Catatan Sejarah Para Prajurit Komando
Dalam tulisan ini, saya tidak memiliki niat untuk melakukan Black Campaign atau sejenis kampanye hitam. Sebab saya bukanlah orang internal partai tertentu. Saya hanyalah seorang mahasiswa yang sedang meniti Ilmu di fakultas hukum. Tujuan saya dalam membagikan pengetahuan ini terhadap publik adalah untuk mengurangi fenomena golput dalam Pilpres Mendatang. Sebagaimana kita ketahui pada Pilpres 9 Juli mendatang suatu keunikan dalam negara ini adalah bahwa Kandidat Capres Dan Cawapresnya hanya ada 2 pasangan, Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK. Dari lubuk hati yang terdalam saya mengagumi Rekam Jejak Joko widodo dan dibalik itu saya juga mengagumi karir cemerlang Prabowo dalam bidang Militer.

Seputar saya bercerita, senin 2 Juni 2014 saya menyempatkan diri untuk membaca buku Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Komando Karya Hendro Subroto salah satu Jurnalis terkenal yang telah memulai karier sejak 1964. Dalam buku setebal 522 halaman tersebut terdapat suatu hal yang perlu diketahui oleh publik tentang perjalanan Bapak Capres Prabowo Subianto. Namun dalam hal ini kembali saya katakan bahwa saya tidak melakukan Kampanye Hitam. Saya hanya ingin membantu anda untuk cerdas memilih.
Maret 1983,di mana pada saat itu Luhut Panjaitan dan Prabowo baru menyelesaikan antiteror di GSG-9 selama 22 tahun,di mana pada 13 Minggu pendidikan yang diberikan adalah meliputi Tugas-tugas kepolisian, masalah Hukum , kemampuan menggunakan senjata dan seni bela diri karate. Setelah menyelesaikan pendidikan tersebut ,berdasarkan pengalaman dari Luar Negeri, Luhut Panjaitan mengusulkan pada L.B Moerdiono untuk membentuk satuan Antiteror. Usul tersebut diterima sehingga Detasemen 81/Antiteror dibentuk dengan Pimpinan Umum Mayor Luhut Panjaitan dan wakilnya adalah Calon Presiden sekarang yaitu, Prabowo Subianto dengan pangkat Kapten. Dalam pemilihan anggota Dentasemen 81/antiteror dilakukan berbagai seleksi,.Di mana pada saat itu, anggota Kolonel Sintong panjaitan menjadi anggota terbanyak Detasemen Antiteror tersebut. Anggota detasemen antiteror itu diwajibkan untuk memiliki suatu spesialisasi dalam bidang tertentu.
Masih dalam Maret 1983,jelang sidang MPR. Komandan Detasemen 81 Antiteror,Luhut Panjaitan datang ke kantor. Ia datang seperti biasa. Namun ia dikejutkan oleh Laporan Anak buah,Detasemen 81/antiteror yang sedang siaga. Luhut merasa kebingungan dengan tindakan para prajuritnya. Dan anggota Detasemen 81/Antiteror tersebut mengatakan bahwa hal tersebut atas perintah dari Prabowo Subianto, yang adalah wakil Luhut Sendiri. Sesuai dengan perintah Prabowo,mereka sedang menyusun Rencana Operasi Tertutuo untuk Mengambil dan Mengamankan Letjen L.B Moerdani dan beberapa petinggi ABRI lainnya Termasuk Letjan TNI Sudarmono.
Dengan wajah yang penuh kebingungan, Luhut panjaitan tidak mengerti akan Inspirasi Prabowo untuk Menculik L.B Moerdani dan beberapa petinggi ABRI lainnya. Padahal sebelumnya Prabowo mengatakan Bahwa L.B Moerdani seindah Bintang dan Bulan bahkan Prabowo mengajak Luhut untuk mendukung L.B Moerdani menjabat sebagai Menhankam. “Saya tidak mengerti soal ini. Kok aneh. Ada soal begini,saya sebagai komandan tidak mengetahui” ucap Luhut. Dan setelah itu Ia memberi Perintah Tegas pada anak buahnya untuk tidak melakukan perintah Prabowo dan kembali siaga ke dalam. Dan tidak seorang pun anggota Den 81 yang dapat keluar tanpa Izin Luhut Panjaitan. Malam itu Luhut Panjaitan Tidur di kantor dan segenap Anak Buahnya mematuhi perintahnya untuk tidak melakukan Penculikan terhadap Petinggi ABRI.
Luhut ingin memanggil Prabowo. dan pada saat itu Prabowo langsung menarik Luhut.
“Ada apa,Wo?” tanya Luhut.
“Ini bahaya,bang. Seluruh ruangan kita sudah disadap” Kata Prabowo.
“Pak Benny mau melakukan Coup d’Etat” kata Prabowo.
“Coup d’Etat Apa?” tanya Luhut.
“Pak Benny sudah memasukkan senjata” kata Prabowo.
“Senjata untuk apa?” tanya luhut.
“Ada,bang. Senjata dari anu untuk dibawa ke sini untuk Persiapan Coup D’etat.” Jawab Prabowo.
Memang benar pada saat itu L.B Moerdani memasukkan senjata, tetapi itu untuk disadurkan kepada pejuang Mujahiddin Afganistan dalam melawan Unisoviet. “Jadi,Pak Benny memainkan peranan tersebut. But It is Nothing to do with Coup d’Etat,” tegas Luhut.
“Wo, yang mau melakukan kudeta itu siapa?” tanya luhut penuh penasaran.
“Bang,Radio kita sudah disadap Pak Benny” kata Prabowo untuk meyakinkan Luhut.
“Wo,setiap kali kita datang ke dara(nama sandi Pusat Komunikasi di tebet. Di sana tidak ada satu pun kegiatan yang mencurigakan” Jelas Luhut.
Mendengat Hal itu Prabowo Menjadi Muram.

