Sebenarnya mau nulis thread ini agak ragu, soalnya banyak sepuh di mari, sedangkan saya newbie

. Jadi minta izin dulu ya
Sudah hampir 5 tahun ini saya tidak kerja kantoran lagi, dan belakangan ini sumber penghasilan saya hanya dari passive income dan semi-passive income, berbentuk semacam aplikasi dan service (sejenis API).
Sederhananya, saya hanya bengong di rumah atau sedikit aktifitas, tapi uang tetap masuk. Ada beberapa rekan di kaskus yang tanya, bagaimana caranya bisa seperti itu? Silakan baca kisah panjang saya berikut ini.
Perlu diketahui, yang akan saya tuliskan di sini adalah cara mendapatkan passive income dengan ilmu. Karena saya programmer, maka ilmunya adalah dari sisi programmer, walau sebenarnya bisa diterapkan di hampir berbagai bidang lainnya.
Jadi jangan harap saya akan mengajak mendapatkan passive income dengan menjadi referral saya, atau hal semacam itu. Saya hanya berbagi cerita, yang selanjutnya mungkin bisa menjadi salah satu referensi.
Quote:
Apa tujuan kita sekolah?
Untuk apa sih kita sekolah? Biasanya orang bilang: “Untuk mendapatkan pekerjaan yang bagus” “Supaya bisa jadi atasan” dan hal-hal sejenisnya.
Sekarang kita runut dari awal kita sekolah.
Untuk pendidikan dasar, kita memerlukan setidaknya 12 tahun (SD, SMP, SMA). Itu kalau tidak tinggal kelas. Memang, ada beberapa siswa yang bisa lebih cepat lulus, misalnya SD selama 5 tahun, SMP selama 2 tahun, dan SMA selama 2 tahun, tetapi tidak banyak. Ada kenalan saya yang seperti itu, dia bahkan bisa masuk jurusan favorit di ITB tanpa tes, dan selama kuliah dibiayai bahkan diberikan uang saku, kalau tidak salah Rp 700.000/bulan. Tapi itu kasus khusus. Biasanya orang sekolah selama 12 tahun.
Itu baru pendidikan dasar. Belum lagi kuliah. Entah mau D1, D2, bahkan sampai S3. Berapa tahun? OK, katakanlah ambil yang wajar, yaitu S1. S1 normalnya adalah 4 tahun. Berarti untuk sekolah saja (belum dapet duit nih), perlu waktu setidaknya 16 tahun.
* Waktu saya SD dulu, dari kelas 1 s/d 3, masuk dari pukul 7:00 s/d 9:30, berarti 2,5 jam.
* Lalu kelas 4 s/d 6 SD dan SMP, dari pukul 7:00 s/d 12:00, berarti 5 jam. Bahkan di kelas 3, ada tambahan waktu belajar supaya bisa masuk SMU negeri.
* Sewaktu SMU, dari pukul 7:00 s/d 14:00, berarti 7 jam. Belum lagi sewaktu kelas 3, ada pendalaman materi, supaya bisa masuk Perguruan Tinggi Negeri.
* Sewaktu kuliah, saya dapat di negeri, tetapi bukan S1, melainkan D3 Politeknik. Waktu belajarnya 7:00 s/d 15:00, berarti 8 jam. Ya, waktu kuliah di Politeknik memang seperti SMU, fix/tetap dan di kelas yang sama. Berbeda dengan kuliah biasa yang bisa memilih jadwal dan waktu sesuai yang diinginkan. Tetapi enaknya pas kuliah, waktu belajarnya bisa dipercepat, jadinya seringkali bisa pulang kuliah pukul 12:00. Tapi jaraknya ke rumah itu lho, 30 km. Paling cepat untuk pergi 1 jam, pulang 1 jam. Kalau lambat, ya bisa lebih lama.
* Tetapi sayangnya, walaupun negeri, ternyata lapangan pekerjaan di Indonesia memang hampir menyamakan D3 dengan SMU, sehingga saya harus meneruskan S1, yang untungnya bisa masuk di perguruan tinggi yang sama, hanya beda gedung. Enaknya, karena extension, kuliah hanya malam, ya paling lama kuliah 4 jam, Tapi seperti saya tulis di atas, pergi-pulang minimal 2 jam, belum lagi kalau macet.
* Dan yang paling parah, sewaktu kerja kantoran, biasanya adalah pukul 08:00 s/d 17:00, 9 jam. Ini belum termasuk lembur, kalau ada.
Perhatikan cerita saya di atas, terutama masalah WAKTU. Makin lama kita sekolah, bahkan setelah kerja, waktu yang kita gunakan untuk nyari duit bukannya makin sedikit, tetapi makin banyak. Memang, di antara waktu-waktu itu ada jam istirahat yang ikut saya hitung, yang katakanlah sekitar 1 jam. Karena saya menganggap waktu 1 jam itu juga sebagai kerja. Kalau kita mau tidur di waktu 1 jam itu, tentu kualitas tidurnya beda dengan di rumah. Kita bukan mesin, yang kalau istirahat langsung tekan tombol power, langsung mati (tidur). Belum lagi, kadang susah mendapatkan tempat kerja yang dekat. Misalnya pergi-pulang 2 jam. Total kerja 11 jam.
Makin tinggi jabatan, makin besar pula tanggung jawab, dan biasanya makin lama pula jam kerja. Sering terlihat bahwa bos-bos itu masuk kantor pukul 7 pagi, dan pulang pukul 10 malam. Ya…memang sih ada omongan orang yang memuji “Wih, Bapak A berdedikasi lho, bawahannya belum pada datang, dia sudah datang. Bawahannya pulang semua, baru deh dia pulang.” Tapi saya sih ngga mau seperti itu, ngapain juga? Kalau ada yang berharap disanjung seperti itu, silakan. Tapi saya sih lebih mementingkan hal lain daripada harus kerja terus menerus seperti itu.
Akibatnya, walau gaji makin naik, tetapi kita tidak sempat menikmati gaji yang sudah kita peroleh. Yang menikmati justru orang lain. Entah anak, istri, suami, atau orang lain. Di sini saya tidak mengatakan tidak boleh memberikan nafkah kepada keluarga atau orang lain, tetapi pikirkan diri sendiri juga deh.
Libur hanya Sabtu-Minggu, kadang hanya dipakai untuk tidur. Selama saya kerja, jatah cuti biasanya hanya dapat 20 hari per tahun, itu pun hanya satu kantor yang ngasih jatah segitu, biasanya 12 hari/tahun (artinya sebulan hanya dapat jatah cuti 1 hari). Jadi, dengan semakin lama kita sekolah, bukannya setelah sekolah bisa menikmati, tetapi malah semakin capek.
Waktu kecil, saya juga mendapatkan doktrin itu: “Sekolah untuk mendapatkan pekerjaan bagus”. Tapi dari kecil, saya sudah berpikir, bagaimana caranya saya bisa dapat duit, tetapi tidak harus kerja kantoran yang harus berpakaian rapi? Atau setidaknya waktunya bisa lebih sedikit dari waktu sekolah. Ya..kalau sekolah dulu katakan 6 jam, setidaknya cukup kerja 4 jam sehari bolehlah.
Dan, itulah yang saya dapat sekarang. Jam kerja saya saat ini bisa dibilang maksimal hanya 4 jam sehari. Bahkan sebenarnya kalau mau, juga bisa sekitar 1-2 jam beres.
Saya tidak mengatakan bahwa Anda tidak boleh menjadi pekerja. Itu pilihan Anda, dan yang saya lakukan saat ini adalah pilihan saya. Sebelum sampai pada titik ini pun, saya juga sempat bekerja sebagai karyawan selama beberapa tahun.
Apa itu Passive Income?
Sebelum lanjut, saya rasa perlu mendefinisikan tentang jenis pemasukan. Menurut saya, secara garis besar ada dua atau tiga jenis pemasukan (income), yaitu:
1. Active income, yaitu pemasukan yang didapat jika kita bekerja. Makin besar usaha kita, (biasanya) makin besar pula hasil yang kita dapat. Contoh mudahnya adalah pekerja kantoran.
2. Semi-passive income, berada di antara keduanya. Usaha ada, tapi ngga berat-berat amat. Contoh mudahnya mungkin bisnis online. Sistem sudah dibuat, tetapi untuk pengecekan uang transfer dan pengiriman masih dikelola oleh kita.
3. Passive income, yaitu di mana kita bisa dikatakan tidak perlu bekerja, tetapi uang tetap masuk.
Ada juga yang hanya membagi dua, di mana semi-passive income tidak ada. Sah-sah saja, karena setahu saya memang tidak ada definisi baku tentang pembagian seperti di atas.
Tetapi yang pasti, jika ditilik dari definisi di atas, pendapatan saya saat ini bisa dibilang tidak ada sama sekali yang dari nomor 1. Semuanya passive income atau setidaknya semi-passive income. Kadang-kadang saya selipkan juga pekerjaan active-income, semata-mata karena senang mengerjakannya.
Saya tidak perlu ke kantor, saya bisa pergi ke mana saja kapan saja, saya bisa nonton film seri dari mulai sampai tamat (kebetulan, saya baru saja nonton film Heroes Season 1-4, dan sekarang sedang mulai nonton Prison Break). Saya memang masih bekerja, tetapi bisa saya atur waktunya kapan, dan bisa dikerjakan dari mana saja.
Sumber