- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
LANGKAH BARU INDONESIA MENUJU MASA DEPAN LEBIH BAIK


TS
p780hemm
LANGKAH BARU INDONESIA MENUJU MASA DEPAN LEBIH BAIK
Babak kepemimpinan baru sudah dimulai sejak terpilihnya Jokowi sebagai Presiden Indonesia. Semua orang harus bersatu setelah sekian lama terpecah, terkotak-kotak antara pendukung Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK. Suasana kondusif tentu menjadi harapan masyarakat sejak suhu politik yang memuncak selama masa-masa kampanye hingga selesainya proses pemilu.
Setelah pelantikan usai, maka hal yang paling dinantikan seluruh rakyat Indonesia adalah langkah-langkah kongkrit Jokowi dalam merealisasikan janji-janji kampanyenya. Langkah cepat, dan kemampuan Jokowi untuk mewujudkan harapan publik inilah yang menjadi pertaruhan bagi pemerintahan Jokowi kedepan. Jokowi disimbolisasi sebagai pemimpin yang mampu menyelesaikan persoalan yang ada. Sangat wajar seluruh aktifitas Jokowi akan menjadi sorotan publik untuk memenuhi janji politiknya.
Diantara janji Jokowi yang paling ditunggu adalah, pertama, agenda pemberantasan kemiskinan dengan memberikan subsidi 1 juta setiap bulan kepada keluarga pra sejahtera sepanjang pertumbuhan ekonomi mencapai 7 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sampai pada Maret 2014, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,28 juta orang atau sekitar 11,25 persen. Koefisien Gini mengukur ketimpangan konsumsi meningkat dari 0,30 pada tahun 2000 menjadi 0,41 pada 2013.
Dalam konteks politik Indonesia, Jokowi adalah fenomena baru. Setidaknya dapat dilihat dari: pertama, Jokowi adalah presiden pertama Indoensia yang tidak tercatat sebagai ketua atau pimpinan partai politik (pengecualian pada pengangkatan B.J Habibie). Sejak presiden pertama Soekarno, Soeharto, Gus Dur, Megawati, hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mereka adalah pendiri sekaligus pemimpin besar partai politik. Mereka lahir melalui kekuatan-kekuatan politik yang dibangun sedari awal. Sedangkan Jokowi hanyalah kader biasa yang karier politiknya dimulai sejak menjadi wali kota Solo.
Kedua, Jokowi adalah presiden (baca: pemimpin) yang mampu merobohkan citra dan kharisme pemimpin pada raja-raja Jawa yang berkarakter harus tinggi, besar, gagah, kharismatik, ditakuti, suaranya berdengung, dan berjalan tegap. Jokowi justru tampil dengan gaya ndeso, kecapakan komunikasi dibawah standar, diksinya minim kecakapan bahasa, gesturnya kaku, retorikanya sangat tidak menarik, bahkan membosankan. Singkatnya, Jokowi memberikan antitesa dari seluruh pencitraan sosok kepemimpinan yang pernah ada di Republik ini.
Tantangan politik Jokowi kedepan sesungguhnya adalah kemampuan dan kecepatannya dalam memenuhi harapan publik yang besar kepada dirinya. Apabila langkah Jokowi justru berbanding terbalik dengan harapan publik, maka seluruh ekspektasi publik akan berbalik menjadi kekecewaan dan “sakit hati” kepada Jokowi. Sebagaimana yang sering disebutkan Jokowi, ia sangat bergantung pada dukungan rakyat, karena itu ia harus mampu menjawab semua harapan rakyat itu sendiri. Semoga langkah-langkah yang diambil Jokowi sebagai Presiden terpilih dapat membawa Indonesia menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
By Winda Rachelina
Setelah pelantikan usai, maka hal yang paling dinantikan seluruh rakyat Indonesia adalah langkah-langkah kongkrit Jokowi dalam merealisasikan janji-janji kampanyenya. Langkah cepat, dan kemampuan Jokowi untuk mewujudkan harapan publik inilah yang menjadi pertaruhan bagi pemerintahan Jokowi kedepan. Jokowi disimbolisasi sebagai pemimpin yang mampu menyelesaikan persoalan yang ada. Sangat wajar seluruh aktifitas Jokowi akan menjadi sorotan publik untuk memenuhi janji politiknya.
Diantara janji Jokowi yang paling ditunggu adalah, pertama, agenda pemberantasan kemiskinan dengan memberikan subsidi 1 juta setiap bulan kepada keluarga pra sejahtera sepanjang pertumbuhan ekonomi mencapai 7 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sampai pada Maret 2014, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,28 juta orang atau sekitar 11,25 persen. Koefisien Gini mengukur ketimpangan konsumsi meningkat dari 0,30 pada tahun 2000 menjadi 0,41 pada 2013.
Dalam konteks politik Indonesia, Jokowi adalah fenomena baru. Setidaknya dapat dilihat dari: pertama, Jokowi adalah presiden pertama Indoensia yang tidak tercatat sebagai ketua atau pimpinan partai politik (pengecualian pada pengangkatan B.J Habibie). Sejak presiden pertama Soekarno, Soeharto, Gus Dur, Megawati, hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mereka adalah pendiri sekaligus pemimpin besar partai politik. Mereka lahir melalui kekuatan-kekuatan politik yang dibangun sedari awal. Sedangkan Jokowi hanyalah kader biasa yang karier politiknya dimulai sejak menjadi wali kota Solo.
Kedua, Jokowi adalah presiden (baca: pemimpin) yang mampu merobohkan citra dan kharisme pemimpin pada raja-raja Jawa yang berkarakter harus tinggi, besar, gagah, kharismatik, ditakuti, suaranya berdengung, dan berjalan tegap. Jokowi justru tampil dengan gaya ndeso, kecapakan komunikasi dibawah standar, diksinya minim kecakapan bahasa, gesturnya kaku, retorikanya sangat tidak menarik, bahkan membosankan. Singkatnya, Jokowi memberikan antitesa dari seluruh pencitraan sosok kepemimpinan yang pernah ada di Republik ini.
Tantangan politik Jokowi kedepan sesungguhnya adalah kemampuan dan kecepatannya dalam memenuhi harapan publik yang besar kepada dirinya. Apabila langkah Jokowi justru berbanding terbalik dengan harapan publik, maka seluruh ekspektasi publik akan berbalik menjadi kekecewaan dan “sakit hati” kepada Jokowi. Sebagaimana yang sering disebutkan Jokowi, ia sangat bergantung pada dukungan rakyat, karena itu ia harus mampu menjawab semua harapan rakyat itu sendiri. Semoga langkah-langkah yang diambil Jokowi sebagai Presiden terpilih dapat membawa Indonesia menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
By Winda Rachelina
0
1.1K
9


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan