naik (angkot ke arah Pasar Rebo) dari sini aja... [nada seperti orang capek]"
[si ibu tua buka payung]
Ane: "Gini lho bu, ibu naik dari terminal bareng saya sampai sana (BSD). Beneran saya ongkosin."
Ibu muda: "[dengan nada kesal] Mas... Kita ini udah gede, bisa ke sana sendiri, nggak usah nganter2 segala, kita udah tau jalan kok!"
Ane: "Maksudnya biar nanti ibu sampai benar2 sampai sana. Nanti kalau ada apa2 gimana?"
Ibu tua: "Iya... Nggak usah!... [sambil tangan kanannya mirip isyarat 'slow down']. Adek ntar keganggu..."
Ane: "Nggak, bu. Nggak apa2. Saya lagi nggak ada kerjaan. Bener saya anterin sampai sana, saya ongkosin."
Ibu tua: "Masalahnya suaminya beda!..."
Ane: "Ya sudah, sampai bunderannya aja bu. Nggak ada salahnya kan?..."
Ibu tua: "Nggak usah... Makasih...! [jeda sekitar 2 detik] Adek bantu ongkos kita aja..."
Ibu muda: "Gini aja mas, masnya kalau mau nolong nolong aja! [dahi berkerut, nada tinggi]"
Ane: "Iya, ibu saya tolong sampai sana..."
Ibu muda: "Nggak usah!..."
Ane: "Ya sudah, bu, maaf." [ane cabut, jalan kaki ke arah ITC]
Ibu muda: "[teriak] Kalau mau nolong nolong aja!... Dasar pelit!!!"
Ane: [fiuh...][gak karu2an rasanya]
Ane stuck sampai sini gan. Ane bingung mau nolong orang sampai ke tujuan dengan sukarela. Modus ane begini buat mastiin mereka sampai sana & tentu biar ane gak tertipu. Eh... malah begini jadinya. Ane langsung cabut ninggalin mereka dengan penuh rasa dosa, minta ampun pada Yang Kuasa jika ane sudah salah, dan ane berdoa jika ternyata mereka benar2 dalam keadaan sulit semoga ada rizki dari pejalan kaki/orang selain ane. Duit yang niatnya mau buat nolong mereka akhirnya ane kasihin (maaf) pengemis cacat di pasar dekat stasiun Depok Baru.
Sebelumnya juga ane pernah ngalamin peristiwa serupa, tapi sama seorang remaja pria. Di tepian jalan keluar terminal Kampung Rambutan.
X: "Misi A, boleh minta lima ribu aja. Saya mau ke Munjul tapi duit tinggal dua ribu."
Ane: "Mm... Cibubur ya?"
X: "Iya, situ... Maap ya A. Lima ribu aja buat nambahin kalau boleh."
Ane: "Angkotnya yang KWK itu?"
X: "Iya, angkotnya mah ngerti."
Akhirnya ane kasih dah satu lembar lima ribuan.
Semoga benar2 tepat.
Dari peristiwa yang ane alami ini, apa kesimpulan agan, apakah ini modus penipuan atau bukan?
Maaf ya gan kalau ane salah posting atau salah curhat
PENGALAMAN KASKUSER LAIN:
Kronologisnya begini:
Siang itu (maaf tanggalnya kalau gak salah 24 atau 31 Maret 2015) agak mendung sekitar jam 2 siang ane lagi jalan kaki di tepian jalan Margonda tepatnya dari arah BNI menuju ITC Depok. Begitu lewat depan kantor Walikota Depok yang saat itu suasananya tidak begitu ramai pejalan kaki saya lihat ada 3 perempuan yakni 1 ibu umur sekitar 55-60 tahun (selanjutnya ane sebut 'Ibu tua'), 1 ibu umur sekitar 35-40 tahun (selanjutnya ane sebut 'Ibu muda') & 1 anak perempuan umur sekitar 8 tahun. Tiba-tiba saya ditanya,
Ibu tua: "Dek, numpang tanya ya, di sini gak ada bis yang langsung ke Tangerang ya?"
Ane: "[pikir sebentar]... Gak ada, Bu. Kalau mau ikut Deborah ke Kalideres dulu ntar nyambung angkot ke Tangerang."
Ibu tua: "Iya ada Deborah, lima belas ribu. Masalahnya kita keabisan ongkos. Tadi mau ke rumah saudara di belakang terminal, orangnya nggak ada."
Ane: "Maksudnya lagi pergi atau gimana, bu?"
Ibu tua: "Udah pindah... Gak tahu pindahnya ke mana. Nah, salahnya kita nggak punya nomer teleponnya... Makanya kita bingung ini mau balik lagi ke Tangerang duit tinggal lima belas ribu... Maaf ya [sambil nepuk halus punggung ane], ibu minta ridhonya aja... bantu nambahin ongkos..."
Dalam hati ane, nekat bener nih mereka. Pertama, nekat pergi ke rumah saudara tanpa konfirmasi atau perjanjian dulu. Kedua, nekat dengan ongkos pas-pasan pergi bertiga dari Serpong ke Depok. Sampai sini ane masih positif thinking aja. Bahkan ane iba begitu lihat si ibu muda perutnya agak 'cembung' sedikit (seperti hamil). Semoga saja itu bukan bantal.
Ane: "Oh ya, ibu Tangerangnya mana?"
Ibu tua: "Serpong... BSD..."
Ane: "Oh, naik kereta aja bu" [tiba2 ane dipotong]
Ibu tua: "Dek... masalahnya kereta yang ke Serpong lagi ada gangguan..." [nadanya mulai tidak halus]
Dengar kalimat si ibu tua, dalam kondisi mereka yang sedang 'SOS' seperti itu ane gak mungkin kalau harus telpon ke call center KCJ/KAI atau cek Twitter CommuterLine Jabodetabek... Akhirnya,
Ane: "Persisnya di mana bu Serpongnya? Giant? WTC?"
Ibu tua: "Alam Sutera"
Ane: "Sama (rumah sakit) Shobirin? Atau di bunderannya?"
Ibu tua: "(dengan nada lirih seperti kena skak) ya, di situ."
Ane: "Ntar dari bunderan masih jauh?"
Ibu tua: "Ya.. ngangkot sih, paling tiga ribu... (dengan nada pelan)"
Di sini ane mikir dalam hati, angkot nomer berapa yang rutenya dari bunderan Alam Sutera arah jalan Boulevardnya... Ah, mungkin ane kurang wawasan/update.
Ane: "Gini bu, ibu nak kereta nggak yang ke Serpongnya, tapi yang ke arah Tangerangnya, turun di (stasiun) Batu Ceper. Ntar nyambung angkot yang warna ijo.
Ibu tua: "(dengan nada pelan) Bisa sih... [lanjut nadanya agak naik] Gini aja lah, kita mau naik bis aja, e... naik Agra Mas, bisa..."
Ane: "Agra Mas sekarang berapa bu dari Pasar Rebo (dekat terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur) ke BSD?"
Ibu tua: "Lima belas ribu."
Ane: "Ya udah, bu. Ayo kita ke terminal ntar naik angkot yang di sana yang langsung berangkat. Ntar kalo naik dari sini bisa-bisa ngetem lama di terminal. Saya ongkosin."
Akhirnya mereka bertiga ikut saya jalan kaki ke arah terminal yang jaraknya sekitar 100 meter. Baru jalan kurang lebih 15 langkah, mereka menyetop ane dan,
Ibu tua: "Gini aja lah, kita mau naik dari sini aja. Itu banyak yang lewat kok. Tuh kan ujan." [mulai gerimis ceritanya...]
Ibu muda: "Iya mas kita mau naik (angkot ke arah Pasar Rebo) dari sini aja... [nada seperti orang capek]"
[si ibu tua buka payung]
Ane: "Gini lho bu, ibu naik dari terminal bareng saya sampai sana (BSD). Beneran saya ongkosin."
Ibu muda: "[dengan nada kesal] Mas... Kita ini udah gede, bisa ke sana sendiri, nggak usah nganter2 segala, kita udah tau jalan kok!"
Ane: "Maksudnya biar nanti ibu sampai benar2 sampai sana. Nanti kalau ada apa2 gimana?"
Ibu tua: "Iya... Nggak usah!... [sambil tangan kanannya mirip isyarat 'slow down']. Adek ntar keganggu..."
Ane: "Nggak, bu. Nggak apa2. Saya lagi nggak ada kerjaan. Bener saya anterin sampai sana, saya ongkosin."
Ibu tua: "Masalahnya suaminya beda!..."
Ane: "Ya sudah, sampai bunderannya aja bu. Nggak ada salahnya kan?..."
Ibu tua: "Nggak usah... Makasih...! [jeda sekitar 2 detik] Adek bantu ongkos kita aja..."
Ibu muda: "Gini aja mas, masnya kalau mau nolong nolong aja! [dahi berkerut, nada tinggi]"
Ane: "Iya, ibu saya tolong sampai sana..."
Ibu muda: "Nggak usah!..."
Ane: "Ya sudah, bu, maaf." [ane cabut, jalan kaki ke arah ITC]
Ibu muda: "[teriak] Kalau mau nolong nolong aja!... Dasar pelit!!!"
Ane: [fiuh...][gak karu2an rasanya]
Ane stuck sampai sini gan. Ane bingung mau nolong orang sampai ke tujuan dengan sukarela. Modus ane begini buat mastiin mereka sampai sana & tentu biar ane gak tertipu. Eh... malah begini jadinya. Ane langsung cabut ninggalin mereka dengan penuh rasa dosa, minta ampun pada Yang Kuasa jika ane sudah salah, dan ane berdoa jika ternyata mereka benar2 dalam keadaan sulit semoga ada rizki dari pejalan kaki/orang selain ane. Duit yang niatnya mau buat nolong mereka akhirnya ane kasihin (maaf) pengemis cacat di pasar dekat stasiun Depok Baru.
Sebelumnya juga ane pernah ngalamin peristiwa serupa, tapi sama seorang remaja pria. Di tepian jalan keluar terminal Kampung Rambutan.
X: "Misi A, boleh minta lima ribu aja. Saya mau ke Munjul tapi duit tinggal dua ribu."
Ane: "Mm... Cibubur ya?"
X: "Iya, situ... Maap ya A. Lima ribu aja buat nambahin kalau boleh."
Ane: "Angkotnya yang KWK itu?"
X: "Iya, angkotnya mah ngerti."
Akhirnya ane kasih dah satu lembar lima ribuan.
Semoga benar2 tepat.
Dari peristiwa yang ane alami ini, apa kesimpulan agan, apakah ini modus penipuan atau bukan?
Maaf ya gan kalau ane salah posting atau salah curhat

Spoiler for ampun:
PENGALAMAN KASKUSER LAIN:
Spoiler for agan kucing95:
Diubah oleh dikaferdy777 10-04-2015 01:50


anasabila memberi reputasi
1
6K
30


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan