- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Korban Serangan di Tunisia Terus Bertambah


TS
keren.banget.
Korban Serangan di Tunisia Terus Bertambah

Polisi berjaga-jaga di depan Museum Bardo. (Foto: Reuters)
TUNIS, KAMIS — Korban serangan teror di Museum Nasional Bardo, Tunis, Tunisia, terus bertambah. Korban tewas menjadi 22 orang, termasuk 17 turis asing dari tujuh negara. Hingga Rabu malam WIB, korban yang berhasil diidentifikasi 19 orang.
Televisi Pemerintah Tunisia melaporkan, ke-22 korban tewas itu termasuk dua pria bersenjata yang melakukan penyerangan. Insiden itu merupakan serangan terburuk kepada turis asing di Afrika Utara dalam lebih dari satu dekade terakhir.
Saksi mata warga Spanyol, Josep Lluis Cusido, yang juga Wali Kota Vallmoll-kota kecil di Spanyol-menuturkan kepada Radio Spanyol, Cadena Ser, dirinya menghabiskan waktu sekitar tiga jam bersembunyi di dalam museum tersebut.
"Kami melihat segerombolan orang keluar dari sebuah kendaraan. Mereka mulai menembaki siapa pun yang berjalan di plaza museum saat itu," kata Cusido yang mengaku bersembunyi di balik pilar museum. "Saat mereka masuk stasiun, saya melihat wajah mereka. Mereka sekitar 10 meter dari saya, menembaki apa saja yang bergerak."
Sejumlah negara dan Dewan Keamanan (DK) PBB mengecam keras serangan tersebut. Selain menyampaikan dukacita bagi korban, Pemerintah Tunisia, dan negara yang kehilangan warganya, DK PBB juga menekankan pentingnya menyeret pelaku, perancang, donatur, dan sponsor serangan itu ke pengadilan.
00:00:00
KOMPASTVSekelompok pria berseragam militer dan bersenjata menembaki para turis yang keluar dari bus, di luar Museum Nasional Tunisia. Puluhan orang pengunjung museum tewas akibat penembakan ini. KOMPASTV
Presiden Tunisia Beij Caid Essebsi berjanji melancarkan "perang tanpa ampun melawan terorisme". "Saya ingin rakyat Tunisia memahami bahwa kita sedang berperang melawan terorisme dan kelompok minoritas yang kejam itu tidak membuat kita takut," kata Essebsi saat menjenguk para korban luka-luka yang dirawat di sebuah rumah sakit di Tunis.
"Kita akan melawan mereka tanpa ampun hingga napas terakhir kita," ujarnya.
Pada Rabu (18/3) kemarin, di tengah hari waktu setempat, pria bersenjata dalam balutan pakaian militer melepaskan tembakan membabi buta ke arah para turis yang baru turun dari bus dan masuk Museum Nasional Bardo, Tunis. Selain menewaskan 17 turis dari tujuh negara, serangan itu juga melukai sedikitnya 44 orang lain.
Perdana Menteri Tunisia Habib Essid mengatakan, turis asing yang tewas dalam serangan tersebut berasal dari Jepang (5 orang), Italia (4), Kolombia (2), Australia (1), Perancis (1), Polandia (1), dan Spanyol (1). Status kewarganegaraan korban tewas ke-16 belum diketahui.
Data simpang siur
Jumlah korban tewas sebenarnya masih simpang siur. Beberapa negara menyampaikan data berbeda terkait dengan jumlah korban warga negara mereka. Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga, misalnya, menyampaikan, jumlah warganya yang tewas bukan lima orang, tetapi tiga orang plus tiga orang luka-luka.
Presiden Perancis Francois Hollande mengatakan, dua warganya tewas dan sedikitnya tujuh warga Perancis lain luka-luka, satu orang di antaranya dalam kondisi kritis. Kementerian Luar Negeri Italia menyatakan, tiga warganya tewas dan enam lain luka-luka.
Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Garcia-Margallo menyebutkan, dua warganya tewas, tanpa menyinggung apakah ada warganya yang luka-luka. Ia menambahkan, warganya yang menjadi korban adalah anggota rombongan turis yang turun dari dua kapal pesiar yang tengah mengunjungi Tunis.
Di salah satu kapal pesiar, kata Garcia-Margallo, terdapat 60 warga Spanyol dan 30 warga Spanyol di satu kapal lain. "Saya tidak menutup kemungkinan bakal ada tambahan korban tewas atau luka-luka," katanya dalam jumpa pers.
Manajemen kapal pesiar "Costa Fascinosa" asal Italia yang bersandar di Tunis mengatakan, sebanyak 14 penumpangnya belum kembali ke kapal selepas serangan tersebut.
Di Polandia, Ketua Majelis Rendah Parlemen Sikorski mengatakan, "Kemungkinan besar tujuh warga Polandia tewas." Kementerian Luar Negeri Polandia hanya mengonfirmasi 11 warganya luka-luka.
Presiden Kolombia Juan Manuel Santos memastikan, dua warganya-yakni seorang ibu dan anaknya-ikut tewas. Kementerian Luar Negeri Inggris menyebutkan, dua warganya terperangkap dalam serangan itu, tetapi tidak menjelaskan apakah keduanya mengalami luka-luka.
Hingga Kamis siang WIB belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan berdarah itu. Pakar terorisme Rita Katz dari SITE Intelligence Group yang memantau laman kelompok-kelompok ekstrem dan jihadis serta pernyataan-pernyataan mereka mengungkapkan, milisi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) menyampaikan kegembiraan atas teror itu.
Sejak revolusi tahun 2011 yang menumbangkan diktator Zine El Abidine Ben Ali, Tunisia mengalami peningkatan terorisme dan kelompok radikal. Puluhan polisi dan militer tewas atau terluka dalam serangan-serangan yang dikaitkan dengan kelompok-kelompok militan.
Pasukan Pemerintah Tunisia juga gencar melancarkan serangan kepada kelompok jihadis, yang terkait dengan kelompok Al Qaeda di Magrib Islam (AQIM) sejak 2012. Namun, serangan udara dan darat itu belum mampu membasmi mereka.
Tunisia berjuang melawan radikalisasi anak-anak muda Muslim. Otoritas negeri itu mengatakan, 3.000 warga Tunisia telah pergi ke Irak, Suriah, dan negara tetangga Libya untuk bertempur bersama kelompok-kelompok jihadis, termasuk NIIS. Sekitar 500 orang di antara mereka diyakini pulang kembali ke Tunisia.
http://print.kompas.com/baca/2015/03...erus-Bertambah
Pariwisata tunisia terancam nih, kasian
0
1.2K
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan