- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Dua kali mati suri, pria atheis cerita pengalaman ke alam lain


TS
d13m0n
Dua kali mati suri, pria atheis cerita pengalaman ke alam lain
Quote:

Atheis asal Swedia, Sasha Eliasson, dua kali mati suri.
Quote:
Pemuda asal Swedia, Sasha Eliassonpada 2014 mengalami dua kali musibah fatal. Keduanya membikin lelaki 22 tahun ini secara klinis meninggal.
Beruntung, dia selalu hidup lagi. Lebih mengejutkan, pria yang mengaku seorang atheist itu menceritakan pengalaman berada di alam lain.
"Benar-benar murni kegelapan. Tidak ada apapun. Kosong," kata Shasha seperti dilansir the Daily Mail, Sabtu (28/2).
Sasha dinyatakan tewas pertama kali seusai mengalami kecelakaan sepeda motor pada Juni 2014. Kendaraannya lepas kendali di jalan raya, sehingga dia menabrak beton.
Beberapa bulan kemudian, dia kembali tewas karena overdosis obat penenang sebelum menjalani operasi yang masih terkait kecelakaan sebelumnya.
Dokter menyatakan dia mati suri tak lebih dari tiga menit dalam dua kejadian berbeda tersebut.
"Tapi saya akui, (selama mati suri) rasanya seperti menyadari kita tidur lama sekali. Padahal kenyataanya kita cuma mati suri selama beberapa menit," imbuhnya.
Dia mengaku sangat sadar ketika dalam kondisi mati suri. Tapi berbeda dari pengalaman orang lain yang merasa melihat cahaya atau mengalami situasi spiritual, Shasha hanya melihat kegelapan.
Diberkahi kesempatan hidup untuk kali ketiga, mahasiswa yang mengaku tetap akan menjadi atheis ini sekarang punya tujuan hidup baru.
"Saya ingin bersenang-senang dan membahagiakan setiap orang yang saya temui," tuturnya.
Selain itu, merasakan dua kali meninggal dunia justru tidak lagi membuatnya takut mati. Sasha menilai kematian adalah proses alamiah dalam kehidupan. "Ketika anda mati, ya begitulah. Semua berakhir. Tidak ada yang perlu ditakuti."
Beruntung, dia selalu hidup lagi. Lebih mengejutkan, pria yang mengaku seorang atheist itu menceritakan pengalaman berada di alam lain.
"Benar-benar murni kegelapan. Tidak ada apapun. Kosong," kata Shasha seperti dilansir the Daily Mail, Sabtu (28/2).
Sasha dinyatakan tewas pertama kali seusai mengalami kecelakaan sepeda motor pada Juni 2014. Kendaraannya lepas kendali di jalan raya, sehingga dia menabrak beton.
Beberapa bulan kemudian, dia kembali tewas karena overdosis obat penenang sebelum menjalani operasi yang masih terkait kecelakaan sebelumnya.
Dokter menyatakan dia mati suri tak lebih dari tiga menit dalam dua kejadian berbeda tersebut.
"Tapi saya akui, (selama mati suri) rasanya seperti menyadari kita tidur lama sekali. Padahal kenyataanya kita cuma mati suri selama beberapa menit," imbuhnya.
Dia mengaku sangat sadar ketika dalam kondisi mati suri. Tapi berbeda dari pengalaman orang lain yang merasa melihat cahaya atau mengalami situasi spiritual, Shasha hanya melihat kegelapan.
Diberkahi kesempatan hidup untuk kali ketiga, mahasiswa yang mengaku tetap akan menjadi atheis ini sekarang punya tujuan hidup baru.
"Saya ingin bersenang-senang dan membahagiakan setiap orang yang saya temui," tuturnya.
Selain itu, merasakan dua kali meninggal dunia justru tidak lagi membuatnya takut mati. Sasha menilai kematian adalah proses alamiah dalam kehidupan. "Ketika anda mati, ya begitulah. Semua berakhir. Tidak ada yang perlu ditakuti."
Quote:

Kata Yunani αθεοι (atheoi), seperti yang tampak pada Surat Paulus kepada Jemaat di Efesus di papirus abad ke-3
Quote:
Ateisme adalah sebuah pandangan filosofi yang tidak memercayai keberadaan Tuhan dan dewa-dewi ataupun penolakan terhadap teisme. Dalam pengertian yang paling luas, ia adalah ketiadaan kepercayaan pada keberadaan dewa atau Tuhan.
Istilah ateisme berasal dari Bahasa Yunani ἄθεος (átheos), yang secara peyoratif digunakan untuk merujuk pada siapapun yang kepercayaannya bertentangan dengan agama/kepercayaan yang sudah mapan di lingkungannya. Dengan menyebarnya pemikiran bebas, skeptisisme ilmiah, dan kritik terhadap agama, istilah ateis mulai dispesifikasi untuk merujuk kepada mereka yang tidak percaya kepada tuhan. Orang yang pertama kali mengaku sebagai "ateis" muncul pada abad ke-18. Pada zaman sekarang, sekitar 2,3% populasi dunia mengaku sebagai ateis, manakala 11,9% mengaku sebagai nonteis. Sekitar 65% orang Jepang mengaku sebagai ateis, agnostik, ataupun orang yang tak beragama; dan sekitar 48%-nya di Rusia. Persentase komunitas tersebut di Uni Eropa berkisar antara 6% (Italia) sampai dengan 85% (Swedia).
Banyak ateis bersikap skeptis kepada keberadaan fenomena paranormal karena kurangnya bukti empiris. Yang lain memberikan argumen dengan dasar filosofis, sosial, atau sejarah.
Pada kebudayaan Barat, ateis seringkali diasumsikan sebagai tak beragama (ireligius). Beberapa aliran Agama Buddha tidak pernah menyebutkan istilah 'Tuhan' dalam berbagai upacara ritual, namun dalam Agama Buddha konsep ketuhanan yang dimaksud mempergunakan istilah Nibbana. Karenanya agama ini sering disebut agama ateistik. Walaupun banyak dari yang mendefinisikan dirinya sebagai ateis cenderung kepada filosofi sekuler seperti humanisme, rasionalisme, dan naturalisme, tidak ada ideologi atau perilaku spesifik yang dijunjung oleh semua ateis.
Istilah ateisme berasal dari Bahasa Yunani ἄθεος (átheos), yang secara peyoratif digunakan untuk merujuk pada siapapun yang kepercayaannya bertentangan dengan agama/kepercayaan yang sudah mapan di lingkungannya. Dengan menyebarnya pemikiran bebas, skeptisisme ilmiah, dan kritik terhadap agama, istilah ateis mulai dispesifikasi untuk merujuk kepada mereka yang tidak percaya kepada tuhan. Orang yang pertama kali mengaku sebagai "ateis" muncul pada abad ke-18. Pada zaman sekarang, sekitar 2,3% populasi dunia mengaku sebagai ateis, manakala 11,9% mengaku sebagai nonteis. Sekitar 65% orang Jepang mengaku sebagai ateis, agnostik, ataupun orang yang tak beragama; dan sekitar 48%-nya di Rusia. Persentase komunitas tersebut di Uni Eropa berkisar antara 6% (Italia) sampai dengan 85% (Swedia).
Banyak ateis bersikap skeptis kepada keberadaan fenomena paranormal karena kurangnya bukti empiris. Yang lain memberikan argumen dengan dasar filosofis, sosial, atau sejarah.
Pada kebudayaan Barat, ateis seringkali diasumsikan sebagai tak beragama (ireligius). Beberapa aliran Agama Buddha tidak pernah menyebutkan istilah 'Tuhan' dalam berbagai upacara ritual, namun dalam Agama Buddha konsep ketuhanan yang dimaksud mempergunakan istilah Nibbana. Karenanya agama ini sering disebut agama ateistik. Walaupun banyak dari yang mendefinisikan dirinya sebagai ateis cenderung kepada filosofi sekuler seperti humanisme, rasionalisme, dan naturalisme, tidak ada ideologi atau perilaku spesifik yang dijunjung oleh semua ateis.
Quote:
Gimana menurut agan? Kalau menurut ane sih karena dia tidak mempercayai akan adanya tuhan, dia pikir itulah kehidupan, ada kalanya hidup dan mati, jadi itu sudah biasa. Seharusnya dengan kejadian yang dialami dia dia percaya bahwa Tuhan itu ada. Ini malah dia ngeyel 

Spoiler for sumber:
0
13K
Kutip
43
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan