- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Surat dari ayah dan ibu


TS
gilangmutahari
Surat dari ayah dan ibu
Spoiler for Klik:


Spoiler for Surat dari ayah dan ibu:
"surat dari ayah dan ibu"
Engkau anakku, kami sangat menyayangimu nak. Air mata kami takkan lagi dapat engkau artikan sebagai sebuah harapan akan kebahagiaanmu kelak. Kini, kami hanya dapat melihat dan menatapmu dari jauh. Kau sudah besar sekarang nak, jadilah orang yang berguna bagi orang lain, anakku.
Saat engkau masih kecil dulu, anakku, kami menyuapkan makanan padamu, kami menggantikan bajumu, kami pula yang membersihkan kotoranmu. Sekarang, engkau telah dewasa, anakku. Engkau telah mampu melakukan semua itu tanpa bantuan ayah dan ibu lagi. Dan sekarang, seiring bertambahnya umurmu, kami tidak lagi sanggup menopang badan ini dengan kaki kami sendiri, nak. Ayah dan ibu tak lagi dapat mencarikan makan untukmu. Kami juga sudah tak mampu menggendongmu seperti dulu. Oleh karna itu, disaat kami sudah tak sanggup lagi menopang tubuh ini, disaat ayah dan ibumu sudah tak lagi mampu berdiri dan berjalan. Jangan engkau hiraukan, nak. Pergilah anakku, besarkan dirimu, jadilah seseorang yang berguna. Jadilah seorang pribadi yang menawan, anakku. Kami, ayah dan ibumu, hanya ingin melihatmu tumbuh menjadi seorang insan yang menawan.
Saat ini engkau telah lebih kuat, kini engkau telah lebih mengerti arti hidup nak. Dunia telah mengajarimu tentang banyak hal. Kecerdasanmu tentu jauh lebih hebat dibanding ketika kami masih membelai-belai hangat kepalamu dulu. Sekalipun mungkin ayah dan ibumu terlalu bodoh untuk memahami apa yang telah engkau dapatkan di dunia ini, jangan pernah malu memiliki kami, nak. Sayangilah kami walaupun tak sebesar kasih sayang yang pernah kami curahkan untukmu. Cintailah ayah dan ibumu ini sekalipun itu tak sebesar cinta yang kami berikan dalam setiap tidurmu. Ceritakan kepada kami apa yang telah engkau lihat diluar sana seolah itu adalah cerita yang jauh lebih hebat dibanding cerita saat pertama kali engkau dapat berjalan dulu.
Anakku yang terkasih, ketika engkau lahir, itu adalah saat dimana pertama kalinya ayah dan ibu mendengar tangis kebahagiaan. Tangisan yang memecahkan heningnya dunia, tangisan yang akan selalu kami rindukan, tangisan yang menciptakan harapan. Tangisan itu adalah tangisanmu, anakku. Saat kami memelukmu untuk pertama kalinya, engkau putih bagaikan kertas. Hanya senyuman beriring air mata bahagia yang dapat kami berikan ketika itu kepadamu. Kami terpaku memandang matamu yang bulat. Ayah dan ibu tersenyum bahagia melihatmu telah hadir di dunia ini, anakku. Ketika itu kami berjanji, nak, janji tentang suatu kebahagiaan yang menentramkan bagimu. Engkau kebahagiaan yang di titip olehNYA pada kami, engkau cahaya yang memberikan kedamaian yang amat sangat kepada kami. Ayah dan ibu sangat menyayangimu, anakku.
Maafkan ayah dan ibu yang dulu pernah memarahimu. Maafkan ayah dan ibu yang dulu pernah memukulmu. Maafkan semua kesalahan yang pernah kami lakukan padamu. Maafkan jika ayah atau ibumu ini tak mampu untuk senantiasa memenuhi permintaanmu. Itu semua kami lakukan hanya karna demi kebaikanmu, anakku.
Kini, hanya engkau yang kami miliki, engkau adalah harapan ayah dan ibu. Dalam kedewasaanmu, anakku, kami tak lagi dapat memarahimu, kami tak lagi dapat memukulmu, kami tak lagi dapat memberikan nasihat yang bijak padamu. Ayah dan ibu tidak akan pernah menuntutmu untuk memberikan sebuah tempat tidur yang nyaman. Kami tidak akan meminta tempat bernaung padamu, anakku, karena ketika engkau telah berbahagia, ketika engkau telah merasakan ketentraman, maka itulah kebahagiaan hakiki yang juga akan kami rasakan, itulah ketentraman yang amat menenangkan bagi kami. Engkau tak perlu khawatir mengapa kami harus menangis, engkau tak perlu cemas melihat buruknya keadaan kami. Berbahagialah anakku, berbahagialah! Engkau pantas untuk mendapatkan itu.
Anakku yang tersayang, jika nanti ayah dan ibu meninggalkan dunia ini, mohon jangan engkau menangis, nak. Lepaskanlah kami dengan hati yang ikhlas. Tersenyumlah, anakku, senyummu menenangkan kami. Tersenyumlah seperti yang pernah engkau berikan ketika engkau dilahirkan dulu. Jangan lupakan ayah dan ibu. Ingatlah nasihat yang selalu kami berikan kepadamu ketika kami memarahimu dulu. Kelak, ketika ayah dan ibu takkan pernah dapat melihatmu lagi, ketika ayah dan ibu tak bisa mengawasimu lagi, ketika ayah dan ibu sudah tak bisa memegang tanganmu lagi, ketika ayah dan ibu juga tak dapat mencium keningmu lagi, jagalah dirimu sebaik mungkin, anakku. Engkau anak ayah dan ibu, harus senantiasa tersenyum dalam kebahagiaan yang menentramkan.
Jika engkau mempunyai waktu, datanglah ke pemakaman tempat ayah dan ibu tertidur untuk terakhir kalinya. Siramilah kami, berdo'alah untuk kami, anakku. Sekali lagi, maafkan semua kesalahan yang pernah ayah dan ibu lakukan padamu, maafkan kami, nak, maafkan. Kami bangga mempunyai anak sepertimu. Semua kesalahan yang pernah engkau lakukan pada ayah dan ibu telah lama kami maafkan. Selamat tinggal anakku. Engkau anak ayah dan ibu, kami menyayangimu nak, kami menyayangimu.
dari ayah dan ibumu
Spoiler for Cendol gan:
Kalau tulisannya bagus, minta cendol gan.

1
2.4K
Kutip
22
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan