- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
QNB League, Sebuah Perbaikan atau Penyamar Kebobrokan?


TS
tony.valencia
QNB League, Sebuah Perbaikan atau Penyamar Kebobrokan?
Siang agan-agan dan aganwati semuanya.
Sebelum kita mulai ke topik bahasan, gw mau introduksi sedikit. Kalian pasti tau olahraga sepakbola kan? Yap, itulah olahraga yang paling digemari muda-mudi sampai manula di tanah air tercinta kita ini. Dukungan terhadap tim dan klub sepakbola luar negeri maupun dalam negeri yang seringkali kita lihat di media sosial maupun kehidupan sehari-hari memang seperti sudah mendarah daging di masyarakat kita. Kalau dilihat-lihat, perkembangan sepakbola di luar negeri memang sangat maju bahkan modern sekali. Tapi bagaimana jika di dalam negeri kita sendiri? Nah, ini yang akan gw bahas bareng agan-agan & aganwati sekalian
Pernah lihat logo diatas? Bagi yang awam dengan sepakbola lokal mungkin akan bilang belum pernah. Tapi bagi mereka yang mengikuti perkembangan sepakbola tanah air pasti tahu. Ya, inilah logo baru dari kompetisi kasta tertinggi persepakbolaan di Indonesia, QNB League namanya. Musim pertama dengan nama yang di re-branding setelah kedatangan sponsor dari bank milik Qatar yang ditelisik juga mensponsori klub kaya raya Paris Saint-Germain dan kompetisi Ligue-1 di Prancis ini memang menuai banyak opini publik. Gw sendiri sebagai penikmat sepakbola bingung waktu hari Jum'at kemarin ada berita berganti nama dari ISL jadi QNB League. Padahal, H-1 kick-off liga dan baru diganti gitu aja lho. Oke lah, buat urusan nama, itu urusan pihak penyelenggara dan si sponsor. Tapi apakah dengan pergantian nama berarti kompetisi akan jadi lebih baik lagi?
Masih ingat gw dengan kisah beberapa pemain asing yang meregang nyawa karena penyakit dan tak sanggup bayar biaya pengobatan karena gaji ditunggak manajemen klub dan hutang klub yang menunggak. Kalau kita berkaca dari kompetisi eropa, klub lawas macam Parma di Italia aja lagi krisis keuangannya, sampai-sampai harus dibayarin sama FIGC atau PSSI-nya Italia buat ngelunasin hutangnya dulu. Dengan syarat mereka harus melunasi pinjaman dari FIGC kalau masih mau berkompetisi di Italia, itu juga turun kasta dari Serie A ke Serie B. Di Indonesia bukan cuma satu-dua klub yang keuangannya ga sehat, banyak. Di ISL sampai Divisi Utama ada aja yang seperti itu macamnya.
Musim ini, ISL atau QNB League ditunda kick-offnya sampai kemarin - 4 April- untuk menunggu klub melengkapi keperluan verifikasi yang kali ini bekerjasama dengan BOPI. Gw setuju dengan langkah Menpora yang mengusulkan setiap klub yang berlaga di ISL / QNB League harus memenuhi persyaratan BOPI guna meminimalisir kejadian-kejadian seperti musim-musim sebelumnya. Dari 20 klub, sekarang tinggal 18 klub yang berpartisipasi. Lumayan kemajuan sih menurut gw, di injury time jelang kick-off kemarin, hari Kamis dikabarin Arema Cronous dan Persebaya Surabaya ga direkomendasi BOPI buat ikut serta di ISL. Toh semalem Arema main juga, dan yang dipermasalahin itu adalah masalah dualisme beberapa musim lalu.
Gw mau ngajak agan-agan & aganwati disini sharing opininya, apa musim ini dengan nama baru liga 'tercinta' kita yang 'profesional' ini lebih baik atau hanya makin menutupi kebobrokan pengurus didalamnya?
Opini gw sendiri sih 50:50 antara perbaikan liga menjadi lebih profesional namun juga masih ada kebobrokan yang ditutupin sama para pengurus. Revolusi memang sangat dibutuhkan, lebih baik lagi kalau yang diseleksi untuk menjadi pengurus dan pengelola liga diambil dari kandidat yg benar-benar baru bukan yang ada keterikatan dengan pengurus yang lama agar olahraga ini lebih maju dengan melambungkan nama Indonesia di kancah internasional
Sebelum kita mulai ke topik bahasan, gw mau introduksi sedikit. Kalian pasti tau olahraga sepakbola kan? Yap, itulah olahraga yang paling digemari muda-mudi sampai manula di tanah air tercinta kita ini. Dukungan terhadap tim dan klub sepakbola luar negeri maupun dalam negeri yang seringkali kita lihat di media sosial maupun kehidupan sehari-hari memang seperti sudah mendarah daging di masyarakat kita. Kalau dilihat-lihat, perkembangan sepakbola di luar negeri memang sangat maju bahkan modern sekali. Tapi bagaimana jika di dalam negeri kita sendiri? Nah, ini yang akan gw bahas bareng agan-agan & aganwati sekalian

Spoiler for buka:
Pernah lihat logo diatas? Bagi yang awam dengan sepakbola lokal mungkin akan bilang belum pernah. Tapi bagi mereka yang mengikuti perkembangan sepakbola tanah air pasti tahu. Ya, inilah logo baru dari kompetisi kasta tertinggi persepakbolaan di Indonesia, QNB League namanya. Musim pertama dengan nama yang di re-branding setelah kedatangan sponsor dari bank milik Qatar yang ditelisik juga mensponsori klub kaya raya Paris Saint-Germain dan kompetisi Ligue-1 di Prancis ini memang menuai banyak opini publik. Gw sendiri sebagai penikmat sepakbola bingung waktu hari Jum'at kemarin ada berita berganti nama dari ISL jadi QNB League. Padahal, H-1 kick-off liga dan baru diganti gitu aja lho. Oke lah, buat urusan nama, itu urusan pihak penyelenggara dan si sponsor. Tapi apakah dengan pergantian nama berarti kompetisi akan jadi lebih baik lagi?
Masih ingat gw dengan kisah beberapa pemain asing yang meregang nyawa karena penyakit dan tak sanggup bayar biaya pengobatan karena gaji ditunggak manajemen klub dan hutang klub yang menunggak. Kalau kita berkaca dari kompetisi eropa, klub lawas macam Parma di Italia aja lagi krisis keuangannya, sampai-sampai harus dibayarin sama FIGC atau PSSI-nya Italia buat ngelunasin hutangnya dulu. Dengan syarat mereka harus melunasi pinjaman dari FIGC kalau masih mau berkompetisi di Italia, itu juga turun kasta dari Serie A ke Serie B. Di Indonesia bukan cuma satu-dua klub yang keuangannya ga sehat, banyak. Di ISL sampai Divisi Utama ada aja yang seperti itu macamnya.
Musim ini, ISL atau QNB League ditunda kick-offnya sampai kemarin - 4 April- untuk menunggu klub melengkapi keperluan verifikasi yang kali ini bekerjasama dengan BOPI. Gw setuju dengan langkah Menpora yang mengusulkan setiap klub yang berlaga di ISL / QNB League harus memenuhi persyaratan BOPI guna meminimalisir kejadian-kejadian seperti musim-musim sebelumnya. Dari 20 klub, sekarang tinggal 18 klub yang berpartisipasi. Lumayan kemajuan sih menurut gw, di injury time jelang kick-off kemarin, hari Kamis dikabarin Arema Cronous dan Persebaya Surabaya ga direkomendasi BOPI buat ikut serta di ISL. Toh semalem Arema main juga, dan yang dipermasalahin itu adalah masalah dualisme beberapa musim lalu.
Gw mau ngajak agan-agan & aganwati disini sharing opininya, apa musim ini dengan nama baru liga 'tercinta' kita yang 'profesional' ini lebih baik atau hanya makin menutupi kebobrokan pengurus didalamnya?
Opini gw sendiri sih 50:50 antara perbaikan liga menjadi lebih profesional namun juga masih ada kebobrokan yang ditutupin sama para pengurus. Revolusi memang sangat dibutuhkan, lebih baik lagi kalau yang diseleksi untuk menjadi pengurus dan pengelola liga diambil dari kandidat yg benar-benar baru bukan yang ada keterikatan dengan pengurus yang lama agar olahraga ini lebih maju dengan melambungkan nama Indonesia di kancah internasional

0
1.9K
22


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan