Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Jakarta Retno Listyarti memenuhi panggilan polisi. Ia datang dikawal dikawal massa dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta dan sejumlah aktivis dan profesi guru di Mapolda Metro Jaya, Selasa (10/3/2015).

Retno mengaku, kedatangan puluhan massa tersebut untuk memberikan dukungan terhadap dirinya yang dituduh orang tua siswa ‎yang telah melakukan kriminalisasi. Ia dianggap melanggar Pasal 77 Undang-Undang tentang Perlindungan Anak. “Mereka hanya memberikan dukungan,” ujarnya.

Retno menjelaskan, apa yang terjadi beberapa waktu lalu dengan menskorsing anak didiknya itu merupakan tugasnya. Karena anak didiknya tersebut telah melanggar aturan. Dan menurutnya, baru kali ini kejadian bahwa kepala sekolah yang hendak menegakkan aturan malah dipidanakan oleh siswanya. “Tapi malah saya yang dikriminalisasi,” keluhnya.

Sementara salah satu massa yang memberikan dukungan terhadap Retno adalah Guru Besar dari Univeritas Trisakti Melanie Sudono. Ia mengatakan, apa yang dilakukan Retno adalah hal yang wajar. Menurutnya, sekolah harus memberikan peraturan tegas ketika siwawa melanggar aturan. “Sekolah perlu menegakan peraturan dengan tegas. Jika tidak, maka sistem pendidikan tidak akan berjalan baik,” ugkapnya.

Dari puluhan Massa yang mendatangi Polda Metro tersebut, mereka membawakan spanduk berukuran sekitar 100x50 sentimeter berwarna putih bertuliskan Tolak Kriminalisasi Kepala Sekolah yang Menegakan Aturan Tata Tertib di Sekolah. Skorsing Bagi Siswa adalah Pembelajaran. Pengeroyokan dan Main Hakim Sendiri Tidak Dibenarkan oleh Undang-Undang Walaupun Dilakukan Pelajar.

Sebagai mana diketahui, Retno memberikan hukuman skorsing kepada sejumlah siswanya selama 34 hari. Keputusan ini dikeluarkan Retno, karena siswa tersebut telah melakukan mengeroyokan kepada seorang warga bernama Erik yang juga merupakan alumni SMA 3.

Narasumber: Infonitas.com

yang mau beri dukungan bisa dengan tag: [URL="#"]#savekepseksma3[/URL]