Dan sesuai Penjelasan Kasi 2/Ops terhadap Luhut. Mereka mengatakan bahwa Detasemen telah diperintahkan untuk mengamankan Presiden Soeharto ke Bugis, di Cijantung. “itu Langkah untuk mengantisipasi Kudeta L.B Moerdani bang” jawab Prabowo.
“Bang,Nasib Negara ini Ditentukan oleh Kapten dan Mayor”. Kata-kata tersebut sangat sulit untuk dilupakan Luhut. Di mana bila dijabarkan, Kapten Prabowo Subianto Akan menjadi Pemeran Utama, dan Mayor Luhut Panjaitan Sebagai Pendukung.
Langkah Luhut selanjutnya setelah tindakan tersebut, adalah menghubungi Kolonel Sintong Panjaitan, Komandan Grup 3/Sandiyudha di Kariango. Dan setelah mendengar penjelasan tersebut, Sintong Panjaitan mengatakan Bahwa Rekayasa Counter Coup d’etat yang dilakukan prabowo tersebut mirip dengan Counter Coup yang dilakukan Letkol Untung,Komandan Batalyon selaku Pelaksana Gerakan Militer G30S/PKI tahun 1965. Di mana pada saat itu Letkol Untung menggunakan Dalih tuduhan Kudeta petinggi ABRI terhadap Presiden Sukarno untuk menculik untuk menculik para petinggi Angkatan Darat. Dan hal ini menjadi suatu pertanyaan Penting mengenai Motif Prabowo dalam melakukan Tindakan tersebut.
Atas Usul Sintong, Maka Luhut Panjaitan dan Prabowo menghadap Brigjen TNI Jasmin. Namun sebelum itu Prabowo mengatakan “Abang Harus hati-hati”. Setelah Luhut mengatakan Bahwa Letjan. L.B Moerdani akan melakukan Kudeta. Brigjen Jasmin tidak Percaya. Dan Pada Saat itu Prabowo Marah-Marah. Setelah mereka berdua keluar, Jasmin kembali memanggil Luhut dan berkata.
“hut, untung kamu ada di sini. Ada apa dengan Prabowo? coba kamu amati sepertinya dia sedang Stres Berat.” Ucap Jasmin. “Pokoknya kamu tahan pasukan kamu” Tegas Jasmin.
“siap,Pak. Itu sudah Pasti.” Ucap Luhut.

Setelah menghadap Jasmin,Luhut dan Prabowo kembali ke Bugis.
“Di Detasemen 81, tidak boleh ada dua matahari. Saya komandan kamu. Kamu wakil. Sekarang kamu mau menggerakkan pasukan. Saya komandan dan saya bertanggung jawab.” Kata Luhut.
Semenjak saat Itu Hubungan Luhut dan Prabowo Menjadi Retak.
Pada saat itu,Luhut menganggap bahwa Prabowo hanya mengalami Stres Berat. Dan Ia memberitahu Ayah Prabowo bahwa ia diliburkan selama 2 minggu.
Dalam percakapan dengan Brigjen Jasmin seputar Tuduhan Kudeta yang dibuat oleh Prabowo tersebut. Sintong Panjaitan menganggap bahwa Prabowo sudah menjadi Lain semenjak ia dekat dengan Suharto. Dalam dialog tersebut, Jasmin Mengatakan Bahwa Rumahnya diintai Prabowo. “Bahkan Prabowo sampai Lompat Pagar” Tambahnya. “Saya Sudah Menderita sejak perjuangan Kemerdekaan 1945 tetapi Prabowo menuduh saya bahwa saya tidak setia terhadap negara dan bangsa. Sambil Menuding-nudingkan telunjuk jarinya ke arah wajah saya. Luhut Juga Di situ. Malahan Luhut yang Menurunkan tangan Prabowo yang menuding ke wajah saya.”
Hal itu membuat jasmin Marah dan Sakit Hati. Sintong sebagai Sahabat Prabowo betul-betul tidak mengerti dengan sahabatnya tersebut. “Apakah Prabowo berani bertindak demikian,seandainya Ia Bukan Menantu Presiden Suharto? Tanya Sintong.
Sesuai dengan Penjelasan Luhut, yang mengatakan bahwa tidak ada tanda-tanda bahwa Letnan Jendral L.B. Moerdani akan melakukan kudeta. Jendral M Jusuf menganggap Kasus tersebut sudah selesai.
Peristiwa terbut menjadi awal Retaknya Hubungan L.B Moerdani dan Prabowo. Padahal Karier Militer Prabowo yang begitu gemilang didukunga Oleh L.B Moerdani. Atas Perintah Moerdanilah Prabowo Dikirim kebeberapa negara untuk memperoleh bekal dan pengalaman mempersiapkan Antiteror. Dan ketika Prabowo mengalami patah kaki Ketika di GSG-9, Luhutlah yang mengusulkan menandatangi agar Prabowo tidak Dipulangkan dan melakukan Operasi kakinya di Jerman.

Seandainya Luhut terlambat datang ke Mako(Markas Komando) Detasemen 81/Antiteror,dapat dipastikan bahwa Penculikan terhadap perwira tinggi ABRI dapat Dipastikan Terjadi. Dan akan berdampak secara Nasional.

Rentetan Cerita di atas merupakan suatu peristiwa yang benar-benar pernah terjadi karena digali dari orang yang benar-benar mengalaminya dan buku tersebut diterbitkan tahun 2009. Rekam Jejak Capres menjadi sebuah pelajaran penting dalam menentukan sebuah pilihan. Joko Widodo juga memiliki sisi negatif namun marilah menggalinya dan melakukan pertimbangan terhadap pilihan kita agar tidak terjadi salah pilih dalam Pilpres masa mendatang.


saya mengagumi kedua Capres tersebut, namun berdasarkan Rekam jejak maka saya juga harus memilih salah satu diantara mereka demi Indonesia Hebat dan Kembalinya Aungan Macan Asia.

Dapat Juga membaca atau Membeli buku Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Komando Karya Hendro Subroto. Terbitan 2009.

Bukan Kampanye Hitam ya