- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Travellers
Detik-detik Mencekam Letusan Gunung Tambora 1815


TS
tourdebima
Detik-detik Mencekam Letusan Gunung Tambora 1815
Spoiler for Detik-detik Mencekam Letusan Gunung Tambora 1815:
Duar!
Dentuman sebuah suara terdengar hingga ribuan kilometer di seantero bumi. Saat itu perang masih berkecamuk. Setiap penguasa di penjuru negeri masih bersiaga menghadapi musuh yang kemungkinan datang menyerang. Sehingga wajar jika suara keras yang cumiakkan telinga itu dikira berasal dari ledakan meriam tanda serangan seteru perang.
Suara keras disertai cuaca yang berubah menjadi gelap, debu dan abu seperti terlontar memenuhi langit-langit sejumlah wilayah. Perkiraan bahwa dentuman itu berasal dari meriam musuh tak pernah terbukti.
Masyarakat di Surabaya, Jakarta, Ternate, Bangka, Bengkulu, hingga Australia mendengar dentuman itu. Hujan abu lebat memenuhi ruang udara di Pulau Madura, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan. Sementara pantai di Bima, Jawa Timur, dan Maluku dihantam tsunami setinggi empat meter.
Masyarakat saat itu tak hanya mendengar bunyi dentuman. Karena letusan yang berasal dari erupsi Gunung Tambora pada April 1815 itu memang telah terdengar berkali-kali hingga mencapai puncaknya pada 10-11 April 1815.
Detik-detik letusan Gunung Tambora dimulai pada 5 April 1815 dengan letusan kecil. Sebagaimana dirangkum Tour de Bima dari buku "Tambora Menyapa Dunia" yang terbit pada Dsember 2014 oleh Museum Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), rententan letusan kembali berlanjut pada 10 April 1815 sekitar jam 7 malam.
Malam itu, letusan semakin kuat, memancarkan tiga lajur api yang kemudian bergabung menjadi satu. Seluruh pegunungan lantas berubah menjadi aliran besar api. Batu apung berdiameter 20 centimeter mulai menghujani wilayah sekitar Tambora pada jam 8 malam, disusul abu yang memenuhi langit-langit Pulau Sumbawa pukul 21.00-22.00.
Keesokan harinya, 11 April 1815, ledakan besar masih terdengar sampai sore hari. Abu menyebar dan tiba di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Hujan besar disertai abu tefrit jatuh, dan baru reda pada 11 April dan 17 April.
Letusan yang mengguncangkan bumi pada 11 April 1815 diketahui berdaya ledak empat kali lebih besar dibanding erupsi Gunung Krakatau tahun 1883. Kedahsyatan letusan Tambora setara 1.000 megaton ledakan trinitrotoluena (TNT) yang mampu melontarkan material sebanyak 150 kilometer kubik dari dalam perut sang gunung.
Menurut hitungan para ahli, tenaga yang diperlukan untuk menghembuskan material sebanyak itu berarti setara dengan kekuatan 171.428,6 kali bom atom yang meluluhlantakan Hiroshima dan Nagasaki di Jepang. Sebagai perbandingan, kedahsyatan letusan Gunung Krakatau 1883 hanya memuntahkan material sebanyak 18 km kubik.
Partikel abu masih berjatuhan pada satu sampai dua pekan setelah letusan, sisa partikel abu lainnya tetap berada di atmosfer bumi selama beberapa bulan, bahkan beberapa tahun kemudian. Ketinggian partikel abu pada atmosfer itu mencapai 10-30 kilometer.
Sementara cerita sejarah tentang letusan Tambora masih menggema hingga kini. Bukti kedahsyatan letusan gunung yang berlokasi di Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, terus digali dan didokumentasikan. Para pendaki telah bersiap menjelajah untuk menyaksikan sendiri sisa erupsi.
Dentuman sebuah suara terdengar hingga ribuan kilometer di seantero bumi. Saat itu perang masih berkecamuk. Setiap penguasa di penjuru negeri masih bersiaga menghadapi musuh yang kemungkinan datang menyerang. Sehingga wajar jika suara keras yang cumiakkan telinga itu dikira berasal dari ledakan meriam tanda serangan seteru perang.
Suara keras disertai cuaca yang berubah menjadi gelap, debu dan abu seperti terlontar memenuhi langit-langit sejumlah wilayah. Perkiraan bahwa dentuman itu berasal dari meriam musuh tak pernah terbukti.
Masyarakat di Surabaya, Jakarta, Ternate, Bangka, Bengkulu, hingga Australia mendengar dentuman itu. Hujan abu lebat memenuhi ruang udara di Pulau Madura, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan. Sementara pantai di Bima, Jawa Timur, dan Maluku dihantam tsunami setinggi empat meter.
Masyarakat saat itu tak hanya mendengar bunyi dentuman. Karena letusan yang berasal dari erupsi Gunung Tambora pada April 1815 itu memang telah terdengar berkali-kali hingga mencapai puncaknya pada 10-11 April 1815.
Detik-detik letusan Gunung Tambora dimulai pada 5 April 1815 dengan letusan kecil. Sebagaimana dirangkum Tour de Bima dari buku "Tambora Menyapa Dunia" yang terbit pada Dsember 2014 oleh Museum Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), rententan letusan kembali berlanjut pada 10 April 1815 sekitar jam 7 malam.
Malam itu, letusan semakin kuat, memancarkan tiga lajur api yang kemudian bergabung menjadi satu. Seluruh pegunungan lantas berubah menjadi aliran besar api. Batu apung berdiameter 20 centimeter mulai menghujani wilayah sekitar Tambora pada jam 8 malam, disusul abu yang memenuhi langit-langit Pulau Sumbawa pukul 21.00-22.00.
Keesokan harinya, 11 April 1815, ledakan besar masih terdengar sampai sore hari. Abu menyebar dan tiba di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Hujan besar disertai abu tefrit jatuh, dan baru reda pada 11 April dan 17 April.
Letusan yang mengguncangkan bumi pada 11 April 1815 diketahui berdaya ledak empat kali lebih besar dibanding erupsi Gunung Krakatau tahun 1883. Kedahsyatan letusan Tambora setara 1.000 megaton ledakan trinitrotoluena (TNT) yang mampu melontarkan material sebanyak 150 kilometer kubik dari dalam perut sang gunung.
Menurut hitungan para ahli, tenaga yang diperlukan untuk menghembuskan material sebanyak itu berarti setara dengan kekuatan 171.428,6 kali bom atom yang meluluhlantakan Hiroshima dan Nagasaki di Jepang. Sebagai perbandingan, kedahsyatan letusan Gunung Krakatau 1883 hanya memuntahkan material sebanyak 18 km kubik.
Partikel abu masih berjatuhan pada satu sampai dua pekan setelah letusan, sisa partikel abu lainnya tetap berada di atmosfer bumi selama beberapa bulan, bahkan beberapa tahun kemudian. Ketinggian partikel abu pada atmosfer itu mencapai 10-30 kilometer.
Sementara cerita sejarah tentang letusan Tambora masih menggema hingga kini. Bukti kedahsyatan letusan gunung yang berlokasi di Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, terus digali dan didokumentasikan. Para pendaki telah bersiap menjelajah untuk menyaksikan sendiri sisa erupsi.
Spoiler for Sumber::
0
2.3K
Kutip
8
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan