- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Jokowi Vs Prabowo: Ketika Prestasi Nyata Beradu Melawan Hasil Pencitraan


TS
paulusteguhk
Jokowi Vs Prabowo: Ketika Prestasi Nyata Beradu Melawan Hasil Pencitraan
Tahun lalu, saya masih merupakan salah satu penggemar Prabowo dan Jokowi. Bagi saya, tidak masalah yang manapun di antara mereka yang menjadi presiden, keduanya merupakan tokoh yang bagus. Yang membuat saya kagum pada Prabowo adalah visi-misinya yang cukup bagus dan juga keberaniannya mencalonkan Ahok yang Kristen-Tionghoa menjadi wakil gubernur DKI. Saya bahkan pernah terang-terangan berharap terjadi duet Jokowi-Prabowo atau Prabowo-Jokowi di pilpres 2014, kalau tidak percaya baca artikel-artikel saya yang dulu, contohnya ini: http://politik.kompasiana.com/2014/0...wo-644008.html
Bagaimanapun, belakangan ini saat saya telah merasa kecewa pada Prabowo (baca artikel saya di http://politik.kompasiana.com/2014/0...ya-658085.html ), saya jadi heran kenapa bisa begitu banyak orang mati-matian mendukung Prabowo, mendukungnya habis-habisan, bahkan sebegitu fanatiknya. Sederhana saja, Prabowo itu siapa? Prestasinya apa?
Saya bisa mengerti kalau sebagian orang merasa kagum pada Prabowo, karena sayapun dulunya juga demikian. Dulunya saya memfollow twitter Gerindra dan membaca update-update berita politik, dan saya melihat Prabowo sebagai tokoh yang cukup bagus. Kata-katanya maupun tweet-tweetnya memperlihatkan diri sebagai orang yang cukup tegas dan memahami berbagai masalah bangsa terutama di bidang perekonomian. Ia berbicara banyak mengenai ketahanan pangan, ketahanan energi, kebocoran anggaran, dan sebagainya, sehingga sayapun jadi kagum. Namun masa hanya karena pintar saja orang-orang bisa sampai sefanatik itu pada Prabowo dan bahkan sampai menyebut Jokowi yang bergelimang prestasi dan penghargaan sebagai “pemimpin level kepala desa”?
Coba kita lihat daftar prestasi-prestasi Jokowi:
1 Dari Presiden Republik Indonesia. Penghargaaan Bintang Jasa Utama sebagai Kepala daerah yang mengabdi kepada rakyat
2 Dari Presiden Republik Indonesia. Piala Citra Bhakti Abdi Negara 2008, 2009 dan 2010 Pelayanan Publik dan Piala Citra Bidang Pelayanan Prima Tingkat Nasional (2008), Kinerja Kota dalam Penyediaan Sarana Pelayanan Publik, Kebijakan Deregulasi, Penegakan Disiplin dan Pengembangan Manajemen Pelayanan (2009) dan Inovasi Pelayanan Prima (2010)
3 Dari Dompet Dhuafa Agent of change. Bidang Kemandirian Perhatian atas anak-anak yang kurang beruntung
4 RMOL Democracy Award: Manusia Bintang Bersama-sama Fauzi Bowo menyemarakkan kompetisi demokrasi di Pilkada DKI
5 Men’s Obsession Decade Award: Rising Leader Penghargaan untuk tokoh lintas bidang yang terpilih
6 Kemkominfo e-government: Keberhasilan penerapan e-government
7 Dari Kemenpera. Penghargaan Adiupaya Puritama: Pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan program kampung deret
8 Delgosea Best City Award: Berhasil dalam melakukan pendekatan kepada warganya di Solo, agar mau memahami dan menaati kebijakan pemerintah kota
9 Dari Bank Indonesia. Penghargaan Pengendali inflasi. Berhasil mengendalikan inflasi di Solo
10 Dari Kementrian PU. Bidang Tata ruang terbaik kedua se-Indonesia. pembangunan di Solo sudah mencapai 80 persen kesesuaiannya dengan konsep penataan ruang yang ideal.
11 Fortune Top 50 Leaders Pemimpin no 37 terbaik atas jasanya membersihkan kota dan menyingkirkan korupsi
12 Dari Kemennaker. Penghargaan Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (IPK) Pembangunan bidang ketenagakerjaan di Jakarta sepanjang tahun 2013.
13 Meutia Hatta Bung Hatta Anti Corruption Award. Tokoh yang Berperan dalam Pemberantasan Korupsi
14 Dari Komisi Pemberantasan Korupsi. Penghargaan Anti Gratifikasi. Pemerintah daerah yang paling banyak melaporkan gratifikasi.
15 Dari UNICEF. Program Perlindungan Anak. Dianugerahkan pada tahun 2006
16 Dari The City Mayors Foundation. Penghargaan Walikota No 3 Terbaik Dunia atas Keberhasilannya mengubah Surakarta dari kota yang banyak tindak kriminal menjadi pusat seni dan budaya
17 Dari Majalah Marketing dan Frontier Consulting Group. Penghargaaan Social Media Award. Tokoh yang aktif menggunakan media sosial dalam berinteraksi dengan masyarakat dan mendapatkan sentimen positif
18 Tempo 10 Tokoh Pilihan 2008. Memanusiakan warganya dengan pemindahan PKL yang tanpa konflik
18 Dari Lembaga Pemilih Indonesia. Penghargaan Tokoh Pluralis 2013. Mampu Menjaga Kesetaraan Etnis, Agama, dan kelompok lainnya
19 Dari Anugerah Seputar Indonesia. Penghargaan Tokoh Seputar Indonesia 2013. Diserahkan langsung oleh Hary Tanoe
20 Soegeng Soerjadi Good Governance Award Dianugerahkan 20 September 2012, jelang Pilkada
21 Bappenas. Pencapaian target MDGs Untuk program KJP dan KJS
22 Bappenas. Pangripta Nusantara Utama Provinsi dengan perencanaan terbaik
Nah, dibandingkan dengan sederet prestasi Jokowi itu, apa prestasi Prabowo? Memimpin Batalyon? Memangnya memimpin negara sama dengan memimpin batalyon?
Kalau pemimpin dengan sederet prestasi seperti ini dihina pendukung Prabowo sebagai “level kepala desa”, lantas Prabowo itu level apa? Level rumah tangga?
Bagaimanapun, belakangan ini di masa kampanye pilpres, semakin lama semakin terlihat bahwa “ketegasan dan kecerdasan” prabowo itu ternyata hasil pencitraan semata. Saya yang dulunya pendukung Prabowo akhirnya menyadari itu saat melihat debat capres dan perkataan-perkataan Prabowo lainnya.
Contohnya, dalam bidang ekonomi. Selama ini Prabowo dicitrakan sebagai pemimpin yang sangat mengerti ekonomi, menguasai berbagai permasalahan ekonomi dan memiliki konsep ekonomi kerakyatan yang sangat bagus, namun nyatanya? Saat debat capres beliau ternyata tidak bisa menjawab mengenai cara mengembangkan ekonomi kreatif. Beliau tidak tahu cara pengendalian inflasi melalui TPID (sangat kontras dengan penghargaan Jokowi no.9 di atas. penghargaan dari BI sebagai pemimpin yang berhasil mengendalikan inflasi). Program anggaran Rp 1 miliar per desa yang menjadi program unggulannya itu ternyata sudah ada di UU desa. Perkataannya tentang kebocoran anggaran 1000 triliun per tahun itupun ternyata berasal dari salah informasi. Mengenai perkataan-perkataannya yang terkesan sangat cerdas di twitter itu, saya jadi berpikir: jangan-jangan itu semua hanyalah hasil pemikiran dari tim ahlinya atau tim suksesnya, supaya dirinya dicitrakan cerdas. Bukan pemikiran dari dirinya sendiri.
Sebelum debat capres tersebut, saya khawatir Prabowo bisa memenangi dengan mudah debat tersebut, karena tampaknya bidang ekonomi merupakan bidang keahlian Prabowo, ditambah lagi ketidakfasihan Jokowi dalam berbicara dan berorasi, namun ternyata Prabowo tidaklah sehebat yang dicitrakan selama ini. Jokowi ternyata cukup bisa mengimbanginya. Walaupun saya akui performa Jokowi dalam debat tersebut juga tidak begitu bagus.
Selain Prabowo dicitrakan sebagai pemimpin yang sangat memahami ekonomi, beliau juga dicitrakan sebagai sosok yang tegas. Ya, dulunya saya juga mengira demikian, karena beliau berasal dari militer. Apalagi beliau juga sering terlihat begitu tegas mengkritik kebobrokan pemerintahan SBY, kelihatannya dia siap membawa pembaharuan besar bagi bangsa. Saat debat capres-cawapres beliau berkoar dirinya siap menegakkan HAM berapapun harganya. Namun nyatanya? Baru-baru ini beliau malah menjilat omongannya sendiri, ia memuji-muji pemerintahan SBY, menyebut SBY telah berhasil memimpin bangsa selama 10 tahun, SBY merupakan bapak bangsa, dll. Baca di sini http://news.detik.com/pemilu2014/rea...i-awal?9922032
Tadinya saya kira ketegasan beliau cocok untuk membasmi koruptor-koruptor dan para pembuat rusuh seperti FPI atau teroris. Nyatanya? Dalam debat capres-cawapres Prabowo malah bilang cara memberantas korupsi adalah dengan menaikkan gaji pejabat. Gila apa? Sudah merampok uang rakyat habis-habisan malah dinaikkan gajinya? Tadinya saya kira Prabowo akan menggunakan cara-cara tegas seperti Ahok yang berani mencermati seluruh anggaran dan memotong anggaran-anggaran yang mencurigakan, memarahi, atau memecat, atau bahkan memidanakan pejabat-pejabat yang korup. Eh, si Prabowo ini malah mau menaikkan gajinya koruptor. Waduh!
Sewaktu Ahok dihina, diserang oleh FITRA atau udar pristono atau Lulung, mengalami penghinaan berbau SARA, tidak pernah satu kalipun Prabowo angkat bicara membela dan melindungi Ahok. Itukah ketegasan Prabowo? Sungguh kontras dengan PDIP yang anggota-anggotanya termasuk Megawati dan Puan sering aktif angkat bicara membela Jokowi.
Dan mengenai pelanggar hukum, Prabowo malah mengatakan setuju kerja sama dengan FPI ( http://news.detik.com/read/2013/10/2...ama-dengan-fpi ). Selama ini FPI adalah ormas yang sudah jelas-jelas visinya bertentangan dengan pancasila, jelas-jelas membikin masalah di sana-sini, tapi pemimpin-pemimpin pada ketakutan dan tak ada yang berani bertindak tegas. Tadinya saya kira sosok militer tegas seperti Prabowo akan cocok untuk memberantas FPI, eh ternyata….
Dan selain itu semua, beliau juga malah berteman dan mendukung tokoh-tokoh pelanggar hukum lainnya seperti Hatta Rajasa (kasus tabrakan mobil anaknya, anaknya cuma dihukum percobaan), Rhoma Irama (kasus menghina SARA di pilkada jakarta ‘cina kristen pimpin ibukota, aib besar bagi bangsa’), Aburizal Bakrie (kasus lapindo), dll. Mereka-mereka yang seharusnya ditindak tegas ini malah dibelai-belai, dipeluk dan sebagainya.
Saat melihat ini semua, saya sadar bahwa saya telah melakukan kesalahan. Saya mengasumsikan beliau tegas hanya karena berasal dari militer, padahal nyatanya tidak selalu demikian. Apalagi dunia politik berbeda dengan militer. Nyatanya SBY juga berasal dari militer namun ternyata tidak tegas. Lagipula kalau memilih Prabowo hanya karena dia dari militer, kenapa gak sekalian aja calonkan Agum Gumelar, Wiranto, Sutiyoso, Luhut Panjaitan dll jadi presiden, kan mereka juga dari militer? Malah track record mereka lebih baik daripada Prabowo.
Dalam hal ketegasan, seharusnya kita melihat Jokowi yang justru lebih tegas. Saat menjabat di Solo ia berani memidanakan 4 PKL nakal yang keras kepala melanggar perda. Di Jakarta ia juga berani melawan para PKL tanah abang, para penolak lurah susan para warga ilegal di sekitar waduk pluit, dll. Itulah yang namanya ketegasan.
Setelah saya pikir-pikir juga, saya jadi heran juga kenapa Prabowo ini bisa menjadi capres. Memangnya prestasi apa yang pernah dia tunjukkan? Pengabdian apa yang pernah dia perbuat untuk bangsa? Maju capres hanya bermodal masa lalu sebagai mantan jendral (yang dipecat)? Di Indonesia, mantan jendral itu ada ribuan bung, kenapa gak semuanya dicalonkan aja sekalian?
Jadi pilpres kali ini akan menjadi ajang pertarungan antara prestasi nyata melawan hasil pencitraan. Selama 10 tahun Prabowo bergiat melakukan pencitraan, mengeluarkan dana besar untuk bisa jadi presiden, dan kali ini akan beradu dengan prestasi nyata Jokowi, bagaimana hasilnya? Kita lihat saja nanti. Satu hal yang saya yakini, dalam hari-hari ke depan akan semakin kelihatan bahwa sesungguhnya “kecerdasan” maupun “ketegasan” Prabowo selama ini hanyalah hasil pencitraan.
Abraham Lincoln berkata, “karakter sesungguhnya seseorang baru akan muncul saat dia diberi kekuasaan”. Karena itu pilihlah Jokowi, karena kita sudah tahu bagaimana dia saat dia diberi kekuasaan di Solo dan Jakarta. Jangan pilih Prabowo, karena kita belum tahu bagaimana sesungguhnya dia kalau diberi kekuasaan.
Sumber: http://siperubahan.com/read/960/Joko...sil-Pencitraan
Bagaimanapun, belakangan ini saat saya telah merasa kecewa pada Prabowo (baca artikel saya di http://politik.kompasiana.com/2014/0...ya-658085.html ), saya jadi heran kenapa bisa begitu banyak orang mati-matian mendukung Prabowo, mendukungnya habis-habisan, bahkan sebegitu fanatiknya. Sederhana saja, Prabowo itu siapa? Prestasinya apa?
Saya bisa mengerti kalau sebagian orang merasa kagum pada Prabowo, karena sayapun dulunya juga demikian. Dulunya saya memfollow twitter Gerindra dan membaca update-update berita politik, dan saya melihat Prabowo sebagai tokoh yang cukup bagus. Kata-katanya maupun tweet-tweetnya memperlihatkan diri sebagai orang yang cukup tegas dan memahami berbagai masalah bangsa terutama di bidang perekonomian. Ia berbicara banyak mengenai ketahanan pangan, ketahanan energi, kebocoran anggaran, dan sebagainya, sehingga sayapun jadi kagum. Namun masa hanya karena pintar saja orang-orang bisa sampai sefanatik itu pada Prabowo dan bahkan sampai menyebut Jokowi yang bergelimang prestasi dan penghargaan sebagai “pemimpin level kepala desa”?
Coba kita lihat daftar prestasi-prestasi Jokowi:
1 Dari Presiden Republik Indonesia. Penghargaaan Bintang Jasa Utama sebagai Kepala daerah yang mengabdi kepada rakyat
2 Dari Presiden Republik Indonesia. Piala Citra Bhakti Abdi Negara 2008, 2009 dan 2010 Pelayanan Publik dan Piala Citra Bidang Pelayanan Prima Tingkat Nasional (2008), Kinerja Kota dalam Penyediaan Sarana Pelayanan Publik, Kebijakan Deregulasi, Penegakan Disiplin dan Pengembangan Manajemen Pelayanan (2009) dan Inovasi Pelayanan Prima (2010)
3 Dari Dompet Dhuafa Agent of change. Bidang Kemandirian Perhatian atas anak-anak yang kurang beruntung
4 RMOL Democracy Award: Manusia Bintang Bersama-sama Fauzi Bowo menyemarakkan kompetisi demokrasi di Pilkada DKI
5 Men’s Obsession Decade Award: Rising Leader Penghargaan untuk tokoh lintas bidang yang terpilih
6 Kemkominfo e-government: Keberhasilan penerapan e-government
7 Dari Kemenpera. Penghargaan Adiupaya Puritama: Pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan program kampung deret
8 Delgosea Best City Award: Berhasil dalam melakukan pendekatan kepada warganya di Solo, agar mau memahami dan menaati kebijakan pemerintah kota
9 Dari Bank Indonesia. Penghargaan Pengendali inflasi. Berhasil mengendalikan inflasi di Solo
10 Dari Kementrian PU. Bidang Tata ruang terbaik kedua se-Indonesia. pembangunan di Solo sudah mencapai 80 persen kesesuaiannya dengan konsep penataan ruang yang ideal.
11 Fortune Top 50 Leaders Pemimpin no 37 terbaik atas jasanya membersihkan kota dan menyingkirkan korupsi
12 Dari Kemennaker. Penghargaan Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (IPK) Pembangunan bidang ketenagakerjaan di Jakarta sepanjang tahun 2013.
13 Meutia Hatta Bung Hatta Anti Corruption Award. Tokoh yang Berperan dalam Pemberantasan Korupsi
14 Dari Komisi Pemberantasan Korupsi. Penghargaan Anti Gratifikasi. Pemerintah daerah yang paling banyak melaporkan gratifikasi.
15 Dari UNICEF. Program Perlindungan Anak. Dianugerahkan pada tahun 2006
16 Dari The City Mayors Foundation. Penghargaan Walikota No 3 Terbaik Dunia atas Keberhasilannya mengubah Surakarta dari kota yang banyak tindak kriminal menjadi pusat seni dan budaya
17 Dari Majalah Marketing dan Frontier Consulting Group. Penghargaaan Social Media Award. Tokoh yang aktif menggunakan media sosial dalam berinteraksi dengan masyarakat dan mendapatkan sentimen positif
18 Tempo 10 Tokoh Pilihan 2008. Memanusiakan warganya dengan pemindahan PKL yang tanpa konflik
18 Dari Lembaga Pemilih Indonesia. Penghargaan Tokoh Pluralis 2013. Mampu Menjaga Kesetaraan Etnis, Agama, dan kelompok lainnya
19 Dari Anugerah Seputar Indonesia. Penghargaan Tokoh Seputar Indonesia 2013. Diserahkan langsung oleh Hary Tanoe
20 Soegeng Soerjadi Good Governance Award Dianugerahkan 20 September 2012, jelang Pilkada
21 Bappenas. Pencapaian target MDGs Untuk program KJP dan KJS
22 Bappenas. Pangripta Nusantara Utama Provinsi dengan perencanaan terbaik
Nah, dibandingkan dengan sederet prestasi Jokowi itu, apa prestasi Prabowo? Memimpin Batalyon? Memangnya memimpin negara sama dengan memimpin batalyon?
Kalau pemimpin dengan sederet prestasi seperti ini dihina pendukung Prabowo sebagai “level kepala desa”, lantas Prabowo itu level apa? Level rumah tangga?
Bagaimanapun, belakangan ini di masa kampanye pilpres, semakin lama semakin terlihat bahwa “ketegasan dan kecerdasan” prabowo itu ternyata hasil pencitraan semata. Saya yang dulunya pendukung Prabowo akhirnya menyadari itu saat melihat debat capres dan perkataan-perkataan Prabowo lainnya.
Contohnya, dalam bidang ekonomi. Selama ini Prabowo dicitrakan sebagai pemimpin yang sangat mengerti ekonomi, menguasai berbagai permasalahan ekonomi dan memiliki konsep ekonomi kerakyatan yang sangat bagus, namun nyatanya? Saat debat capres beliau ternyata tidak bisa menjawab mengenai cara mengembangkan ekonomi kreatif. Beliau tidak tahu cara pengendalian inflasi melalui TPID (sangat kontras dengan penghargaan Jokowi no.9 di atas. penghargaan dari BI sebagai pemimpin yang berhasil mengendalikan inflasi). Program anggaran Rp 1 miliar per desa yang menjadi program unggulannya itu ternyata sudah ada di UU desa. Perkataannya tentang kebocoran anggaran 1000 triliun per tahun itupun ternyata berasal dari salah informasi. Mengenai perkataan-perkataannya yang terkesan sangat cerdas di twitter itu, saya jadi berpikir: jangan-jangan itu semua hanyalah hasil pemikiran dari tim ahlinya atau tim suksesnya, supaya dirinya dicitrakan cerdas. Bukan pemikiran dari dirinya sendiri.
Sebelum debat capres tersebut, saya khawatir Prabowo bisa memenangi dengan mudah debat tersebut, karena tampaknya bidang ekonomi merupakan bidang keahlian Prabowo, ditambah lagi ketidakfasihan Jokowi dalam berbicara dan berorasi, namun ternyata Prabowo tidaklah sehebat yang dicitrakan selama ini. Jokowi ternyata cukup bisa mengimbanginya. Walaupun saya akui performa Jokowi dalam debat tersebut juga tidak begitu bagus.
Selain Prabowo dicitrakan sebagai pemimpin yang sangat memahami ekonomi, beliau juga dicitrakan sebagai sosok yang tegas. Ya, dulunya saya juga mengira demikian, karena beliau berasal dari militer. Apalagi beliau juga sering terlihat begitu tegas mengkritik kebobrokan pemerintahan SBY, kelihatannya dia siap membawa pembaharuan besar bagi bangsa. Saat debat capres-cawapres beliau berkoar dirinya siap menegakkan HAM berapapun harganya. Namun nyatanya? Baru-baru ini beliau malah menjilat omongannya sendiri, ia memuji-muji pemerintahan SBY, menyebut SBY telah berhasil memimpin bangsa selama 10 tahun, SBY merupakan bapak bangsa, dll. Baca di sini http://news.detik.com/pemilu2014/rea...i-awal?9922032
Tadinya saya kira ketegasan beliau cocok untuk membasmi koruptor-koruptor dan para pembuat rusuh seperti FPI atau teroris. Nyatanya? Dalam debat capres-cawapres Prabowo malah bilang cara memberantas korupsi adalah dengan menaikkan gaji pejabat. Gila apa? Sudah merampok uang rakyat habis-habisan malah dinaikkan gajinya? Tadinya saya kira Prabowo akan menggunakan cara-cara tegas seperti Ahok yang berani mencermati seluruh anggaran dan memotong anggaran-anggaran yang mencurigakan, memarahi, atau memecat, atau bahkan memidanakan pejabat-pejabat yang korup. Eh, si Prabowo ini malah mau menaikkan gajinya koruptor. Waduh!
Sewaktu Ahok dihina, diserang oleh FITRA atau udar pristono atau Lulung, mengalami penghinaan berbau SARA, tidak pernah satu kalipun Prabowo angkat bicara membela dan melindungi Ahok. Itukah ketegasan Prabowo? Sungguh kontras dengan PDIP yang anggota-anggotanya termasuk Megawati dan Puan sering aktif angkat bicara membela Jokowi.
Dan mengenai pelanggar hukum, Prabowo malah mengatakan setuju kerja sama dengan FPI ( http://news.detik.com/read/2013/10/2...ama-dengan-fpi ). Selama ini FPI adalah ormas yang sudah jelas-jelas visinya bertentangan dengan pancasila, jelas-jelas membikin masalah di sana-sini, tapi pemimpin-pemimpin pada ketakutan dan tak ada yang berani bertindak tegas. Tadinya saya kira sosok militer tegas seperti Prabowo akan cocok untuk memberantas FPI, eh ternyata….
Dan selain itu semua, beliau juga malah berteman dan mendukung tokoh-tokoh pelanggar hukum lainnya seperti Hatta Rajasa (kasus tabrakan mobil anaknya, anaknya cuma dihukum percobaan), Rhoma Irama (kasus menghina SARA di pilkada jakarta ‘cina kristen pimpin ibukota, aib besar bagi bangsa’), Aburizal Bakrie (kasus lapindo), dll. Mereka-mereka yang seharusnya ditindak tegas ini malah dibelai-belai, dipeluk dan sebagainya.
Saat melihat ini semua, saya sadar bahwa saya telah melakukan kesalahan. Saya mengasumsikan beliau tegas hanya karena berasal dari militer, padahal nyatanya tidak selalu demikian. Apalagi dunia politik berbeda dengan militer. Nyatanya SBY juga berasal dari militer namun ternyata tidak tegas. Lagipula kalau memilih Prabowo hanya karena dia dari militer, kenapa gak sekalian aja calonkan Agum Gumelar, Wiranto, Sutiyoso, Luhut Panjaitan dll jadi presiden, kan mereka juga dari militer? Malah track record mereka lebih baik daripada Prabowo.
Dalam hal ketegasan, seharusnya kita melihat Jokowi yang justru lebih tegas. Saat menjabat di Solo ia berani memidanakan 4 PKL nakal yang keras kepala melanggar perda. Di Jakarta ia juga berani melawan para PKL tanah abang, para penolak lurah susan para warga ilegal di sekitar waduk pluit, dll. Itulah yang namanya ketegasan.
Setelah saya pikir-pikir juga, saya jadi heran juga kenapa Prabowo ini bisa menjadi capres. Memangnya prestasi apa yang pernah dia tunjukkan? Pengabdian apa yang pernah dia perbuat untuk bangsa? Maju capres hanya bermodal masa lalu sebagai mantan jendral (yang dipecat)? Di Indonesia, mantan jendral itu ada ribuan bung, kenapa gak semuanya dicalonkan aja sekalian?
Jadi pilpres kali ini akan menjadi ajang pertarungan antara prestasi nyata melawan hasil pencitraan. Selama 10 tahun Prabowo bergiat melakukan pencitraan, mengeluarkan dana besar untuk bisa jadi presiden, dan kali ini akan beradu dengan prestasi nyata Jokowi, bagaimana hasilnya? Kita lihat saja nanti. Satu hal yang saya yakini, dalam hari-hari ke depan akan semakin kelihatan bahwa sesungguhnya “kecerdasan” maupun “ketegasan” Prabowo selama ini hanyalah hasil pencitraan.
Abraham Lincoln berkata, “karakter sesungguhnya seseorang baru akan muncul saat dia diberi kekuasaan”. Karena itu pilihlah Jokowi, karena kita sudah tahu bagaimana dia saat dia diberi kekuasaan di Solo dan Jakarta. Jangan pilih Prabowo, karena kita belum tahu bagaimana sesungguhnya dia kalau diberi kekuasaan.
Sumber: http://siperubahan.com/read/960/Joko...sil-Pencitraan
Diubah oleh paulusteguhk 03-07-2014 11:17
0
5K
39


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan