Kaskus

Entertainment

waroengmuAvatar border
TS
waroengmu
Jangan Konyol, Jadilah Bangsa Pintar!
Jangan Konyol, Jadilah Bangsa Pintar!
Anda yang tinggal di Sukabumi, Bogor dan sekitarnya mesti pernah melintasi ruas jalan Sukabumi – Ciawi. Kemacetan di ruas jalan ini terjadi hampir sepanjang hari. Truk-truk berukuran raksasa mendominasi badan jalan. Kemacetan semakin parah bila ada ruas jalan yang rusak karena kendaraan harus antri melewati badan jalan yang masih baik. Perbaikan jalan telah jadi rutinitas, tambal sulam dan seperti menunggu giliran. Ujung sana diperbaiki sebelah sini rusak lagi, sebelah sini beres sebelah sana lubang sudah menganga kembali. Begitulah seterusnya …

Truk-truk raksasa yang melintasi jalur ini adalah truk pengangkut air minum milik sebuah perusahaan asing yang beroperasi di sumber mata air di Cidahu, Sukabumi. “Ini adalah potret kebodohan bangsa kita. Kita yang punya airnya, pasar yang disasar kita juga, infrastruktur yang rusak kita yang nanggung, tetapi hasilnya bangsa lain yang menikmati,” kata Nursodik saat terjebak kemacetan siang itu. Air yang tidak diapa-apakan, tinggal ngambil tanpa perlu teknologi tinggi cukup dimasukkan ke dalam botol atau kemasan lalu dijual ke pasar. Itupun kita serahkan kepada asing. Padahal UUD kita menyatakan kekayaan alam yang menyangkut hajat hidup orang banyak harus dikuasai negara.

“Apa ini bukan kebodohan namanya?” kata Sodik sambil menoleh ke arah Gasrul yang duduk di sebelahnya. Gasrul yang semula tidak peduli tidak urung terprovokasi juga dengan ucapan Sodik. Dia lalu menghitung jumlah truk di depan dan belakang di dua jalur jalan itu. Ternyata 80% adalah truk pengangkut air minum itu. “Ini bukan kebodohan tapi kekonyolan,” tukas Gasrul. Bodoh itu, kata Gasrul adalah melakukan pekerjaan tanpa pengetahuan atau pemahaman. Maka orang bodoh diidentikkan dengan orang yang tidak berpengetahuan. “Terus kalo konyol apa definisinya?” sergah Sodik. Dengan senyum khasnya Gasrul menjawab, ” melakukan kebodohan dengan penuh semangat!”

Logo perusahaan itu ada di mana-mana di sepanjang jalan itu. Tidak hanya papan reklame dan baliho tetapi juga di plang-plang nama Instansi pemerintah seperti kantor dan pos-pos polisi. “Sangat tidak nyaman melihat logo perusahaan asing menjadi sponsor institusi negara. Seolah negara ini tidak berfungsi,” kata Gasrul sambil menunjuk sebuah plang nama kantor polisi. Plang itu semestinya berdiri tidak perlu mencantumkan logo apapun karena milik negara. Negara membiayai semua dengan uang negara yang salah satunya adalah berasal dari pajak perusahaan. Logo itu mengesankan bahwa perusahaan yang bersangkutan dapat nego langsung dengan institusi tertentu untuk maksud dan tujuan tertentu pula.

Kisah kemacetan ini belum termasuk kesulitan masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik air minum itu. Selama ini mereka bebas mendapatkan air untuk berbagai kebutuhan mulai dari rumah tangga hingga untuk pengairan sawahnya, namun kini mereka harus berbagi tetangga kiri kanan dengan air yang sangat terbatas karena sumber besarnya sudah dikuasai perusahaan dan dinyatakan terlarang untuk umum. “Warga masyarakat itu adalah anak kandung negeri ini, tapi kehidupan mereka tersingkirkan karena ada anak adopsi yang datang dari negeri lain,” kata Gasrul. Agar ke depan tidak ada lagi kekonyolan maka satu-satunya cara kita harus menjadi bangsa pintar, yakni bangsa yang membangun karakter bukan bangsa yang menyerahkan kekayaannya kepada bangsa lain.

sumber : beliindonesia.com

Spoiler for JANGAN DIBACA!:

Spoiler for My HOT TREAD! Siapkan Mental Sebelum Membaca!:
Diubah oleh waroengmu 07-03-2015 01:33
0
6K
97
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan