- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Pergaulan Bebas di Kalangan Remaja (Penyebab dan Dampaknya)


TS
playboyhtc
Pergaulan Bebas di Kalangan Remaja (Penyebab dan Dampaknya)
Pergaulan Bebas di Kalangan Remaja (Penyebab dan Dampaknya)
Lanjut' lagi gan dampak remaja masa kini
Bahaya Konsumerisme pada Remaja
lanjut lagi gan
kebawah
Quote:
Kalau kita membicarakan dan membahas tentang pergaulan bebas,sudah pasti kita akan berhubungan dengan anak remaja karena banyak korbannya adalah dari kalangan remaja.Masa remaja bagi semua orang dan juga menurut saya adalah masa yang paling indah atau berseri.Di masa itu juga proses pencarian jati diri seseorang berlangsung.Dan pada proses itulah banyak para remaja yang terjebak ke dalam pergaulan bebas tersebut karena tidak mengetahui dampak buruk bagi dirinya sendiri.Pergaulan bebas di kalangan remaja saat ini telah mencapai titik kekhawatiran yang sangat tinggi atau cukup parah,terutama seks bebas dan penggunaan obat-obatan terlarang.
Oleh karena itu tidak aneh jika jumlah penderita HIV/AIDS dan wanita terutama dari kalangan remaja/anak sekolah yang hamil di luar nikah.Hal ini di karenakan sekarang mereka sangat begitu mudah memasuki tempat-tempat khusus orang-orang dewasa.Bahkan sekarang pelakunya bukan saja mahasiswa dan anak SMA saja,namun sudah merambat sampai ke anak SMP.
Dan pada saat ini banyak sekali orang-orang yang melakukan perbuatan keji dan tidak berkeprimanusiaan untuk menutupi aib nya,yaitu dengan melakukan aborsi.Padahal mereka tahu akibat aborsi sangat berbahaya bagi kesehatan tubuhnya sendiri dan keselamatannya secara fisik.Bahkan bukan hanya pada kesehatan dirinya sendiri, tetapi juga sangat berdampak hebat bagi keadaan mental seseorang yang melakukan aborsi tersebut.Namun demi menutupi aib yang ia timbulkan sendiri,ia rela mempertaruhkan nyawanya sendiri. Oleh karena itu jika tidak secepatnya di atasi,akibat pergaulan bebas ini akan sangat membawa dampak negatif dan efek yang buruk bagi perkembangan zaman.
Awal mula seorang remaja terjerumus ke dalam pergaulan bebas adalah salah bergaul dan mudah terpengaruh oleh temannya yang tidak benar.Kebanyakan remaja ini ingin di puji dan di katakan gaul oleh teman-temannya tanpa memikirkan dampak dan akibat yang berkelanjutan.Maksud dari salah bergaul adalah bukan berarti kita harus memilih milih dalam bergaul, kita boleh saja bergaul dengan siapa pun asalkan kita jangan mudah terpengaruh dan tetap berpegang teguh kepada norma-norma agama dan norma hukum yang berlaku,karena gaul tidak harus melakukan seks bebas,tidak harus menggunakan obat-obatan terlarang,dan semua hal yang melanggar hukum.Oleh karena itu kita sebagai remaja harus membiasakan berfikir panjang ke depan sebelum melakukan sesuatu hal,apalagi yang belum kita ketahui dampak baik dan buruknya bagi diri kita,keluarga dan orang lain.
Di bawah ini saya memiliki opini beberapa faktor utama yang menjadi penyebab dan awal mula seorang remaja terjerumus ke dalam pergaulan bebas,yaitu :
Faktor agama dan faktor iman, faktor ini adalah hal yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Apabila kurang pengetahuan akan agama dan kurangnya iman yang tertanam di dalam diri kita,maka akan sangat mudah setan-setan yang ada di dalam diri atau fikiran kita mendorong untuk melakukan hal-hal negatif yang sangat bertentangan dengan agama dan hukum yang berlaku.Namun jika memiliki pengetahuan akan agama dan iman yang kuat, insya allah kita tidak akan mudah terpegaruh dan terjerumus ke dalam hal-hal negatfi tersebut.Karena otomatis kita akan langsung memikirkan dampak apa yang akan terjadi ke depannya atau di kemudian hari.
Faktor lingkungan seperti orang tua, teman dan tetangga, ya di dalam faktor ini tidak sedikit anak remaja yang terjerumus kedalam pergaulan bebas di karenakan ada masalah di dalam keluarganya atau yang sering mereka sebut dengan broken home.Dan yang menjadi penyebab yang sering terjadi juga adalah karena terjerumus atau terpengaruh oleh temannya demi mendapatkan pujian atau ingin di bilang “gaul”.
Faktor pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang tinggi, kurangnya pengetahuan akan dampak dan akibat akan hal yang kita lakukan dapat memudahkan kita terjerumus ke dalam hal hal yang negatif. Pada umumnya kita sebagai seorang remaja memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi, apabila menemukan atau melihat suatu hal yang baru maka otomatis kita akan ingin merasakannya atau mencobanya.
Faktor perubahan zaman, faktor ini juga adalah hal yang cukup kuat menjadi penyebab pergaulan bebas di kalangan remaja. Karena di zaman sekarang banyak media yang mudah di akses oleh semua umur yang menyediakan tayangan tanyangan yang seharusnya hanya di tayangkan khusus orang dewasa.Namun karena rasa ingin tahu yang sangat tinggi yang mendorong para remaja menggunakan atau melihat media untuk orang dewasa tersebut.Setelah melihat,otomatis rasa ingin tahu itu pun akan terus berkembang seperti ingin mengetahui rasa dan ingin mencoba hal yang baru dia lihat.Oleh karena itu pengawasan orang tua adalah hal yang sangat penting dalam faktor ini.
Namun semuanya kembali ke diri kita sendiri, mau menjadi orang yang seperti apa kita ? Jauhilah pergaulan bebas dan hal hal negatif yang berdampak sangat merugikan bagi diri kita sendiri. Kita harus dapat menempatkan diri sebagai remaja yang baik dan benar sesuai dengan tuntunan agama dan norma hukum yang berlaku agar terhidar dari hal-hal tersebut.Ingat lah kita sebagai remaja adalah calon penerus bangsa di masa depan, oleh karena itu jika kita melakukan hal-hal yang negatif tersebut mau jadi apa negara kita nanti ! Maka mulai sekarang cobalah untuk mendekatkan diri kepada Tukan YME untuk mempertebal keimanan kita, karena iman adalah dasar yang paling utama di dalam diri kita sendiri.
Oleh karena itu tidak aneh jika jumlah penderita HIV/AIDS dan wanita terutama dari kalangan remaja/anak sekolah yang hamil di luar nikah.Hal ini di karenakan sekarang mereka sangat begitu mudah memasuki tempat-tempat khusus orang-orang dewasa.Bahkan sekarang pelakunya bukan saja mahasiswa dan anak SMA saja,namun sudah merambat sampai ke anak SMP.
Dan pada saat ini banyak sekali orang-orang yang melakukan perbuatan keji dan tidak berkeprimanusiaan untuk menutupi aib nya,yaitu dengan melakukan aborsi.Padahal mereka tahu akibat aborsi sangat berbahaya bagi kesehatan tubuhnya sendiri dan keselamatannya secara fisik.Bahkan bukan hanya pada kesehatan dirinya sendiri, tetapi juga sangat berdampak hebat bagi keadaan mental seseorang yang melakukan aborsi tersebut.Namun demi menutupi aib yang ia timbulkan sendiri,ia rela mempertaruhkan nyawanya sendiri. Oleh karena itu jika tidak secepatnya di atasi,akibat pergaulan bebas ini akan sangat membawa dampak negatif dan efek yang buruk bagi perkembangan zaman.
Awal mula seorang remaja terjerumus ke dalam pergaulan bebas adalah salah bergaul dan mudah terpengaruh oleh temannya yang tidak benar.Kebanyakan remaja ini ingin di puji dan di katakan gaul oleh teman-temannya tanpa memikirkan dampak dan akibat yang berkelanjutan.Maksud dari salah bergaul adalah bukan berarti kita harus memilih milih dalam bergaul, kita boleh saja bergaul dengan siapa pun asalkan kita jangan mudah terpengaruh dan tetap berpegang teguh kepada norma-norma agama dan norma hukum yang berlaku,karena gaul tidak harus melakukan seks bebas,tidak harus menggunakan obat-obatan terlarang,dan semua hal yang melanggar hukum.Oleh karena itu kita sebagai remaja harus membiasakan berfikir panjang ke depan sebelum melakukan sesuatu hal,apalagi yang belum kita ketahui dampak baik dan buruknya bagi diri kita,keluarga dan orang lain.
Di bawah ini saya memiliki opini beberapa faktor utama yang menjadi penyebab dan awal mula seorang remaja terjerumus ke dalam pergaulan bebas,yaitu :
Faktor agama dan faktor iman, faktor ini adalah hal yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Apabila kurang pengetahuan akan agama dan kurangnya iman yang tertanam di dalam diri kita,maka akan sangat mudah setan-setan yang ada di dalam diri atau fikiran kita mendorong untuk melakukan hal-hal negatif yang sangat bertentangan dengan agama dan hukum yang berlaku.Namun jika memiliki pengetahuan akan agama dan iman yang kuat, insya allah kita tidak akan mudah terpegaruh dan terjerumus ke dalam hal-hal negatfi tersebut.Karena otomatis kita akan langsung memikirkan dampak apa yang akan terjadi ke depannya atau di kemudian hari.
Faktor lingkungan seperti orang tua, teman dan tetangga, ya di dalam faktor ini tidak sedikit anak remaja yang terjerumus kedalam pergaulan bebas di karenakan ada masalah di dalam keluarganya atau yang sering mereka sebut dengan broken home.Dan yang menjadi penyebab yang sering terjadi juga adalah karena terjerumus atau terpengaruh oleh temannya demi mendapatkan pujian atau ingin di bilang “gaul”.
Faktor pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang tinggi, kurangnya pengetahuan akan dampak dan akibat akan hal yang kita lakukan dapat memudahkan kita terjerumus ke dalam hal hal yang negatif. Pada umumnya kita sebagai seorang remaja memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi, apabila menemukan atau melihat suatu hal yang baru maka otomatis kita akan ingin merasakannya atau mencobanya.
Faktor perubahan zaman, faktor ini juga adalah hal yang cukup kuat menjadi penyebab pergaulan bebas di kalangan remaja. Karena di zaman sekarang banyak media yang mudah di akses oleh semua umur yang menyediakan tayangan tanyangan yang seharusnya hanya di tayangkan khusus orang dewasa.Namun karena rasa ingin tahu yang sangat tinggi yang mendorong para remaja menggunakan atau melihat media untuk orang dewasa tersebut.Setelah melihat,otomatis rasa ingin tahu itu pun akan terus berkembang seperti ingin mengetahui rasa dan ingin mencoba hal yang baru dia lihat.Oleh karena itu pengawasan orang tua adalah hal yang sangat penting dalam faktor ini.
Namun semuanya kembali ke diri kita sendiri, mau menjadi orang yang seperti apa kita ? Jauhilah pergaulan bebas dan hal hal negatif yang berdampak sangat merugikan bagi diri kita sendiri. Kita harus dapat menempatkan diri sebagai remaja yang baik dan benar sesuai dengan tuntunan agama dan norma hukum yang berlaku agar terhidar dari hal-hal tersebut.Ingat lah kita sebagai remaja adalah calon penerus bangsa di masa depan, oleh karena itu jika kita melakukan hal-hal yang negatif tersebut mau jadi apa negara kita nanti ! Maka mulai sekarang cobalah untuk mendekatkan diri kepada Tukan YME untuk mempertebal keimanan kita, karena iman adalah dasar yang paling utama di dalam diri kita sendiri.
Lanjut' lagi gan dampak remaja masa kini
Bahaya Konsumerisme pada Remaja
Quote:
Sekelompok remaja, sebagian masih berseragam sekolah, duduk lesehan di emperan gerai "7-Eleven" di bilangan Menteng, Jakarta Pusat.
Melepas tawa, sesekali mereka menyeruput "Slurpee", minuman soda dingin dan melahap hotdog Big Bite di tengah udara panas dan suara bising oleh lalu lalang kendaraan di sekitarnya. Gerai asal Amerika ini berhasil "menyihir" ribuan remaja kota besar untuk mengecap gaya hidup modern hang-out alias nongkrong. Sambil nongkrong, mereka pamer gadget terbaru, dari ponsel pintar iPhone sampai Blackberry.
Sebuah fenomena Konsumerisme yang begitu kentara saat ini.
Disadari atau tidak, era globalisasi dan mudahnya mendapatkan informasi melalui berbagai sarana teknologi dapat memengaruhi masyarakat untuk berperilaku konsumtif. Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan anak-anak dan kalangan muda (ABG), bahkan setiap saat mereka bisa mengakses informasi yang dibutuhkan melalui telepon selulernya.
Di satu sisi, globalisasi membawa dampak yang positif bagi masyarakat, namun disisi lain globalisasi dapat menimbulkan dampak negatif seperti dis-orientasi, dislokasi, atau krisis sosial-budaya dalam masyarakat, serta semakin merebaknya gaya hidup konsumerisme dan hedonisme.Saat ini, konsumerisme tidak hanya terjadi di perkotaan, namun sudah merambah ke pedesaan. Ini sangat berbahaya, kalau tidak dicegah sejak dini.
Emo ergo Sum
Konsumerisme menjadi topik menarik dalam masa kekinian ketika dikaitkan dengan fenomena remaja sekarang. Jika dulu René Descartes menyatakan eksistensi manusia dengan jargon Cogito Ergo Sum, aku berpikir maka aku ada, maka remaja sekarang akan mengatakan Emo Ergo Sum, aku belanja maka aku ada. Belanja menjadi semacam eksistensi remaja untuk bisa diteria dikelompoknya.
Pola hidup konsumerisme telah terbentuk pada anak muda, bahkan sejak usia dini. Sejak mereka mulai berangkat remaja sudah dicekoki oleh berbagai iklan, promosi soal gaul dan tidak gaul kalau tidak menggunakan merek ini atau itu. Ditambah tayangan film sinetron di televisi mengumbar kekayaan dan gaya hidup mewah mendorong anak-anak untuk meniru.
Itulah salah satu keberhasilan media khususnya televisi dalam menanamkan `citra" tertentu pada produk sehingga kalau tidak pakai produk A, maka disebutlah norak.
Konsekuensinya, ketika mereka hangout alias bergaul, anak harus mempunyai uang cukup, melengkapi dirinya dengan asesoris seperti telepon seluler pintar dan sebagainya. Ini tentu tak terlalu baik bagi pembangunan generasi, dan harus dikendalikan
Lebih dalam, remaja lambat laun akan tergerus dengan budaya konsumerisme. Mereka akan menjadi obyek bagi pasar dan semakin kehilangan jati dirinya sebab mereka hanya mejadi penganut setia tren yang dikembangkan sistem pasar.
Budaya konsumerisme mementingkan benda sebagai ukuran kesenangan dan kenikmatan yang akan menjerumuskan remaja masa kni menjadi generasi yang yang bertopengkan popularisme dengan memandang hidupnya hanya sebatas tren.
Perilaku remaja yang semakin konsumtif secara manusia dapat dibenarkan karena pada hakikatnya manusia terus memiliki kebutuhan. Tanpa dipenuhinya kebutuhan itu manusia akan merasa kekurangan. Begitu pula dengan remaja, kebutuhan menempatkan mereka sebagai manusia ekonomi yang terus memiliki kebutuhan.
Abaraham Maslow lewat teori kebutuhannya mengtakan bahwa manusia memiliki kebutuhan yang bertingkat-tingkat. Yang paling mendasar adalah kebutuhan fisik, kemudian selanjutnya kebutuhan memperoleh rasa aman, kebutuhan sosialisasi, kebutuhan pengakuan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhab tersebut, manusia akan mengusahakannya dengan kegiata konsumsi.
Timbulnya budaya konsumerisme
Sebagai bagian dari masyarakat yang berorientasi pada konsumsi, remaja juga memenuhi kebutuhannya dengan kegiatan konsumsi. Namun kenyataanya, mereka mengkonsumsi sesuatu bukan dari segi fungsionalnya melainkan tren yang sedang berkembang. Contoh konkretnya adalah tren blackberry dikalangan remaja saat ini. Mereka lebih membeli Blackberry dibanding merk handphone lainnya. Jika dilihat dari fungsionalnya, handphone merk lain memiliki fungsi dan keguanaan yang sama dengan Blackberry bahkan ada beberapa yang lebih canggih. Demikian halnya dengan fungsi barang yang ada di mall ataupun tempat nongkrong lainnya juga sama seperti yang ad di pasar dan angkringan. Jika secara fungsional barang-barang itu sama lantas mengapa para remaja BB,dan mall ? Hal ini terkait erat dengan merk dan gengsi. Dalam hal ini mereka merasa diakui ketika membeli barang dengan merk ternama. Karena itulah remaja saat ini cenderung menganut perilaku konsumerisme.
Remaja adalah kelompok usia yang masih sangat labil dan sedang mencari identitas diri. Hal ini dimanfaatkan oleh para pelku bisnis untuk mengeiksploitasi celah kelemhan yang ada pada remaja ini. Erich Fromm, seorang pakat psikoanalisa, mengatakan bahwa krisis identitas pada remaja muncul akibat ketidak smpurnaan kemampuannya dalam meraih kematangan dan tanggung jawab. Sementara bagi para pebisnis, krisis identitas adalah sebuah kebutuhan remaja yang bisa mendorong terjadinya permintan.
Remaja menjadi segmen pasar yang menguntungkan kaum pebisnis. Jika remaja membutuhkan identitas maka dunia bisnis bisa menawarkan dan menjual berbagai macam identitas bagi remaja. Krisis identitas diri yang dialami remaja membuatnya sulit untuk menhan diri dari godaan konsumtif yang ditawarkan dunia bisnis. Kondisi ini menciptkan daya tarik menarik yang kuat diantara keduanya.
Pentingnya Peran Orang Tua
Sejauh ini konsumerisme berpengaruh buruk pada anak, terlebih tak semua remaja memiliki uang saku, fasilitas komunikasi dan transportasi yang melimpah. Beberapa kasus bunuh diri atau kejahatan yang melibatkan anak dan remaja belakangan ini ironisnya disebabkan oleh kebutuhan mereka akan barang-barang mewah seperti Blackberry. Setelah kasus penusukan kawan sekelas yang dilakukan seorang siswa SD di Depok baru-baru ini, seorang pelajar SMP bunuh diri karena orangtuanya tak membelikan dia BlackBerry yang dimintanya
Budaya konsumerisme saat ini sudah semakin parah, sehingga perlu adanya upaya bagaimana mengubah perilaku konsumtif menjadi produktif dan hal tersebut harus dilakukan secara masif dari lingkungan terkecil dan sejak dini. Konsumerisme, hedonisme, hilangnya rasa kesantunan dan etika bersosialisasi di kalangan anak-anak atau remaja mengakibatkan sebuah polemik yang harus ditindak lanjuti oleh semua pihak, agar jati diri bangsa tidak punah begitu saja.
Solusi yang tepat agar dapat meminimalisir berkembangnya budaya konsumerisme adalah para orang tua memberikan pengertian pada anak-anaknya untuk memberikan skala priotitas yang akan dikonsumsi agar dapat digunakan secara efektif. (*)
Melepas tawa, sesekali mereka menyeruput "Slurpee", minuman soda dingin dan melahap hotdog Big Bite di tengah udara panas dan suara bising oleh lalu lalang kendaraan di sekitarnya. Gerai asal Amerika ini berhasil "menyihir" ribuan remaja kota besar untuk mengecap gaya hidup modern hang-out alias nongkrong. Sambil nongkrong, mereka pamer gadget terbaru, dari ponsel pintar iPhone sampai Blackberry.
Sebuah fenomena Konsumerisme yang begitu kentara saat ini.
Disadari atau tidak, era globalisasi dan mudahnya mendapatkan informasi melalui berbagai sarana teknologi dapat memengaruhi masyarakat untuk berperilaku konsumtif. Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan anak-anak dan kalangan muda (ABG), bahkan setiap saat mereka bisa mengakses informasi yang dibutuhkan melalui telepon selulernya.
Di satu sisi, globalisasi membawa dampak yang positif bagi masyarakat, namun disisi lain globalisasi dapat menimbulkan dampak negatif seperti dis-orientasi, dislokasi, atau krisis sosial-budaya dalam masyarakat, serta semakin merebaknya gaya hidup konsumerisme dan hedonisme.Saat ini, konsumerisme tidak hanya terjadi di perkotaan, namun sudah merambah ke pedesaan. Ini sangat berbahaya, kalau tidak dicegah sejak dini.
Emo ergo Sum
Konsumerisme menjadi topik menarik dalam masa kekinian ketika dikaitkan dengan fenomena remaja sekarang. Jika dulu René Descartes menyatakan eksistensi manusia dengan jargon Cogito Ergo Sum, aku berpikir maka aku ada, maka remaja sekarang akan mengatakan Emo Ergo Sum, aku belanja maka aku ada. Belanja menjadi semacam eksistensi remaja untuk bisa diteria dikelompoknya.
Pola hidup konsumerisme telah terbentuk pada anak muda, bahkan sejak usia dini. Sejak mereka mulai berangkat remaja sudah dicekoki oleh berbagai iklan, promosi soal gaul dan tidak gaul kalau tidak menggunakan merek ini atau itu. Ditambah tayangan film sinetron di televisi mengumbar kekayaan dan gaya hidup mewah mendorong anak-anak untuk meniru.
Itulah salah satu keberhasilan media khususnya televisi dalam menanamkan `citra" tertentu pada produk sehingga kalau tidak pakai produk A, maka disebutlah norak.
Konsekuensinya, ketika mereka hangout alias bergaul, anak harus mempunyai uang cukup, melengkapi dirinya dengan asesoris seperti telepon seluler pintar dan sebagainya. Ini tentu tak terlalu baik bagi pembangunan generasi, dan harus dikendalikan
Lebih dalam, remaja lambat laun akan tergerus dengan budaya konsumerisme. Mereka akan menjadi obyek bagi pasar dan semakin kehilangan jati dirinya sebab mereka hanya mejadi penganut setia tren yang dikembangkan sistem pasar.
Budaya konsumerisme mementingkan benda sebagai ukuran kesenangan dan kenikmatan yang akan menjerumuskan remaja masa kni menjadi generasi yang yang bertopengkan popularisme dengan memandang hidupnya hanya sebatas tren.
Perilaku remaja yang semakin konsumtif secara manusia dapat dibenarkan karena pada hakikatnya manusia terus memiliki kebutuhan. Tanpa dipenuhinya kebutuhan itu manusia akan merasa kekurangan. Begitu pula dengan remaja, kebutuhan menempatkan mereka sebagai manusia ekonomi yang terus memiliki kebutuhan.
Abaraham Maslow lewat teori kebutuhannya mengtakan bahwa manusia memiliki kebutuhan yang bertingkat-tingkat. Yang paling mendasar adalah kebutuhan fisik, kemudian selanjutnya kebutuhan memperoleh rasa aman, kebutuhan sosialisasi, kebutuhan pengakuan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhab tersebut, manusia akan mengusahakannya dengan kegiata konsumsi.
Timbulnya budaya konsumerisme
Sebagai bagian dari masyarakat yang berorientasi pada konsumsi, remaja juga memenuhi kebutuhannya dengan kegiatan konsumsi. Namun kenyataanya, mereka mengkonsumsi sesuatu bukan dari segi fungsionalnya melainkan tren yang sedang berkembang. Contoh konkretnya adalah tren blackberry dikalangan remaja saat ini. Mereka lebih membeli Blackberry dibanding merk handphone lainnya. Jika dilihat dari fungsionalnya, handphone merk lain memiliki fungsi dan keguanaan yang sama dengan Blackberry bahkan ada beberapa yang lebih canggih. Demikian halnya dengan fungsi barang yang ada di mall ataupun tempat nongkrong lainnya juga sama seperti yang ad di pasar dan angkringan. Jika secara fungsional barang-barang itu sama lantas mengapa para remaja BB,dan mall ? Hal ini terkait erat dengan merk dan gengsi. Dalam hal ini mereka merasa diakui ketika membeli barang dengan merk ternama. Karena itulah remaja saat ini cenderung menganut perilaku konsumerisme.
Remaja adalah kelompok usia yang masih sangat labil dan sedang mencari identitas diri. Hal ini dimanfaatkan oleh para pelku bisnis untuk mengeiksploitasi celah kelemhan yang ada pada remaja ini. Erich Fromm, seorang pakat psikoanalisa, mengatakan bahwa krisis identitas pada remaja muncul akibat ketidak smpurnaan kemampuannya dalam meraih kematangan dan tanggung jawab. Sementara bagi para pebisnis, krisis identitas adalah sebuah kebutuhan remaja yang bisa mendorong terjadinya permintan.
Remaja menjadi segmen pasar yang menguntungkan kaum pebisnis. Jika remaja membutuhkan identitas maka dunia bisnis bisa menawarkan dan menjual berbagai macam identitas bagi remaja. Krisis identitas diri yang dialami remaja membuatnya sulit untuk menhan diri dari godaan konsumtif yang ditawarkan dunia bisnis. Kondisi ini menciptkan daya tarik menarik yang kuat diantara keduanya.
Pentingnya Peran Orang Tua
Sejauh ini konsumerisme berpengaruh buruk pada anak, terlebih tak semua remaja memiliki uang saku, fasilitas komunikasi dan transportasi yang melimpah. Beberapa kasus bunuh diri atau kejahatan yang melibatkan anak dan remaja belakangan ini ironisnya disebabkan oleh kebutuhan mereka akan barang-barang mewah seperti Blackberry. Setelah kasus penusukan kawan sekelas yang dilakukan seorang siswa SD di Depok baru-baru ini, seorang pelajar SMP bunuh diri karena orangtuanya tak membelikan dia BlackBerry yang dimintanya
Budaya konsumerisme saat ini sudah semakin parah, sehingga perlu adanya upaya bagaimana mengubah perilaku konsumtif menjadi produktif dan hal tersebut harus dilakukan secara masif dari lingkungan terkecil dan sejak dini. Konsumerisme, hedonisme, hilangnya rasa kesantunan dan etika bersosialisasi di kalangan anak-anak atau remaja mengakibatkan sebuah polemik yang harus ditindak lanjuti oleh semua pihak, agar jati diri bangsa tidak punah begitu saja.
Solusi yang tepat agar dapat meminimalisir berkembangnya budaya konsumerisme adalah para orang tua memberikan pengertian pada anak-anaknya untuk memberikan skala priotitas yang akan dikonsumsi agar dapat digunakan secara efektif. (*)
lanjut lagi gan
kebawah

0
21.7K
Kutip
19
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan