- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
(MUAK BERITA CAPRES) Lima Murid SMAN 3 Jakarta Jadi Tersangka Penganiayaan Arfian


TS
0d1n
(MUAK BERITA CAPRES) Lima Murid SMAN 3 Jakarta Jadi Tersangka Penganiayaan Arfian
Quote:
Jakarta - Penyidik telah menetapkan lima siswa SMAN 3 Jakarta, terkait tewasnya Arfiand Caesar Al Irhami (16), usai mengikuti kegiatan pencinta alam, di Gunung Tangkuban Perahu, Jawa Barat.
"Penyidik hari ini memeriksa lima murid kelas 2. Mereka dipanggil sebagai tersangka," ujar juru bicara Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Rikwanto, di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (30/7).
Dikatakan Rikwanto, kelima siswa itu berinisial DW, TM, AM, KR dan PU. Mereka merupakan pembina di kegiatan ekstrakulikuler Sabhawana.
"Empat pria, satu wanita. Mereka murid kelas 2 dan merupakan pembina. Diduga, mereka ikut melakukan penganiayaan," ungkapnya.
Tentang apa saja peran mereka dalam melakukan penganiayaan, Rikwanto menyampaikan hasilnya akan dikemukakan setelah pemeriksaan.
"Mereka baru diperiksa jam 11.00. Nanti detailnya setelah pemeriksaan, bagaimana caranya, di mana tempatnya, dan lainnya," katanya.
Ihwal apakah mereka akan ditahan, Rikwanto juga belum bisa memastikannya.
"Mereka sudah ada yang berumur 17 tahun dan ada yang masih 16 tahun. (Apakah ditahan?) Kita tunggu hasil pemeriksaan," tandasnya.
"Penyidik hari ini memeriksa lima murid kelas 2. Mereka dipanggil sebagai tersangka," ujar juru bicara Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Rikwanto, di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (30/7).
Dikatakan Rikwanto, kelima siswa itu berinisial DW, TM, AM, KR dan PU. Mereka merupakan pembina di kegiatan ekstrakulikuler Sabhawana.
"Empat pria, satu wanita. Mereka murid kelas 2 dan merupakan pembina. Diduga, mereka ikut melakukan penganiayaan," ungkapnya.
Tentang apa saja peran mereka dalam melakukan penganiayaan, Rikwanto menyampaikan hasilnya akan dikemukakan setelah pemeriksaan.
"Mereka baru diperiksa jam 11.00. Nanti detailnya setelah pemeriksaan, bagaimana caranya, di mana tempatnya, dan lainnya," katanya.
Ihwal apakah mereka akan ditahan, Rikwanto juga belum bisa memastikannya.
"Mereka sudah ada yang berumur 17 tahun dan ada yang masih 16 tahun. (Apakah ditahan?) Kita tunggu hasil pemeriksaan," tandasnya.
http://www.beritasatu.com/hukum-krim...n-arfiand.html
Polisi Bidik 2 Alumni SMAN 3 Setiabudi
Quote:
JAKARTA - Setelah menetapkan lima senior Arfian sebagai tersangka, polisi membidik dua alumni SMAN 3 Setiabudi, Jakarta Selatan yang ikut melakukan penganiayaan terhadap korban.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Laode menuturkan, pihaknya sudah mengetahui adanya penetapan tersangka terhadap lima orang siswanya setelah ada surat panggilan kepolisian yang diterimanya pada Kamis 26 Juni 2014 lalu.
"Kita serahkan kepada orang tuanya pada Jumat (27/6), dan mereka menerimanya," katanya saat ditemui di SMAN 3, Jakarta Selatan, Senin (30/6/2014).
Dia menegaskan, pihak sekolah juga belum bisa mengambil keputusan walaupun mereka sudah menjadi tersangka.
"Kita akan menunggu hasil persidangan, bila memang dinyatakan terbukti bersalah maka baru bisa diambil tindakan," tuturnya.
Tindakannya sendiri juga belum bisa disimpulkan karena membutuhkan pembahasan terlebih dahulu.
Dia melanjutkan, sebelumnya pihak kepolisian juga telah meminta data dua orang alumni tahun 2007 dan 2005.
"Dari pengakuan salah satu peserta, mereka berdua yang melakukan pemukulan hingga baju Afrian sobek," jelasnya.
Namun, pengakuan tersebut didapatkannya dari pihak kepolisian. Karena, murid yang bersangkutan tidak bercerita kepada pihak sekolah.
Dari informasi yang didapatnya, korban Afrian sudah meminta kepada seniornya untuk berhenti karena tidak sanggup mengkuti kegiatan tersebut. Tetapi, dua alumni ini memaksa hingga terjadi pemukulan yang berulang-ulang. Pemukulan yang didapat korban mulai dari pos satu.
"Tetapi yang parah terjadi saat perjalanan dari pos 2 ke Pos 3 karena baju korban sampai robek," tukasnya.
Walaupun begitu, pihaknya mengakui kalau pengawasan yang dilakukan sudah cukup ketat. Bahkan, saat pemberangkatan hanya 29 orang. Namun, kedua alumni ini datang sendiri ke lokasi tersebut.
Saat ini, kegiatan ekstrakulikuler pecinta alam untuk sementara dihentikan sampai batas waktu yang belum ditentukan.
"Sementara vakum dulu, tapi untuk ekskul lain masih berjalan," tukasnya.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Laode menuturkan, pihaknya sudah mengetahui adanya penetapan tersangka terhadap lima orang siswanya setelah ada surat panggilan kepolisian yang diterimanya pada Kamis 26 Juni 2014 lalu.
"Kita serahkan kepada orang tuanya pada Jumat (27/6), dan mereka menerimanya," katanya saat ditemui di SMAN 3, Jakarta Selatan, Senin (30/6/2014).
Dia menegaskan, pihak sekolah juga belum bisa mengambil keputusan walaupun mereka sudah menjadi tersangka.
"Kita akan menunggu hasil persidangan, bila memang dinyatakan terbukti bersalah maka baru bisa diambil tindakan," tuturnya.
Tindakannya sendiri juga belum bisa disimpulkan karena membutuhkan pembahasan terlebih dahulu.
Dia melanjutkan, sebelumnya pihak kepolisian juga telah meminta data dua orang alumni tahun 2007 dan 2005.
"Dari pengakuan salah satu peserta, mereka berdua yang melakukan pemukulan hingga baju Afrian sobek," jelasnya.
Namun, pengakuan tersebut didapatkannya dari pihak kepolisian. Karena, murid yang bersangkutan tidak bercerita kepada pihak sekolah.
Dari informasi yang didapatnya, korban Afrian sudah meminta kepada seniornya untuk berhenti karena tidak sanggup mengkuti kegiatan tersebut. Tetapi, dua alumni ini memaksa hingga terjadi pemukulan yang berulang-ulang. Pemukulan yang didapat korban mulai dari pos satu.
"Tetapi yang parah terjadi saat perjalanan dari pos 2 ke Pos 3 karena baju korban sampai robek," tukasnya.
Walaupun begitu, pihaknya mengakui kalau pengawasan yang dilakukan sudah cukup ketat. Bahkan, saat pemberangkatan hanya 29 orang. Namun, kedua alumni ini datang sendiri ke lokasi tersebut.
Saat ini, kegiatan ekstrakulikuler pecinta alam untuk sementara dihentikan sampai batas waktu yang belum ditentukan.
"Sementara vakum dulu, tapi untuk ekskul lain masih berjalan," tukasnya.
http://metro.sindonews.com/read/8783...an-3-setiabudi
Spoiler for Caesar:

Demi kedamaian, musnahkan bully membully dari muka bumi
gw yakin tiap sekolah pasti ada yg kayak gini
buat yg skrng lagi dibully lawan aja gan klo ga lapor pihak sekolah/polisi
gw korban bullying dlu

Spoiler for BW KILLER:
Quote:
Tujuh kisah korban bullying paling mengharukan
1. Posting surat bunuh diri di Twitter

Foto Carlos Vigil di akun Twitter-nya.
Jika Anda melihat wajah Carlos Vigil (17 tahun) pada foto di atas, tentu bisa merasakan betapa gurat-gurat kesedihan tergambar jelas.
Selama tiga tahun, remaja yang tinggal di Valencia County, New Mexico, Amerika Serikat, ini diejek kawan-kawannya hanya karena berjerawat dan memakai kacamata. Bahkan, dia dianggap seorang gay.
Ray Virgil, sang ayah, sangat geram mendengar anaknya diperlakukan seperti ini, sehingga mendesak pemerintah setempat segera mengeluarkan peraturan tentang sanksi pidana terhadap para pelaku bullying.
Pada tanggal 13 Juli 2013, karena benar-benar tak tahan diintimidasi terus-menerus, Carlos menulis dan memposting surat bunuh diri melalui akun Twitter.

Pesan terakhir Carlos Vigil di Twitter.
Seperti terlihat pada teks di atas, Carlos justru minta maaf kepada teman-temannya yang bertahun-tahun menyakitinya. “Saya adalah orang yang tak memperoleh ketidakadilan di dunia ini, dan sudah waktunya bagi saya untuk meninggalkan dunia ini,” tulisnya.
Carlos juga meminta teman-temannya untuk tidak menangisi keputusannya. Dia justru minta maaf karena tidak mampu mencintai seseorang, atau membuat seseseorang mencintainya.
“Teman-teman di sekolah benar. Saya seorang pecundang, aneh, homo, dan sama sekali tidak dapat diterima orang lain. Saya minta maaf, karena tidak mampu membuat seseorang bangga. Aku bebas sekarang. Xoxo,” kata Carlos mengakhiri suratnya.

Carlos: Tiga tahun diejek dan dijauhi teman-teman sekolahnya.
Ketika anaknya memposting tulisan tersebut, Ray Vigil justru sedang di North Carolina dan berbicara dengan parlemen setempat membahas RUU tentang Anti-bullying. Begitu membaca posting anaknya, Ray langsung pulang ke rumah. Sayangnya, dia terlambat. Begitu tiba di rumah, dia melihat anaknya sudah meninggal.
2. Diteror karena terlalu cantik

Kecantikan Jade membuat orang lain iri.
Jade Stringer (14 tahun) dikenal sebagai salah satu siswi paling cantik di sekolahnya, Haslingden High School di Lancashire, Inggris. Bukan hanya itu, dia juga dikenal aktif dalam berbagai kegiatan sekolah. Jade juga aktif mengkampanyekan gerakan anti-bullying di sekolahnya.
Ada yang salah? Mestinya, tiga kelebihan di atas membuat seseorang merasa bangga, karena orang lain pun pasti menginginkannya.
Tapi justru karena kecantikan, aktivitas, dan kampanye anti-bullying inilah yang membuat beberapa temannya iri dan tidak suka terhadap Jade. Dia terus-menerus diteror kawan-kawannya, dan hal itu membuat Jade tak tahan lagi.
Akhir cerita mirip dengan Carlos Vigil. Ya, Jade akhirnya ditemukan tewas gantung diri, karena sudah tak sanggup lagi menahan ejekan dan hinaan dari teman-temannya di sekolah.

Upacara pemakaman Jade berlangsung sangat mengharukan.
3. Curhat di youtube sebelum mati

Amanda: Pindah sekolah pun tetap diejek via internet.
Amanda Todd (15 tahun) juga merupakan contoh paling menyedihkan tentang remaja yang menjadi korban bullying di sekolahnya. Dia merupakan siswi kelas 10 di SMA Port Coquitlam, British Columbia, Kanada.
Selama bertahun-tahun, Amanda di-bully teman-teman sekolahnya, baik secara langsung maupun via internet. Amanda bahkan sempat pindah sekolah untuk menghindari penindasan, namun mereka tetap saja menghina dirinya di media internet.
Tahun lalu, Amanda curhat mengenai penderitaannya dengan menggunggah video ke youtube. Dia menulis kata per kata pada selembar kertas sehingga membentuk cerita. Tak lama kemudian, ia pun nekat mengakhiri hidupnya pada 10 Oktober 2012. Sejak itu, video ini yang diunggahnya menyebar secara viral hingga akhir tahun.

Kematiannya membuat Pemerintah Kanada keluarkan UU Anti Bullying.
Sama seperti beberapa negara bagian di Amerika Serikat, Pemerintah Kanada juga peduli terhadap kasus ini. Kematian Amanda tak sia-sia, sebab Pemerintah Kanada kemudian mengeluarkan UU soal cyber-bullying, agar tak muncul lagi peristiwa serupa. Pelaku, termasuk pelajar, tetap dikenai sanksi pidana yang berat.
Carol Todd, ibu Amanda, bahkan membuat LSM bernama Amanda Todd Trust, yang siap membantu para korban bullying dan terus aktif melakukan kampanye anti-bullying.
4. Puisi bunuh diri

Izzi Dix: Sebelum mati bikin puisi.
Sebelum bunuh diri, Izzi Dix (14 tahun) menulis puisi berisi curhatnya ketika di-bully teman-teman sekolahnya.
Setelah dia meninggal, puisinya sengaja disebarluaskan Gabbie Dixx, ibunya, agar tak ada lagi orang-orang yang melakukan praktik bullying, karena dampaknya memang sangat buruk bagi korban.
“Mungkin banyak yang tidak suka dengan puisi ini. Tetapi inilah yang ada di fikiran putriku sebelum bunuh dini. Aku ingin semua remaja lebih berpikir tentang bahaya bullying sebelum dia melakukan tindakan itu,” ujar Gabbie.
Puisi ini ditulis Izzi setelah dia datang ke pesta yang dilakukan teman-temannya, dan dia mendapat perlakuan yang sangat buruk. Begini puisinya :
They push me away. I stand still. My eyes glazed and absent.
They start to ask questions, As to why I am there.
They begin to tell me that nobody wants me there.
They tell me to leave and that I am not wanted.
Not there, not anywhere…
(Mereka memaksaku pergi. Aku berdiri dalam diam. Mataku berkaca-kaca, hening.
Mereka bertanya, mengapa aku di sana.
Mereka memberitahuku, tak seorangpun menginginkanku di sana.
Mereka memberitahuku agar segera enyah, tetapi aku tak ingin.
Tak ada, tidak di mana saja…)
5. Menulis surat untuk Sinterklas

Ryan (kiri) dan saudara kembarnya, Amber.
Ryan dan Amber adalah anak kembar berbeda jenis kelamin dan berumur 8 tahun. Suatu hari, Ryan menulis surat untuk Santa Claus (Sinterklas), mengenai perlakuan buruk teman-temannya terhadap Amber:
“Dear Santa. Ibu menyuruhku untuk mengirim surat mengenai daftar permintaan pada Hari Natal. Aku ingin mobil-mobilan dan helikopter, tapi aku tidak mau hal itu lagi. Anak-anak di sekolah terus memperlakukan Amber dengan buruk, dan itu tak adil. Aku telah berdoa pada Tuhan, tapi sepertinya Dia sibuk dan aku membutuhkan bantuanmu.”
Isi surat ini sepertinya lucu, tetapi sebenarnya sangat menyentuh. Dengan kepolosannya, Ryan tidak lagi menginginkan aneka mainan. Dia justru memberikan empati luar biasa terhadap kembarannya, Amber, yang terus-menerus di-bully teman-teman sekolahnya.

Amber (kanan), Ryan dan surat untuk Sinterklas.
Amber selalu diejek teman-temannya sebagai gadis cilik gendut dan hiperaktif. Tentu yang membaca surat ini bukanlah Sinterklas, melainkan ibunya sendiri. Berkat surat dari Ryan, Ibu segera mengambil tindakan untuk menyelamatkan Amber dari praktik bullying ini, yaitu memindahkannya ke sekolah lain.
6. Dikerjain sebagai ratu pesta

