- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Ketika Gatot Subroto Memanggil Soeharto Dengan Sebutan "Monyet"


TS
yudha9110
Ketika Gatot Subroto Memanggil Soeharto Dengan Sebutan "Monyet"
Siapa yang tak kenal dengan
Jenderal Gatot Soebroto, sosok pahlawan
pejuang kemerdekaan ini memiliki peran yang
sangat berarti dalam perjuangannya
mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari
serangan Belanda. Dia dikenal sebagai jenderal
lapangan kesayangan TNI AD.
Gatot dikenal terbuka dan ceplas-ceplos. Ada
kisah menarik bagaimana hubungan antara
Gatot Soebroto dan Soeharto.
Saat itu keduanya terlibat pertempuran di
Ambarawa, Jawa Tengah. Soeharto yang kala
itu masih berpangkat Mayor diperintahkan
untuk menemui atasannya, Gatot Soebroto.
Namun, Gatot yang berpangkat Kolonel gemar
memanggil anak buah dengan kalimat
sesukanya.
"Hei monyet, mari ke puncak sini," teriak
Gatot.
Panggilan 'monyet' ini merupakan kalimat
legendaris yang selalu diingat seluruh anak
buahnya. Sebutan itu selalu keluar jika
keadaan hati Gatot sedang senang.
Kisah ini ditulis dalam buku ' TB Silalahi:
Bercerita Tentang Pengalamannya ' karya
Atmadji Sumarkidjo terbitan Kata Hasta
Pustaka terbitan 2008, Gatot dan Soeharto
memiliki hubungan dekat.
Dalam pertemuan itu, Gatot memerintahkan
Soeharto untuk menjaga puncak sebuah bukit
di Ambarawa pada malam hari. Bukit ini
dipandang sangat strategis bagi para pejuang
karena bisa memantau pergerakan musuh, jika
jatuh ke tangan Belanda maka akan berakibat
buruk bagi TNI kala itu.
Setelah memberikan perintah, Gatot
menyerahkan sepenuhnya keamanan di atas
bukit kepada sosok yang akan menjadi
presiden kedua RI ini. Namun, dia justru
gemetar melihat bukit itu ternyata dibombardir
secara bertubi-tubi dari Belanda. Suara
ledakannya sangat membahana, bahkan Gatot
sempat berpikir Soeharto dan anak buahnya
pasti tewas dalam serangan itu.
Segera setelah serangan berhenti, Gatot
bersama anak buahnya langsung menuju bukit
tempat Soeharto serta pasukannya berada. Dia
pun memerintahkan beberapa orang
kepercayaannya mencari setiap jenazah. Gatot
menangis membayangkan jenazah Soeharto
ada di antara para korban.
Setibanya di puncak bukit, dia terkejut saat
menyaksikan tak ada satu pun mayat yang
berserakan. Bahkan, ia lebih terkejut lagi
melihat Soeharto dan pasukannya berjalan
tanpa terluka sedikit pun dari sisi lain bukit
tersebut.
Bagi Gatot, Soeharto adalah salah satu anak
buah kesayangannya, alhasil ketika melihat
Soeharto keluar dari persembunyian tanpa
terluka membuatnya terharu dan langsung
memeluknya.
"Kamu masih hidup," ucapnya singkat sembari
memeluk Soeharto.
Tak lama, dia pun bertanya bagaimana
Soeharto berhasil selamat dari serangan tanpa
terluka sedikit pun. Dan Soeharto pun
bercerita, menjelang malam setelah mendapat
perintah itu, dia berpikir bukit tersebut pasti
akan mendapat serangan dari Belanda
mengingat posisinya yang sangat strategis.
Soeharto menyadari jika tetap bertahan akan
membahayakan nyawanya dan seluruh
pasukan. Atas alasan itu, Soeharto mengajak
anak buahnya bersembunyi di sisi lain bukit.
Perkiraan pun tepat, serangan mortir dan
bombardir terjadi malam itu juga.
Mendengar itu, Gatot gembira bukan kepalang.
Dia pura-pura marah, tetapi hatinya sangat
senang.
"Hei monyet, berarti kau melawan perintah.
Saya perintahkan kamu tetap di sini tapi
ternyata kau tinggalkan."
Meski marah perintahnya diabaikan, namun
Gatot tetap bersyukur Soeharto dan seluruh
pasukannya tetap selamat. Kelak, Gatot
Soebroto diangkat jadi pahlawan nasional dan
namanya menjadi nama jalan protokoler di
semua ibu kota provinsi.
Jenderal Gatot Soebroto, sosok pahlawan
pejuang kemerdekaan ini memiliki peran yang
sangat berarti dalam perjuangannya
mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari
serangan Belanda. Dia dikenal sebagai jenderal
lapangan kesayangan TNI AD.
Gatot dikenal terbuka dan ceplas-ceplos. Ada
kisah menarik bagaimana hubungan antara
Gatot Soebroto dan Soeharto.
Saat itu keduanya terlibat pertempuran di
Ambarawa, Jawa Tengah. Soeharto yang kala
itu masih berpangkat Mayor diperintahkan
untuk menemui atasannya, Gatot Soebroto.
Namun, Gatot yang berpangkat Kolonel gemar
memanggil anak buah dengan kalimat
sesukanya.
"Hei monyet, mari ke puncak sini," teriak
Gatot.
Panggilan 'monyet' ini merupakan kalimat
legendaris yang selalu diingat seluruh anak
buahnya. Sebutan itu selalu keluar jika
keadaan hati Gatot sedang senang.
Kisah ini ditulis dalam buku ' TB Silalahi:
Bercerita Tentang Pengalamannya ' karya
Atmadji Sumarkidjo terbitan Kata Hasta
Pustaka terbitan 2008, Gatot dan Soeharto
memiliki hubungan dekat.
Dalam pertemuan itu, Gatot memerintahkan
Soeharto untuk menjaga puncak sebuah bukit
di Ambarawa pada malam hari. Bukit ini
dipandang sangat strategis bagi para pejuang
karena bisa memantau pergerakan musuh, jika
jatuh ke tangan Belanda maka akan berakibat
buruk bagi TNI kala itu.
Setelah memberikan perintah, Gatot
menyerahkan sepenuhnya keamanan di atas
bukit kepada sosok yang akan menjadi
presiden kedua RI ini. Namun, dia justru
gemetar melihat bukit itu ternyata dibombardir
secara bertubi-tubi dari Belanda. Suara
ledakannya sangat membahana, bahkan Gatot
sempat berpikir Soeharto dan anak buahnya
pasti tewas dalam serangan itu.
Segera setelah serangan berhenti, Gatot
bersama anak buahnya langsung menuju bukit
tempat Soeharto serta pasukannya berada. Dia
pun memerintahkan beberapa orang
kepercayaannya mencari setiap jenazah. Gatot
menangis membayangkan jenazah Soeharto
ada di antara para korban.
Setibanya di puncak bukit, dia terkejut saat
menyaksikan tak ada satu pun mayat yang
berserakan. Bahkan, ia lebih terkejut lagi
melihat Soeharto dan pasukannya berjalan
tanpa terluka sedikit pun dari sisi lain bukit
tersebut.
Bagi Gatot, Soeharto adalah salah satu anak
buah kesayangannya, alhasil ketika melihat
Soeharto keluar dari persembunyian tanpa
terluka membuatnya terharu dan langsung
memeluknya.
"Kamu masih hidup," ucapnya singkat sembari
memeluk Soeharto.
Tak lama, dia pun bertanya bagaimana
Soeharto berhasil selamat dari serangan tanpa
terluka sedikit pun. Dan Soeharto pun
bercerita, menjelang malam setelah mendapat
perintah itu, dia berpikir bukit tersebut pasti
akan mendapat serangan dari Belanda
mengingat posisinya yang sangat strategis.
Soeharto menyadari jika tetap bertahan akan
membahayakan nyawanya dan seluruh
pasukan. Atas alasan itu, Soeharto mengajak
anak buahnya bersembunyi di sisi lain bukit.
Perkiraan pun tepat, serangan mortir dan
bombardir terjadi malam itu juga.
Mendengar itu, Gatot gembira bukan kepalang.
Dia pura-pura marah, tetapi hatinya sangat
senang.
"Hei monyet, berarti kau melawan perintah.
Saya perintahkan kamu tetap di sini tapi
ternyata kau tinggalkan."
Meski marah perintahnya diabaikan, namun
Gatot tetap bersyukur Soeharto dan seluruh
pasukannya tetap selamat. Kelak, Gatot
Soebroto diangkat jadi pahlawan nasional dan
namanya menjadi nama jalan protokoler di
semua ibu kota provinsi.


tien212700 memberi reputasi
1
3.3K
22


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan