Penari Pendobrak Tradisi Kerajaan yang membawa Seni Budaya Indonesia ke Pentas Dunia
TS
andiredo
Penari Pendobrak Tradisi Kerajaan yang membawa Seni Budaya Indonesia ke Pentas Dunia
Spoiler for First:
TS Mengharapkan
Quote:
SENI Tari bukan hanya sebatas gerakan. Tapi, tari merupakan gerakan jiwa dan warisan budaya nusantara yang perlu dijaga kelestariannya. Berikut ini adalah Kisah hidup dari Seorang Putri Kerajaan yang rela meninggalkan lingkungan Istana demi menjaga, melestarikan, dan memperkenalkan kekayaan seni budaya bangsa kepada dunia meskipun kakinya telah menjalani operasi amputasi namu tidak menyurutkan niatnya tersebut
Spoiler for Andi Ummu Tunru sewaktu masih Sehat:
Quote:
"Dum Spiro Spero"-Selama Kau Masih Bernapas, Maka Masih Ada Harapan Untukmu
Spoiler for Pendobrak Tradisi Istana:
MENINGGALKAN istana kerajaan bukan keputusan mudah bagi seorang perempuan berusia 13 tahun. Tetapi, tekad untuk berkesenian dan mendalami dunia tari membuat Andi Ummu Tunru tak hirau. Dia mendobrak tradisi yang masih sangat kental dalam lingkungan Kerajaan Gowa di Sulawesi Selatan.
Terlahir sebagai seorang putri dalam lingkungan Kerajaan Gowa, Kerajaan Terbesar di Sulawesi Selatan dan sekitarnya membuat Andi Ummu terikat pada aturan untuk menjadi penari kerajaan. Sejak usia sembilan tahun, ia sudah diajar menari oleh beberapa anrong guru (empu/pakar) tari, terutama pakar tari Pakarena di Kerajaan Gowa.
Beruntung, ayah Ummu, yakni Andi Tunru Karaengta Kalluarrang, dan ibunya, Hj Andi Siti Humaya, sangat memahami keputusan Ummu. Ummu "dilepaskan" untuk mencari jati dirinya dan berguru ke tempat lain.
Sekeluar dari istana, Ummu mendatangi Maestro Tari Pakarena lainnya untuk memperdalam bakatnya. Selain itu, dia juga mempelajari naskah-naskah tari dan kebudayaan tradisional dari berbagai daerah di Sulsel.
Tujuannya, untuk menggali dan mengembangkan tari-tari daerah Sulsel sekaligus mengasah kemampuannya. Tak puas hanya di satu sanggar seni, Ummu bergabung dengan beberapa kelompok kesenian tradisi dari berbagai daerah di Sulsel.
Spoiler for Kembali Berulah:
Di usia 17 tahun atau empat tahun sekeluarnya dari istana, Ummu kembali "berulah". Saat itu tahun 1968, dibantu beberapa keluarganya yang juga masih kerabat kerajaan, ia mendirikan sanggar seni Batara Gowa.
Kerabat kerajaan "tertampar" karena di sanggar itu Ummu menerima anggota dari berbagai latar belakang. Semua orang di sanggar ini juga punya hak sama mempelajari kesenian apa pun, tari apa pun, termasuk tari Pakarena. Padahal, hanya kerabat atau penari kerajaan yang boleh membawakan tari Pakarena-roh dari tari-tarian yang ada Sulsel. Tari ini hanya boleh dibawakan dalam acara-acara kerajaan.
"Memang keluarga besar saya atau keluarga besar kekerabatan Raja Gowa tidak secara terang-terangan memprotes. Tapi saya tahu betul bahwa segala yang saya lakukan bertentangan dengan kebiasaan atau tradisi yang berlaku," kata Ummu. "Saya hanya ingin menegaskan bahwa kesenian itu tidak memandang latar belakang orang, dan kesenian itu adalah sesuatu yang pantas diketahui, dipelajari, dan didalami oleh siapa pun."
UMMU mengakui, semua yang dilakukannya dan pandangan miring kalangan kerajaan terhadap penari di luar istana membuatnya berada dalam situasi serba sulit. Ini membuatnya makin berhati-hati melangkah.
"Saya jadi bertekad untuk menunjukkan kepada keluarga besar saya bahwa pandangan mereka itu salah. Saya pun ingin menunjukkan bahwa pilihan saya tidak salah. Saya mau membuka mata mereka bahwa saya bisa hidup dan tidak kehilangan harga diri, dengan berkesenian. Saya mau mereka melihat bahwa saya bisa tetap bersikap sebagaimana putra-putri yang lahir dalam lingkungan kerajaan, menjaga nama baik keluarga, di mana pun saya berada," kata ibu dari tiga anak ini.
Spoiler for Sang Putri Pakarena Berkibar di Pentas Dunia:
Tekad dan usaha kerasnya serta pengertian suaminya, Basri B Sila, yang juga seorang komposer dan koreografer membuahkan hasil. Sejumlah tari ciptaan Ummu mendapat perhatian dan dibicarakan, total 40an karya tari dan teater tercipta olehnya.
Tak hanya di Makassar atau daerah lain di Indonesia, Ummu juga kerap tampil di luar negeri. Tidak tanggung-tanggung, Los Angeles, Las Vegas, dan Hawaii menjadi debut pertamanya di Pentas Internasional. Ia juga pernah berkolaborasi dengan Eko Suprianto dan beberapa penari luar negeri, seperti di Jepang, Taiwan, Malaysia, Perancis, Singapura hingga Afrika Selatan.
Puncaknya ketika di tahun 2002, Ummu menjadi master tari untuk pertunjukan opera yang terispirasi dari mahakarya sastra terbesar di dunia yang berasal dari Sulawesi Selatan yakni, I LA GALIGO yang disutradara olehi sutradara teater terkenal dari Amerika Serikat, Robert Wilson berkeliling Singapura, Amsterdam, Barcelona, Madrid, Milan, Roma, Ravenna, Lyon, Taipei, Jakarta, Melbourne dan yang paling membanggakan ketika karya asli Indonesia tersebut sukses berhasil memukau penonton di gedung pementasan terbaik di Broadway yaitu Lincoln Center, New York.
Bahkan Wapres RI Jusuf Kalla beserta beberapa pejabat negara yang hadir pada saat itu menjadi terharu saking bangganya karena Pementasan tersebut mendapat standing applause dari penonton yang kebanyakan penikmat seni Internasional, Wartawan, serta kritikus. Esoknya, Pertunjukan inipun mendapat pujian dari The New York Times. Sungguh hal yang sangat langka bahkan untuk seniman Amerika sekalipun.
Semua itu akhirnya mengubah persepsi keluarga, utamanya kerabat kerajaan, tentang kesenian dan penari.
Spoiler for Cobaan kembali menghantam:
Ketika berada di puncak kariernya, cobaan kembali menghantam. Pada tahun 2007 sepulangnya pentas di pusat yoga dan meditasi dunia yang terletak di Risikesh kaki gunung Himalaya India, Andi Ummu harus menjalani operasi amputasi akibat penyakit Diabetes Melitus yang dideritanya sejak umur 40 tahun. Mulai hingga betis ke bawah kaki kanannya harus diangkat. Keluarga besar hingga murid-muridnya di Sanggar Batars Gowa bagai terkena petir di siang bolong mendengar kabar tersebut. Bagaimana mungkin seorang penari bisa menari dengan satu kaki?
Spoiler for Hati Setegar Karang:
Ternyata, kekokohan hati setegar karang yang menjadi filosofi utama Pakarena dan semangat pelaut Makassar yang pantsng menyerah mengalir keras di tubuh Andi Ummu. Tanpa diduga, kekurangan yang dimilikinya tidak menyurutkan niatnya untuk konsisten mengembangjan Seni Budaya Tradisional Indonesia. Setahun setelah Operasinya, dengan memakai kursi roda dia kembali memberikan workshop tari di Taiwan.
Bahkan di tahun 2010, dia rela meninggalkan tanah air mendampingi Batara Gowa yang mewakili Indonesia dalam pementasan di World Expo 2010 Shanghai, China meskipun harus beribadah puasa Ramadhan dan Idul Fitri di Shanghai yang pada saat itu sedang musim panas. Pengorbanan mereka akhirnya berbuah hasil dimana Indonesia meraih Bronze Trophy di WESC 2010 tersebut.
Dia juga berhasil terpilih sebagai satu "Educated, Enlightment, Empower Woman" pada SHEcan Award 2011 yang diadakan salah satu perusahaan terkemuka Amerika Serikat yang memiliki cabang di Indonesia.
Namun ketika ditanya mengenai perasaannya terhadap oengalaman dan prestasi yang membanggakan tersebut dengan rendah hati beliau berkata,
"saya tidak pernah memilih-milih harus menari di mana atau di tempat seperti apa. Saya pernah menari di kampung yang penontonnya tidak banyak. Saya juga pernah berjalan kaki ke tempat pertunjukan karena mobil yang mengantar rusak. Tapi toh, itu tidak lantas membuat saya menari setengah hati. Saya tetap menari dengan baik sama seperti bila saya menari di panggung dan pentas tari bergengsi di luar negeri," tuturnya.
Sekarang ini beliaU masih aktif mengajar dan menari di sanggar Batara Gowa termasuk memberikan pendidikan secara gratis terhadap anak dan remaja yang berasal dari keluarga kurang mampu. Beliau juga masih aktif sebagai konsultan seni budays bagi para peneliti dan pelajar dari dalam dan luar negeri yang ingin mempelajari seni budaya sulawesi selatan.
Spoiler for Foto-Foto:
bersama muridnya di Guangzhou, China
pentas di TEDx dengan memakai kaki prostetik
profile Andi Ummu Tunru
Tari Pakarena Ma'lino karya Andi Ummu Tunru yang fenomenal
Pentas Para Maestro
Teater Tari I La Galigo
Usaha Andi Ummu Tunru yang tak kenal menyerah dan tanpa pamrih semoga menjadi inspirasi buat kita dalam mencintai dan menjaga seni budaya Indonesia