Whitney Kropp: Si cantik bernasib malang.
Kisah ini mungkin sepele, tetapi cobalah Anda (terutama cewek) berada pada posisi Whitney Kropp. Gadis berumur 16 tahun ini sekolah di Ogemaw Heights High School, salah satu SMA cukup terkenal di daerah West Branch, Michigan, Amerika Serikat.
Menjelang digelar pesta besar di sekolahnya, Whitney dikabari teman-temannya dinobatkan sebagai ratu pesta, sehingga diminta berdandan secantik mungkin saat pesta nanti.
Siapa yang tak bangga terpilih jadi ratu pesta? Maka, Whitney pun berdandan habis-habisan. Bahkan dia membeli gaun dan sepatu baru, serta mendatangi salon yang mahal, agar penampilannya terlihat cantik bak putri kerajaan.
Ketika pesta digelar, Whitney yang terlanjur berdandan cantik ini dengan tenang berjalan ke tengah lapangan sekolahnya. Seketika itu juga, muncul tawa ejekan dari teman-temannya. Ah, ternyata dia sedang dikerjain teman-temannya, terutama dari salah satu geng di sekolah yang selama ini sering melakukan praktik bullying terhadap Whitney.

Sudah dandan rapi bak ratu, eh… ternyata dibohongi.
Kasus yang sepertinya sepele ini kemudian mencuat di berbagai media, terutama media online, dan mengundang simpati dari berbagai kalangan. Praktik penindasan di sekolah yang marak akhir-akhir ini memang membuat berbagai pihak merasa gerah.
Banyak sekali orang yang tersentuh melihat derita Whitney. Bahkan lebih dari 1.000 orang datang ke rumahnya, hanya untuk memberi dukungan terhadap Whitney. Mereka lalu membuat Facebok page untuk mendukung Whitney Kropp. Dalam waktu singkat, 44.000 orang mengklik Like pada halaman Facebook tersebut.
Bahkan pemerintah lokal ikut memberikan dukungan, termasuk mengganti seluruh biaya pembelian gaun dan sepatu yang telah dikeluarkan Whitney, hingga biaya perawatan salon dan makan malam saat pesta digelar.
7. Ditahan karena membela anak

Debbie tak tega melihat anaknya terus dihina.
Kisah ini juga merupakan ekses dari perlakuan bullying di sekolah. McKenna (13 tahun) setiap hari diejek teman-teman sekolahnya, melalui komentar-komentar negatif di media sosial Facebook.
Setiap kali update status, teman-teman sering menghinanya di media yang bebas dibaca orang lain. Terkadang, teman-temannya membicarakan McKenna dalam status mereka.
Sebenarnya McKenna sudah mengadukan masalah ini ke pihak sekolah, bahkan sudah melapor pula ke polisi dengan pasal cyber-bullying, namun tidak pernah mendapat tanggapan. Sang ibu, Debbie Piscitella, akhirnya bertindak sendiri.
Ketika jalan-jalan di sebuah mal di St Petersburg, Florida, Amerika Serikat, Debbie langsung mencekik leher remaja ABG berumur 14 tahun, yang tidak lain adalah teman sekolah anaknya, dan paling getol melakukan bullying terhadap McKenna.
Tak terima dengan perlakuan ini, cowok tanggung itu melapor ke polisi. Debbie pun ditahan, dan ini mengundang reaksi luar biasa di kalangan pemerhati pendidikan, bahkan pejabat pemerintah serta senator.
“Begitu melihat remaja yang sering menghina anak saya, saya begitu emosional dan secara refleks mencekiknya,” kata Debbie membela diri.
Debbie Piscitella

Debbie dan McKenna mendapat dukungan dari media sosial.
Namun karena kasus ini di-blow-up habis-habisan oleh sejumlah media sosial, polisi seperti gamang meneruskan kasus ini. Setelah membayar uang jaminan, Debbie pun dibebaskan, dan sudah menulis surat pernyataan penyesalan telah mencekik pelaku bullying terhadap anaknya.
“Saya benar-benar tidak tega melihat putri saya selalu menyalahkan diri sendiri, karena setiap hari menerima komentar negatif itu,” tutur Debbie.
http://simomot.com/2013/12/14/tujuh-...g-mengharukan/
0
2.7K
Kutip
7
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan