- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Orang Rimba Meninggal Kelaparan, Pak Jokowi Kemana?


TS
hooliganjakarta
Orang Rimba Meninggal Kelaparan, Pak Jokowi Kemana?
Quote:
Quote:
Quote:



Quote:
Selamat datang dan selamat membaca agan-agan dan aganwati sekalian, semoga thread sederhana ini bisa berguna dan juga bermanfaat bagi para kaskuser dan pembaca lainnya.Thread -thread yang saya buat ini dibuat untuk memberikan informasi, sharing ataupun diskusi bersama. Mohon maaf bila ada kesalahan TS maupaun hal yang tidak berkenan baik sengaja ataupun tidak sengaja.





Quote:

Quote:
Quote:
Rimanews- Belasan orang suku anak dalam (orang rimba) meninggal karena kelaparan. Kelangsungan hidup masyarakat yang mendiami Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) Jambi ini kini terancam punah. Kemana andil negara untuk mereka?
Fasilator Kesehatan KKI WARSI, Yomi, menjelaskan kematian "orang rimba" secara beruntun itu diduga akibat mereka kesulitan mendapatkan pangan yang layak dan air bersih.
Kematian beruntun itu menyerang tiga kelompok orang rimba di bagian timur TNBD, Kabupaten Sarolangun-Batanghari atau kelompok yang dipimpin Tumenggung Marituha, Tumenggung Ngamal dan Tumenggung Nyenong.
Dari 150 jiwa di tiga kelompok itu, kematian beruntun paling banyak terjadi pada Januari dan Februari 2014 dengan enam kasus kematian, yaitu empat anak-anak dan dua orang dewasa.
"Hutan semakin sempit sehingga orang rimba tidak lagi 'melangun' (berpindah-pindah) ke dalam hutan namun ke pinggir-pinggir desa dan ladang masyarakat. Tentu saja di kawasan ini akan sedikit bahan pangan yang biasa didapatkan orang rimba dari berburu dan meramu hasil hutan," ujar Yomi.
Dalam beberapa bulan terakhir, orang rimba setidaknya sudah berpindah ke tujuh lokasi baru yang sebagian besar merupakan daerah pinggir desa dan juga perkebunan masyarakat.
"Ketika 'melangun' pasokan makanan kurang, dan menyebabkan daya tahan tubuh mereka berkurang sehingga banyak yang sakit," katanya.
Sebagian ada yang mencoba berobat ke rumah sakit terdekat, seperti di Sarolangun, namun orang rimba tidak mau dirawat, akhirnya banyak yang meninggal dunia dan kemudian melangun lagi.
"Melangun" merupakan tabu kematian pada orang rimba, yaitu berpindah tempat hidup akibat kesedihan setelah ditinggalkan anggota kelompoknya. Karena kematiannya beruntun, menyebabkan mereka ketakutan dan panik.
Tengganai "orang rimba" kelompok Terap, Mangku Balas, juga mengatakan bahwa banyaknya orang rimba yang jatuh sakit disebabkan kurang makanan.
"Kami kekurangan pemakon (makanan), kalau 'melangun' seperti ini kami tidak bisa berburu, tempatnya juga susah, makanya banyak yang sakit, kami takut," ujar Mangku Balas.
Fasilator Kesehatan KKI WARSI, Yomi, menjelaskan kematian "orang rimba" secara beruntun itu diduga akibat mereka kesulitan mendapatkan pangan yang layak dan air bersih.
Kematian beruntun itu menyerang tiga kelompok orang rimba di bagian timur TNBD, Kabupaten Sarolangun-Batanghari atau kelompok yang dipimpin Tumenggung Marituha, Tumenggung Ngamal dan Tumenggung Nyenong.
Dari 150 jiwa di tiga kelompok itu, kematian beruntun paling banyak terjadi pada Januari dan Februari 2014 dengan enam kasus kematian, yaitu empat anak-anak dan dua orang dewasa.
"Hutan semakin sempit sehingga orang rimba tidak lagi 'melangun' (berpindah-pindah) ke dalam hutan namun ke pinggir-pinggir desa dan ladang masyarakat. Tentu saja di kawasan ini akan sedikit bahan pangan yang biasa didapatkan orang rimba dari berburu dan meramu hasil hutan," ujar Yomi.
Dalam beberapa bulan terakhir, orang rimba setidaknya sudah berpindah ke tujuh lokasi baru yang sebagian besar merupakan daerah pinggir desa dan juga perkebunan masyarakat.
"Ketika 'melangun' pasokan makanan kurang, dan menyebabkan daya tahan tubuh mereka berkurang sehingga banyak yang sakit," katanya.
Sebagian ada yang mencoba berobat ke rumah sakit terdekat, seperti di Sarolangun, namun orang rimba tidak mau dirawat, akhirnya banyak yang meninggal dunia dan kemudian melangun lagi.
"Melangun" merupakan tabu kematian pada orang rimba, yaitu berpindah tempat hidup akibat kesedihan setelah ditinggalkan anggota kelompoknya. Karena kematiannya beruntun, menyebabkan mereka ketakutan dan panik.
Tengganai "orang rimba" kelompok Terap, Mangku Balas, juga mengatakan bahwa banyaknya orang rimba yang jatuh sakit disebabkan kurang makanan.
"Kami kekurangan pemakon (makanan), kalau 'melangun' seperti ini kami tidak bisa berburu, tempatnya juga susah, makanya banyak yang sakit, kami takut," ujar Mangku Balas.
Quote:
Jambi- Cerita sedih datang dari Jambi. Sebanyak 11 Orang Rimba atau Suku Anak Dalam meninggal dunia dua bulan terakhir karena kelaparan. Jumlahnya diperkirakan akan terus bertambah jika penanganan tak cepat dilakukan.
Sebelas korban meninggal dunia itu, termasuk empat anak-anak, berasal dari tiga kelompok Orang Rimba di bagian timur Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD). Yakni yaitu kelompok Terap yang dipimpin Tumenggung Marituha, Tumenggung Ngamal, dan kelompok Serenggam yang dipimpin Tumenggung Nyenong.
Mereka umumnya menderita sakit. Daya tahan menurun parah karena kelaparan, dan akhirnya meninggal dunia. Koordinator Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warung Informasi Konservasi (Warsi), Sukmareni menyatakan, saat ini ada sekitar 150 orang lainnya yang menderita sakit, kemungkinan besar Tuberculosis (Tbc).
"Mereka tersebar di beberapa tempat," kata Sukmareni kepada wartawan di Jambi, Jumat (6/3/2015).
Situasi ini, kata Sukmareni, sangat serius. Perlu penanganan segera untuk mengantisipasi bertambahnya korban. Ketersediaan sumber pangan maupun kondisi kesehatan mereka perlu menjadi perhatian berbagai pihak.
Ihwal kelaparan itu, kata Sukmareni, karena ketersediaan pangan dan air bersih yang hilang di hutan tempat mereka biasa bermukim. Orang rimba hidup masih dengan cara berburu dan meramu hasil hutan. Hutan yang semakin sempit membuat Orang Rimba tidak lagi melangun ke dalam hutan, namun ke pinggir-pinggir desa dan ladang masyarakat.
"Misalnya salah satu sumber makanan mereka adalah durian. Di hutan pohon durian sudah tidak ada karena penebangan, sementara di pinggir desa pohon durian itu kan milik warga, tidak bisa diambil," kata Sukmareni.
Selama proses mencari makanan itu, ada yang sakit. Pengobatan yang biasa mereka lakukan tidak lagi bisa dijalankan karena keterbatasan tanaman obat di lokasi baru, akhirnya meninggal. Sesuai dengan adat Orang Rimba, mereka akan kembali berpindah tempat setiap kali ada kematian.
Beberapa bulan terakhir ini, Orang Rimba setidaknya sudah berpindah ke 7 lokasi baru yang sebagian besar merupakan di pinggir desa dan juga perkebunan masyarakat di Kabupaten Sarolangun. Awalnya kelompok ini berada di Terap dan Serenggam, karena ada kematian mereka melangun ke wilayah Desa Olak Besar, kemudian Desa Baru, Desa Jernih, Sungai Selentik dan Sungai Telentam, keduanya di Desa Lubuk Jering, Simpang Picco Pauh dan kini di Sungai Kemang Desa Olak Besar.
Sebelas korban meninggal dunia itu, termasuk empat anak-anak, berasal dari tiga kelompok Orang Rimba di bagian timur Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD). Yakni yaitu kelompok Terap yang dipimpin Tumenggung Marituha, Tumenggung Ngamal, dan kelompok Serenggam yang dipimpin Tumenggung Nyenong.
Mereka umumnya menderita sakit. Daya tahan menurun parah karena kelaparan, dan akhirnya meninggal dunia. Koordinator Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warung Informasi Konservasi (Warsi), Sukmareni menyatakan, saat ini ada sekitar 150 orang lainnya yang menderita sakit, kemungkinan besar Tuberculosis (Tbc).
"Mereka tersebar di beberapa tempat," kata Sukmareni kepada wartawan di Jambi, Jumat (6/3/2015).
Situasi ini, kata Sukmareni, sangat serius. Perlu penanganan segera untuk mengantisipasi bertambahnya korban. Ketersediaan sumber pangan maupun kondisi kesehatan mereka perlu menjadi perhatian berbagai pihak.
Ihwal kelaparan itu, kata Sukmareni, karena ketersediaan pangan dan air bersih yang hilang di hutan tempat mereka biasa bermukim. Orang rimba hidup masih dengan cara berburu dan meramu hasil hutan. Hutan yang semakin sempit membuat Orang Rimba tidak lagi melangun ke dalam hutan, namun ke pinggir-pinggir desa dan ladang masyarakat.
"Misalnya salah satu sumber makanan mereka adalah durian. Di hutan pohon durian sudah tidak ada karena penebangan, sementara di pinggir desa pohon durian itu kan milik warga, tidak bisa diambil," kata Sukmareni.
Selama proses mencari makanan itu, ada yang sakit. Pengobatan yang biasa mereka lakukan tidak lagi bisa dijalankan karena keterbatasan tanaman obat di lokasi baru, akhirnya meninggal. Sesuai dengan adat Orang Rimba, mereka akan kembali berpindah tempat setiap kali ada kematian.
Beberapa bulan terakhir ini, Orang Rimba setidaknya sudah berpindah ke 7 lokasi baru yang sebagian besar merupakan di pinggir desa dan juga perkebunan masyarakat di Kabupaten Sarolangun. Awalnya kelompok ini berada di Terap dan Serenggam, karena ada kematian mereka melangun ke wilayah Desa Olak Besar, kemudian Desa Baru, Desa Jernih, Sungai Selentik dan Sungai Telentam, keduanya di Desa Lubuk Jering, Simpang Picco Pauh dan kini di Sungai Kemang Desa Olak Besar.
Quote:
Quote:

Sebelas Orang Rimba yang tinggal di kawasan hutan Taman Nasional Bukit Dua Belas, Jambi ditemukan mati kelaparan. Diduga salah satu penyebabnya adalah karena semakin menyempitnya lahan hutan yang menjadi tempat mereka menggantungkan hidup.
Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warung Informasi Konservasi (Warsi) Jambi mencatat, sejak September 2014 hingga saat ini sudah ditemukan belasan Orang Rimba mati kelaparan. “6 orang di antaranya adalah anak-anak,” kata KKI Warsi Jambi, Robert Aritonang, Jumat, 6 Maret 2015.
Menurut dia, terus menyusutnya area hutan yang menjadi tempat hidup Orang Rimba karena pembukaan alih fungsi hutan untuk kepentingan perkebunan membuat Suku Rimba kian sulit untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Pasalnya, selama ini mereka bergantung kepada hutan.
Robert berharap, pemerintah memberi perhatian lebih dalam menjaga kawasan hutan yang menjadi tempat hidup Orang Rimba. Itu dilakukan agar suku terasing di Jambi tersebut tidak punah.
Dinas Kesehatan Provinsi Jambi membantah, penyebab belasan Orang Rimba mati karena kelaparan. Kabid Bina Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Jambi Kaswendi mengatakan, kematian Orang Rimba lebih disebabkan karena wabah penyakit. “Wabah penyakit itu yang menyebabkan kesehatan Orang Rimba banyak mengalami penurunan.” (viva.co.id, 7/3/2015)
Quote:
Quote:
Quote:
Sekian thread dari ane siang ini, semoga bermanfaat dan berguna untuk para kaskuser semua.
Sekiranya kalo menarik boleh dirate gan dan cendol segarnya


Sekiranya kalo menarik boleh dirate gan dan cendol segarnya














Quote:
Thread ane lainnya:
(HT
) [URL="http://www.kaskus.co.id/thread/54ffbca7507410d2778b456c/jangan-lakukan-ini-saat-traveling-ke-eropa "]Jangan lakukan ini kalo traveling ke Eropa[/URL]
Share dan diskusi yuk, 10 band favorit kalian disini
Pria ini keliling dunia dengan sepeda selama 18 tahun
Semarak Java Jazz Festival 2015
20 hal gila yang anda harus lakukan sebelum anda mati
(HT

Share dan diskusi yuk, 10 band favorit kalian disini
Pria ini keliling dunia dengan sepeda selama 18 tahun
Semarak Java Jazz Festival 2015
20 hal gila yang anda harus lakukan sebelum anda mati
Diubah oleh hooliganjakarta 18-03-2015 07:17
0
3.5K
Kutip
28
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan