Meski dianggap ketinggalan zaman dan tidak seperti masa kejayaannya pada dekade 80an – 90an. Namun, bagi sebagian kalangan masyarakat, telepon umum masih menjadi primadona. Pasalnya, selain membantu saat pulsa telepon genggam habis, biaya murah juga dinilai sebagai salah satu alasan untuk tetap bisa menelpon.

"Cukup sama recehan aja bisa nelpon, cuma sayang jangkauanya hanya lokal (Jakarta)," kata Mumuh (28), pengguna telepon umum di depan Mapolsek Kalideres, Jakarta Barat kepada reporter Infonitas.com, Rabu (18/3/2015).

Lanjut Mumuh, di tengah perkembangan teknologi dan indsutri telekomunikasi, pemerintah seharusnya bisa mempertahankan dan melestarikan alat komunikasi umum yang sempat digandrungi warga tersebut. Sebab kata dia, masyarakat tetap membutuhkan fasilitas umum itu sebagai sarana berkomunikasi dengan biaya murah, meriah dan saat ada keadaan darurat.

Sementara itu, Raden Ayi (27), salah satu petugas teknik yang biasa melakukan pengecekan di sejumlah telepon umum di kawasan Kalideres-Cengkareng mengaku, saat ini, kondisi fasilitas sosial yang mengalami kelangkaan itu jarang memiliki pengguna tetap.

"Paling cuma penumpang atau pengendara yang kehabisan pulsa, soalnya sekarang serba moderenkan. Setiap orang pasti punya HP, terbukti dari setiap telepon umum yang saya bongkar paling isinya cuma 30 ribu uang koinan dalam sebulan, uangnya saya setor ke kantor (Telkom)," ungkap Raden.

Adapun saat Infonitas melakukan pengecekan, kondisi Telepon umum di kawasan Kalideres tersebut masih berfungsi dengan baik, meski tampak luar dan tampak dalam kondisinya cukup memprihatinkan. Selain kaca ruangan yang kotor, alumunium keempat siku-suku pun sudah berkarat.

Sumber: Infonitas.com

agan n sista masih ada yg gunain ga yah

perbedaan antri dulu dan sekarang



VS