- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pasca Perusakan Pos, Polisi Dilaporkan karena Cekik Nenek dan Pukul Tukang Ojek
TS
jangkrik.19
Pasca Perusakan Pos, Polisi Dilaporkan karena Cekik Nenek dan Pukul Tukang Ojek
Quote:
KEFAMENANU, KOMPAS.com - Pasca perusakan Pos Polisi Lalulintas (Polantas) Tulip, oleh ratusan warga Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (20/3/2015) siang, membuat aparat Kepolisian Resor TTU turun ke lokasi. Polisi malah melakukan kekerasan dengan memukul dan menganiaya sejumlah warga.
Bahkan salah seorang nenek, Maharim Radjab Mae (50) warga Fatuteke, Kelurahan Kefamenanu Selatan, dicekik oleh seorang anggota polisi. Baju Maharim ditarik oleh belasan polisi lainnya karena berdiri di dekat lokasi kejadian.
Bukan hanya itu saja, Roby Kenjam, tukang ojek asal Kelurahan Bitefa, Kecamatan Miomafo Timur, dipukul, ditendang dan dihantam pakai senjata api oleh sejumlah polisi. Padahal Roby hanya duduk di depan toko onderdil motor, persis di samping pos Polantas Tulip.
Setelah dianiaya, Roby kemudian digotong dan dibuang hingga melewati pagar dan terjatuh dalam selokan. Akibatnya, Roby mengalami luka yang cukup parah, hingga akhirnya dilarikan ke Rumah Sakit Umum daerah (RSUD) Kefamenanu untuk menjalani perawatan medis.
Maharim Radjab Mae mengatakan, kejadian itu bermula ketika dirinya hendak ke toko untuk membeli keperluan rumah tangga. Dia melintas dekat pos Polantas Tulip. Pada saat itu banyak warga yang tumpah ruah di dekat pos tersebut, sehingga dia pun menanyakan kejadian itu kepada warga lain.
“Saya tanya ke salah seorang warga, ada apa kok ramai sekali. Begitu saya dikasih tahu bahwa ada orang yang meninggal, saya pun dengan spontan kaget dan langsung maki. Saat itu ada seorang polisi datang mendekat dan hendak memukul saya, sehingga saya pun bertengkar dengan dia (polisi). Begitu saya maju mau berkelahi dengan dia, datanglah polisi lainnya dan ada seorang yang langsung cekik saya hingga susah bernafas, ada yang tarik baju, dan ada yang pukul tapi tidak kena karena dihalangi oleh warga,” kata Maharim kepada Kompas.com, Jumat (20/3/2015) malam.
Maharim mengaku bahwa kedua tangannya dipegang erat dan bajunya ditarik. Sehingga, dia hanya meronta dan berusaha melepaskan diri meski tetap tidak bisa. Beruntung salah seorang polisi, Bripka Yos Gari, datang dan meminta polisi yang menyekap Maharim untuk melepasnya. Maharim pun diantar pulang ke rumahnya.
”Malam ini juga saya bersama keluarga dan LSM akan melapor kejadian ini ke Polres TTU,” kata Maharim.
Sementara itu Roby Kenjam mengatakan, dia dihajar oleh segerombolan polisi ketika tengah memarkir sepeda motornya. Saat itu dia duduk di depan toko onderdil motor sambil melihat warga yang menumpuk di lokasi perusakan Pos Polantas Tulip.
“Saya dari Pasar Lama mau antar penumpang ke terminal. Sampai di depan toko onderdil motor di samping toko Victory, di situ sudah berkumpul dan menumpuk kendaraan dan warga, sehingga saya tidak bisa lewat. Saya lalu katakan ke penumpang untuk turun di sini saja karena tidak bisa lewat. Setelah itu saya parkir motor dan duduk di depan toko onderdil motor,” kata Roby.
“Ketika saya sementara duduk, datanglah segerombolan polisi, tanpa banyak bicara langsung pukul di kepala, pundak dan tendang di sekujur tubuh. Bahkan ada yang pukul pakai senjata api. Setelah itu saya digotong dan dibuang lewati pagar toko onderdil hingga jatuh di selokan. Tak puas, sebagian polisi datang dan pukul saya lagi. Untung ada polisi senior yang datang dan selamatkan saya lalu saya dibawa ke Unit Gawat Dadurat RSUD Kefamenanu,” tutur Roby.
Direktur Lembaga Antikekerasan Masyarakat Sipil (Lakmas) Cendana Wangi NTT, Viktor Manbait, yang terus mendampingi kedua korban, mengatakan bahwa Lakmas bersama keluarga Roby Kenjam sudah mendatangi markas Polres TTU untuk melapor kejadian penganiayaan itu.
“Tadi sore bersama keluarga Roby Kenjam, kita sudah laporkan ke markas Polres TTU dan malam ini. Kita juga bersama korban lainnya Maharim Radjab Mae datang lagi ke Polres TTU untuk lapor kejadian tadi siang. Kita perkirakan korban akibat kebrutalan polisi tadi, sekitar 20 orang lebih,” ujar Viktor.
Menurut Viktor, polisi berlebihan dan menggunakan kewenangan secara berlebihan. Kapolres TTU dituding sebagai pihak paling bertanggung jawab atas tindakan brutal polisi dalam mengamankan situasi.
“Apapun alasannya, tindakan brutal polisi dengan cara memukul dan menghajar warga sipil yang tidak tahu menahu, bahkan dipopor dengan menggunakan senjata dan dibuang melewati pagar hingga terjerembab ke dalam got adalah perbuatan keji. Apalagi seorang nenek dicekik dan diperlakukan dengan cara tidak manusiawi,” ucap Viktor.
Karena itu dirinya meminta kepada Kepala Polda NTT untuk turun tangan dan mendisiplinkan anggota Polres TTU yang bertindak brutal. Apa yang telah dilakukan anggota Polres TTU, kata Viktor, sudah menjerumus pada pelanggaran hak asasi manusia.
Kompas.com sudah berusaha menghubungi Kepala Sub bagian Hubungan Masyarakat Polres TTU, Ipda I Ketut Suta melalui telepon seluler. Tapi hingga kini belum ada tanggapan, juga balasan pesan singkat yang dikirim.
Pos polisi dirusak
Kejadian ini bermula ketika satuan lalu lintas Kepolisian Resor TTU menggelar operasi tilang di Jalan Sisingamangaraja. Saat itu, salah satu pengendara sepeda motor yang diketahui bernama Martinus Elu (30), warga Desa Kiusili, Kecamatan Bikomi Selatan, melintas dan dipukul oleh salah seorang anggota polisi lalu lintas yang sedang melaksanakan tilang.
Massa yang tidak terima kemudian menyerbu dan merusak Pos Polantas Tulip di Jalan Basuki Rachmad, Kelurahan Benpasi, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT). (Baca: Polisi Pukul Tukang Ojek, Warga Balas Hancurkan Pos Polisi)
Tapi polisi membantah memukul Martinus. Menurut polisi, Martinus terluka karena jatuh dari motor. (Baca: Kasus Pos Polisi Dirusak Massa, Polisi Bantah Pukuli Tukang Ojek)
"Kapolres TTU mengimbau seluruh masyarakat untuk tidak terprovokasi oleh informasi yang tidak benar. Kapolres juga meminta untuk menindak tegas warga yang melakukan tindakan brutal itu," kata Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat Polres TTU Ipda I Ketut Suta kepada Kompas.com, Jumat.
Sumur
weeww.. klo gini sih masalahnya wajar2 aja warganya marah..
Diubah oleh jangkrik.19 20-03-2015 16:50
0
3.2K
Kutip
34
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan