- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
JK dan Jimly Asshiddiqie Ternyata Tak Mempermasalahkan Capres/Cawapres RI Non-Muslim


TS
b4djul
JK dan Jimly Asshiddiqie Ternyata Tak Mempermasalahkan Capres/Cawapres RI Non-Muslim
Al-Azhar tak masalah ada capres non-Muslim
Minggu, 30 Maret 2014 12:45
Merdeka.com - Agama seringkali jadi ganjalan untuk maju dalam pemilihan presiden. Ketua Dewan Pembina Yayasan Al-Azhar Jimly Asshiddiqie menilai agama tak perlu jadi permasalahan.
Jimly mengaku tidak mempermasalahkan apabila ada calon presiden dari kalangan non muslim. Pencalonan presiden dari kalangan non muslim tidak berbenturan dengan hukum yang ada. "Ya kalau secara hukum tidak boleh dimunafikan. Boleh-boleh saja dari segi hukum," ujar dia yang ditemui dalam Tabligh Akbar di Masjid Al-Azhar, Jakarta, Minggu (30/3).
Namun, Jimly menyerahkan sepenuhnya kepada masyarakat dalam memilih calon presidennya. Dia mengingatkan pemilih harus secara sadar dalam memilih calon presiden. "Kalau soal orang memilih atau tidak ya terserah. Balik lagi memilih dengan kesadaran," kata dia.
http://www.merdeka.com/politik/al-az...on-muslim.html
Bagaimana Jika Presiden dari Non-Islam? Ini Jawaban Jusuf Kalla
Tuesday, 18 June 2013

JK
Pada sidang Sinode yang digelar awal Maret 2013 lalu, Jusuf Kalla yang merupakan Ketua Dewan Masjid Indonesia diundang dalam acara tersebut. Acara yang dihadiri oleh 700 Pendeta dari seluruh Indonesia ini meminta JK untuk memberikan nasehat dan pandangannya mengenai keharmonisan dan damai dalam perbedaan.
Dalam sesi tanya jawab, ada seorang Pendeta yang bernama Pendeta Stefanus Marinjo bertanya pada JK “Apakah Bapak Jusuf Kalla secara Pribadi mau dipimpin oleh Presiden yang non-Islam?”
Bukan JK namanya kalau tidak dapat menjawab secara rasional dan tegas. JK pun menjawab:
“Kalau bicara tentang Presiden non-Islam, bahwa kita semua harus taat pada UUD 45, disitu tidak mencantumkan syarat agama. Tapi yang terjadi adalah pilihan rakyat; tentu umumnya orang memilih sesuai dengan kesamaan agamanya. Tapi ini bukan hanya terjadi di Indonesia, di Amerika pun yang merupakan kiblat demokrasi, butuh waktu 171 tahun untuk orang Katolik bisa jadi Presiden di Amerika (Karena di Amerika mayoritas menganut Kristen Protestan). John F, Kennedy yang merupakan orang Katolik adalah orang pertama yang menjadi Presiden di Amerika. Dan kemudian di Amerika juga butuh waktu 220 tahun untuk orang kulit hitam, Barrack Obama untuk menjadi Presiden di Amerika.”
JK pun melanjutkan argumennya dengan mempertegas posisinya tentang keberagaman di Indonesia dan pilihan politik.
“Jadi, kita tidak bisa bicara bahwa kita tidak demokratis, karena minoritas tidak bisa jadi Presiden, di Amerika pun butuh waktu 220 tahun untuk kulit hitam bisa jadi Presiden. Nah, kalau kembali ke konteks Indonesia, tidak usah bicara masalah agama dulu, orang luar Jawa saja susah jadi Presiden di Indonesia ini. Jadi bukan soal agama, ini karena berdasarkan suara terbanyak, demokrasi yang membawa seperti itu, bahwa pilihan orang jatuh pada hal yang identik pada dirinya sendiri.”
“Tapi apapun itu, saya berharap kita tidak perlu butuh waktu 70 tahun untuk orang luar Jawa bisa menjadi Presiden di Indonesia, karena kalau kita menghitung 2014 itu artinya 69 tahun kita merdeka,” ujarnya
http://jusufkalla.info/archives/2013...n-jusuf-kalla/
Peluang Calon Presiden Non-Muslim, Din Kutip Kalimat Cak Nur (Nurcholish Majid)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengutip kalimat almarhum Nurcholish Madjid saat ditanya peluang calon presiden non-muslim memenangkan pemilihan presiden Juli mendatang.
"It's culturally impossible to have a non-muslim president in Indonesia (secara kultural Indonesia tidak mungkin memiliki presiden non-muslim)," ujarnya.
Pertanyaan tersebut dilontarkan moderator dalam diskusi "Membaca Arah Politik Islam" yang diadakan Populi Center di Restoran Rarampa, Jakarta Selatan, Sabtu (19/4/2014).
Din bercerita pertanyaan serupa pernah dilontarkan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia pada beberapa cendikiawan muslim Indonesia di awal reformasi.
Dekan Fisip UIN Jakarta Bahtiar Effendy, yang juga menjadi narasumber dalam diskusi ini, mengatakan persoalan ini tidak berkaitan dengan isu primordial sama sekali. "Indonesia baru satu kali memiliki presiden yang berasal dari ormas Islam, yaitu Gus Dur," ujarnya.
Meski demikian, Bahtiar yakin segala kemungkinan bisa terjadi. Ia mencontohkan pada rezim Saddam Husein, Irak sempat memiliki menteri luar negeri non-muslim.
http://www.tribunnews.com/pemilu-201...alimat-cak-nur
Kegamangan PDIP Memasang Luhut Panjaitan untuk Cawapresnya Jokowi, dan Kegagalan Hanura akibat Masuknya Harry Tanoe, Expriment Menarik Untuk Meragukan Kecenderungan Pemilih Muslim di Indonesia?
---------------------------
Jangan remehkan suara rakyat mayoritas di negeri muslim terbesar di dunia ini. Jangan anggap remeh jabatan Wapres yang bisa otomatis menggantikan Presiden bila berhalangan tetap. Apa betul-betul siap untuk masa sekarang ini, rakyat Indonesia dan negara NKRI dipimpin Presiden non-muslim?

Minggu, 30 Maret 2014 12:45
Merdeka.com - Agama seringkali jadi ganjalan untuk maju dalam pemilihan presiden. Ketua Dewan Pembina Yayasan Al-Azhar Jimly Asshiddiqie menilai agama tak perlu jadi permasalahan.
Jimly mengaku tidak mempermasalahkan apabila ada calon presiden dari kalangan non muslim. Pencalonan presiden dari kalangan non muslim tidak berbenturan dengan hukum yang ada. "Ya kalau secara hukum tidak boleh dimunafikan. Boleh-boleh saja dari segi hukum," ujar dia yang ditemui dalam Tabligh Akbar di Masjid Al-Azhar, Jakarta, Minggu (30/3).
Namun, Jimly menyerahkan sepenuhnya kepada masyarakat dalam memilih calon presidennya. Dia mengingatkan pemilih harus secara sadar dalam memilih calon presiden. "Kalau soal orang memilih atau tidak ya terserah. Balik lagi memilih dengan kesadaran," kata dia.
http://www.merdeka.com/politik/al-az...on-muslim.html
Bagaimana Jika Presiden dari Non-Islam? Ini Jawaban Jusuf Kalla
Tuesday, 18 June 2013

JK
Pada sidang Sinode yang digelar awal Maret 2013 lalu, Jusuf Kalla yang merupakan Ketua Dewan Masjid Indonesia diundang dalam acara tersebut. Acara yang dihadiri oleh 700 Pendeta dari seluruh Indonesia ini meminta JK untuk memberikan nasehat dan pandangannya mengenai keharmonisan dan damai dalam perbedaan.
Dalam sesi tanya jawab, ada seorang Pendeta yang bernama Pendeta Stefanus Marinjo bertanya pada JK “Apakah Bapak Jusuf Kalla secara Pribadi mau dipimpin oleh Presiden yang non-Islam?”
Bukan JK namanya kalau tidak dapat menjawab secara rasional dan tegas. JK pun menjawab:
“Kalau bicara tentang Presiden non-Islam, bahwa kita semua harus taat pada UUD 45, disitu tidak mencantumkan syarat agama. Tapi yang terjadi adalah pilihan rakyat; tentu umumnya orang memilih sesuai dengan kesamaan agamanya. Tapi ini bukan hanya terjadi di Indonesia, di Amerika pun yang merupakan kiblat demokrasi, butuh waktu 171 tahun untuk orang Katolik bisa jadi Presiden di Amerika (Karena di Amerika mayoritas menganut Kristen Protestan). John F, Kennedy yang merupakan orang Katolik adalah orang pertama yang menjadi Presiden di Amerika. Dan kemudian di Amerika juga butuh waktu 220 tahun untuk orang kulit hitam, Barrack Obama untuk menjadi Presiden di Amerika.”
JK pun melanjutkan argumennya dengan mempertegas posisinya tentang keberagaman di Indonesia dan pilihan politik.
“Jadi, kita tidak bisa bicara bahwa kita tidak demokratis, karena minoritas tidak bisa jadi Presiden, di Amerika pun butuh waktu 220 tahun untuk kulit hitam bisa jadi Presiden. Nah, kalau kembali ke konteks Indonesia, tidak usah bicara masalah agama dulu, orang luar Jawa saja susah jadi Presiden di Indonesia ini. Jadi bukan soal agama, ini karena berdasarkan suara terbanyak, demokrasi yang membawa seperti itu, bahwa pilihan orang jatuh pada hal yang identik pada dirinya sendiri.”
“Tapi apapun itu, saya berharap kita tidak perlu butuh waktu 70 tahun untuk orang luar Jawa bisa menjadi Presiden di Indonesia, karena kalau kita menghitung 2014 itu artinya 69 tahun kita merdeka,” ujarnya
http://jusufkalla.info/archives/2013...n-jusuf-kalla/
Peluang Calon Presiden Non-Muslim, Din Kutip Kalimat Cak Nur (Nurcholish Majid)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengutip kalimat almarhum Nurcholish Madjid saat ditanya peluang calon presiden non-muslim memenangkan pemilihan presiden Juli mendatang.
"It's culturally impossible to have a non-muslim president in Indonesia (secara kultural Indonesia tidak mungkin memiliki presiden non-muslim)," ujarnya.
Pertanyaan tersebut dilontarkan moderator dalam diskusi "Membaca Arah Politik Islam" yang diadakan Populi Center di Restoran Rarampa, Jakarta Selatan, Sabtu (19/4/2014).
Din bercerita pertanyaan serupa pernah dilontarkan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia pada beberapa cendikiawan muslim Indonesia di awal reformasi.
Dekan Fisip UIN Jakarta Bahtiar Effendy, yang juga menjadi narasumber dalam diskusi ini, mengatakan persoalan ini tidak berkaitan dengan isu primordial sama sekali. "Indonesia baru satu kali memiliki presiden yang berasal dari ormas Islam, yaitu Gus Dur," ujarnya.
Meski demikian, Bahtiar yakin segala kemungkinan bisa terjadi. Ia mencontohkan pada rezim Saddam Husein, Irak sempat memiliki menteri luar negeri non-muslim.
http://www.tribunnews.com/pemilu-201...alimat-cak-nur
Kegamangan PDIP Memasang Luhut Panjaitan untuk Cawapresnya Jokowi, dan Kegagalan Hanura akibat Masuknya Harry Tanoe, Expriment Menarik Untuk Meragukan Kecenderungan Pemilih Muslim di Indonesia?
Quote:
---------------------------
Jangan remehkan suara rakyat mayoritas di negeri muslim terbesar di dunia ini. Jangan anggap remeh jabatan Wapres yang bisa otomatis menggantikan Presiden bila berhalangan tetap. Apa betul-betul siap untuk masa sekarang ini, rakyat Indonesia dan negara NKRI dipimpin Presiden non-muslim?

0
2.7K
39


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan